Bagian 18

28.3K 1.6K 97
                                    

Author POV

Sejak kejadian dua hari yang lalu, Erick semakin protektif terhadap Vania. Dia memasang kamera cctv di kamar dan ruang tamu untuk memastikan keadaan Vania baik-baik saja. Vania sendiri tidak masalah dengan itu, dia justru senang karena suaminya memberikan perhatian yang berlebihan.

Erick juga berjanji menjadi lebih baik kepadanya. Dia mau menuruti keinginan Vania untuk bersikap romantis dan lebih sering memanjakannya. Selama dua hari ini semuanya berjalan sangat baik. Ini adalah hari-hari paling baik bagi Vania.

"Mas, lusa kita ada jadwal ke dokter. Jangan lupa ya?"

Erick yang sore hari ini sedang mencuci mobil, melirik Vania yang berdiri tidak jauh di dekatnya. Erick memang sering mencuci kendaraan sendiri, biasanya dia lakukan di sore hari saat pekerjaannya selesai atau hari Minggu ketika tidak ada jadwal mengajar.

"Iya, saya ingat. Kamu jangan di sini, banyak busa dan sabun."

"Ih, gak apa-apa. Kan Vania cuma liatin mas nyuci mobil. Masih lama ya, mas?" tanya Vania. Dia menyukai ketika suaminya sedang sibuk dengan urusan rumah tangga seperti ini. Tubuh Erick yang basah oleh air, semakin membuat lelaki itu kian tampan dan menggoda. Apalagi rambutnya sedikit basah dan berantakan, Vania puas memandanginya seharian.

"Iya."

Vania menekukkan bibirnya, walaupun sudah mulai romantis tapi tetap saja Erick irit bicara.

"Yang lengkap dong ngomongnya, mas. Iya apa?"

Erick berhenti mengelap kaca mobil, dia menghela napas pelan. Dia belum terbiasa dengan panggilan-panggilan romantis seperti ini.

"Iya, sayang."

Pipi Vania merona merah karena malu dan salah tingkah. Dia menyampirkan rambutnya ke belakang telinga lalu dengan hati-hati mendekati Erick yang menatapnya waspada karena takut Vania terpeleset.

"Sini dulu, mau cium," pinta Vania dengan nada manja. Lagi-lagi Erick menghentikan kegiatannya mencuci. Dia menatap wajah Vania yang memerah dan terlihat sangat imut. Jika diandaikan seperti hewan, Vania benar-benar mirip dengan anak kucing yang manja.

"Kamu mesum."

"Ih, apaan deh? Cuma cium doang dibilang mesum. Justru mas Erick tuh yang mesum, semalem aja--"

Cup! Cup!

Erick langsung membungkam bibir Vania dengan beberapa kecupan basah. Vania seketika diam dan terpaku, masih terkejut menerima ciuman tiba-tiba itu.

Erick tersenyum miring, dia kembali melanjutkan kegiatannya mencuci mobil tidak peduli dengan Vania yang semakin salah tingkah dibuatnya.

"Udah sana masuk ke rumah, temenin Adam. Jangan biarin main sendiri," titah Erick.

Vania tersenyum-senyum sendiri, dia menarik tangan Erick dengan pelan lalu tubuhnya sedikit berjinjit agar bisa berbisik di telinga pria itu.

"Nanti malem itu lagi ya, mas?" bisik Vania. Tubuh Erick meremang, kali ini dia pula yang salah tingkah dan pipinya terlihat semburat merah sangat halus. Vania terkikik sendiri, dia lantas meninggalkan Erick tanpa melihat wajah Erick yang kian memerah karena perkataannya barusan.

Sungguh sialan, Vania tidak pernah gagal menggoda Erick.

Malam harinya, Erick masuk ke dalam kamar setelah dia memastikan pintu dan jendela sudah dikunci. Dia yang paling sigap untuk masalah keamanan keluarganya. Jangan sampai dia lengah dan menyebabkan istri dan anaknya sampai terluka.

"Mas, coba sini deh. Vani liatin ada boks bayi lucu banget warnanya pink. Nanti kita beli ya buat si adek?"

Erick berjalan menuju ranjang lalu tubuhnya menunduk untuk meraih Adam yang asyik menekan-nekan remote tv. Bermain bersama Adam adalah pilihan yang tepat untuk menghilangkan rasa lelah.

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang