Bagian 17

29.4K 1.7K 220
                                    

Author POV

"Mas, besok jam berapa kita pergi? Boleh gak nonton di bioskop aja?"

Erick yang sedang sibuk membaca skripsi yang akan dia uji besok lantas menoleh saat Vania bertanya kepadanya. Wajah wanita itu terlihat senang sekali, dia mengharapkan bisa jalan-jalan dan Erick takut dia membuat Vania kecewa.

"Besok saya harus hadir di sidang skripsi mahasiswa saya. Saya menjadi penguji menggantikan Bu Chika yang berhalangan. Mungkin bisa kita tunda besok malam aja," jawab Erick. Vania terkejut mendengarkan nama itu lagi setelah beberapa bulan lalu tidak mendengarnya. Tentu saja Vania masih ingat soal rumor yang mengatakan bahwa Erick punya hubungan dekat dengan Chika di kampus, tapi itu sudah berbulan-bulan lalu. Sekarang suaminya menyebut nama itu lagi dan dengan alasan yang membuat Vania kesal.

"Jadi mas lebih mementingkan mbak Chika daripada keinginan Vania? Seberapa dekat mas dengan mbak Chika?" tanya Vania. Wajahnya berubah kesal dan Erick bertanggung jawab.

"Jangan mikir aneh-aneh. Saya cuma melakukan pekerjaan saya, bukan hal bodoh." Erick tetap santai membolak-balik dokumen di tangannya. Dia merasa tidak melakukan apapun yang merusak nama baik keluarganya, jadi Erick tidak akan bertingkah panik dan konyol.

"Vani gak ngerti sama mas Erick, kenapa sih mas suka banget nyepelehin Vania? Mas selalu sibuk sama urusan orang lain padahal Vania cuma mau ditemenin sama mas."

Erick menghela napas panjang, dia merasa Vania terlalu berlebihan. Apa yang dia lakukan ini juga karena pekerjaan, Erick dikenal sebagai pria yang bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi jadi harusnya Vania mengerti bahwa dia bekerja serius.

"Kamu istirahat, Van. Kita akan pergi besok malam, kalo gak mau ya sudah," putusnya. Vania mengepalkan tangannya, dia berbalik meninggalkan ruang kerja sang suami dengan penuh kekecewaan di hatinya. Seperti biasa Erick selalu menomorduakan permintaan Vania. Dia tidak pernah memprioritaskan Vania di hatinya dan itu sungguh menyakitkan untuk diterima.

Vania berbaring di ranjang dengan penuh kesedihan. Ketika dia memejamkan matanya, tanpa terasa sudut matanya menangis. Vania selalu dikecewakan oleh suaminya sendiri. Erick tidak pernah mau membuka mata akan cinta yang selama ini Vania berikan. Dia menyerahkan segalanya untuk Erick tapi nyatanya belum bisa membuatnya menjadi nomor satu di dalam hati Erick. Berbeda sekali jika menyangkut soal anak-anak, Erick akan langsung luluh dan mengerjakan semuanya.

Ceklek!

Vania buru-buru menghapus air matanya saat pintu kamar dibuka. Dia pura-pura tidak tahu saja dan lebih memilih untuk melanjutkan tidur, tidak peduli Erick yang berbaring di sampingnya seraya menarik selimut.

"Tidur, Van. Kamu bisa sakit kepala kalo nangis kayak gitu."

Erick tidak mendapatkan jawaban apapun dari Vania. Pria itu menatap istrinya cukup lama, dalam hatinya dia meminta maaf karena selalu membuat Vania kecewa. Bukan apa, Erick cuma ingin melakukan tugasnya sebagai dosen dan lagipula mereka masih punya waktu untuk jalan-jalan setelah Erick selesai menguji. Dia pikir Vania juga beranggapan seperti itu, tapi nyatanya tidak.

Erick menggeser tubuhnya mendekat, tangannya terjulur ke depan demi bisa mengusap perut Vania dengan lembut.

"Besok malam kita bisa pergi, Vania. Malam Minggu, kamu bisa lakukan apapun dan saya akan turuti."

"Nggak mau, Vania kecewa sama mas Erick. Kenapa untuk urusan orang lain, mas selalu penuhi? Tapi permintaan kecil dari Vania malah diabaikan," balas Vania. Suaranya sedikit bergetar, dia terlalu banyak menahan tangisnya sendiri.

Erick diam mendengarkan. Dia berhenti mengusap perut Vania, tapi tangannya bergerak menyentuh pipi wanita itu dan mengusapnya pelan. Dia nyaris tidak pernah bersikap romantis yang mana Vania ingin dia melakukannya. Waktu itu Vania meminta Erick berubah menjadi lebih romantis dan belajar untuk mencintai. Pada saat itu Erick bingung, bentuk cinta seperti apa yang Vania inginkan? Selama ini Erick selalu memberi semua yang Vania mau. Dia memberikan perlindungan, tidak pernah sekalipun berhenti memberinya nafkah fisik atau batin. Semuanya terpenuhi dengan baik, lantas bentuk cinta seperti apalagi?

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang