Bagian 13

28.5K 1.6K 74
                                    

Author POV

Keinginan Vania untuk berkencan akhirnya dipenuhi oleh Erick. Hari Minggu siang, mereka menitipkan Adam kepada orang tua Vania karena wanita itu merengek ingin pergi berdua. Erick tidak bisa membantah lagi, dia sudah pusing menanggapi sikap Vania yang berubah sangat manja.

Jadilah siang ini dia mengajak istrinya ke salah satu pusat perbelanjaan yang besar. Kebetulan sedang ada festival makanan Asia yang diselenggarakan selama seminggu ke depan, jadi suasana tampak lebih padat dari biasanya.

Vania tentu sangat senang sekali, dia mengajak Erick ke sana kemari mencicipi berbagai makanan khas daerah lain. Wanita itu terlihat sangat bahagia sampai-sampai Erick kembali terpesona menikmati kecantikan wajah Vania yang tersenyum.

"Ah! Pa, ini enak banget loh! Mau cobain dimsum nya gak?" tawar Vania sambil menyodorkan potongan kecil makanan di tangannya. Saat ini mereka sedang duduk di salah satu meja makan kosong, hampir semuanya dipenuhi orang-orang dan untungnya mereka masih mendapat bagian.

"Nggak, makan sendiri aja."

"Hmm, jangan gitu ih. Kan kita kencan berdua, jadi makannya harus sama-sama," balas Vania kian menuntut. Dia tidak gentar sama sekali, Vania tetap ingin menyuapi suaminya.

Erick menghela napas panjang, sejatinya dia tidak suka roman-roman picisan ala anak SMA. Kenapa para wanita menyukai hal seperti ini?

Dengan pasrah Erick menerima suapan Vania. Wajah tanpa ekspresinya itu terlihat mengerikan jika orang asing melihatnya, tapi Vania merasa hanya merasa lucu. Dia justru gemas dengan tingkah Erick yang seperti anak kecil tengah merajuk.

"Pa, beliin es krim yang itu dong. Mama pengen makan es krim," pinta Vania sambil menunjuk stand es krim yang agak ramai orang mengantri.

"Kamu udah banyak makan, Van. Kita bahkan udah satu jam lebih di sini, saya capek liatin kamu makan mulu."

Vania sebenarnya kesal karena Erick tidak melanjutkan panggilan mesra mereka. Dia benar-benar konsisten menuruti permintaan Vania kemarin dan sekarang tidak berlaku lagi karena habis masa. Namun, Vania malah merasa nyaman. Dia senang memanggil Erick dengan sebutan papa karena terasa romantis dan dekat dengan pria itu.

"Ini yang terakhir deh, janji. Beliin dua ya, pa."

Entah sudah berapa kali Erick menghela napas lelah, dia pun mengangguk lalu segera berjalan menuju penjual es krim yang ditunjuk oleh istrinya itu.

Vania menunggu sambil sesekali tersenyum. Dia betah memerhatikan Erick yang diam mengantri tanpa merasa terganggu dengan suara-suara di sekelilingnya. Suaminya itu benar-benar gagah, rambutnya tampak sedikit berantakan, alisnya tebal, sorot matanya tajam menggoda lalu Erick punya bibir tipis yang menawan. Semuanya tampak pas di wajahnya dan itu membuat Erick kian tampan. Vania sangat bersyukur karena memiliki suami tampan seperti Erick meskipun sifatnya benar-benar dingin dan tidak tersentuh.

Lama Vania memandangi Erick, dia tiba-tiba tersentak saat melihat ada sosok lain yang tampaknya sedang mendekati Erick dan menyentuh bahunya. Vania masih terdiam di tempatnya, dia memandangi saat suaminya menoleh dan berbincang dengan seseorang itu.

Tanpa sadar Vania berdiri lalu berjalan mendekati suaminya. Dia langsung bergelayut di lengan kiri Erick dan menghentikan percakapan antara keduanya.

"Halo, mbak Chika." Vania langsung menyapa wanita yang entah mengapa ada di sini.

Wanita berperawakan tinggi itu memberi senyum untuk Vania, dia tampak sopan dan elegan Dengan blus batik serta rok panjang.

"Hai, Vania. Ternyata kita ketemu di sini. Apa kabar? Saya dengar Pak Erick sama Vania baru pulang bulan madu, ya?"

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang