Hari ini adalah akhir pekan, dan Jemie sudah merencanakan sesuatu sejak seminggu lalu bahwa dia akan mengajak Abithar untuk lari pagi bersama. Berhubung cowok itu memiliki gaya hidup sehat plus produktif, hitung-hitung Jemie dapat sekalian modus untuk quality time bersama.
Sayangnya Jemie lupa mengabarkan seniornya itu dari jauh hari, baru semalam lah dia mengatakannya lewat pesan, dia hanya bisa berharap jika dia mengajak Abithar secara dadakan seperti itu semoga cowok tersebut tidak memiliki jadwal yang padat, pasalnya Abithar adalah orang penting-pada perusahaannya, 'kan?
Umumnya, jika lari pagi maka kita semua tidak perlu repot mandi pagi, 'kan? Tetapi berbeda untuk Jemie karena menurutnya, kali ini bukan lari pagi biasa. Dia akan pergi bersama manusia tampan Dan Buenos! Gak lucu sekali kalau dirinya kelihatan kucel di pagi hari.
Kak Abim 😒🙏
me
hewo
tes
tes
PAGIII
MORNING!
kak abim gak lupa kannn?????
r u busy :((
cihhKak Abim 😒🙏
saya gak lupa.me
OKEEE
DITUNGGUU😍
♥️♥️
readJemie mendengus geli melihat ruang obrolannya bersama Abithar. Kalau ditelaah tanpa seksama seniornya itu sudah sangat sabar menghadapinya yang super super cerewet dan banyak tingkah. Meski begitu Abithar terkadang berbanding terbalik dengan kenyataannya, bisa saja di media sosial cowok itu terlihat 'bodo amat', faktanya Abithar adalah sosok yang peduli. Sangat peduli.
Ya, tetapi mungkin hanya kepada Jemie? Entahlah.
•° Le précieux Jema °•
Tidak begitu samar tetapi cukup jelas bahwa raut wajah Jemie adalah tanda-tanda 'orang lemah' untuk dibandingkan dengan orang yang rajin berolahraga—maksudnya secara tidak langsung adalah Abithar.
Mereka berdua sudah berlari 15 menit dan hanya mengelilingi taman perumahan. Jemie menahan kesal, mengapa Abithar tidak bertanya sama sekali sih apakah dirinya lelah atau tidak? Dia kan bukan wonder woman yang dibawa ke semesta lain pun masih sehat wal'afiat.
Jemie berhenti sejenak di belakang Abithar yang sedang mengecek ponselnya—mungkin mengenai pekerjaan. Gadis itu membungkuk sembari memegang lutut kelelahan, dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya perlahan.
"kak Abim, udah ya, aku capek" kata dia mengipas-ngipas tangannya di depan wajah.
Abithar memutar hulu tubuh dengan ekspresi wajah tidak yakin. Dia tidak pernah berlari hanya 15 menit, apakah Jemie baru saja bergurau?
"kita baru lari lima belas menit, Jemie."
"lima belas menit itu lama!" protes Jemie semakin brutal mengipas-ngipas wajah.
Abithar mengerutkan dahi, dia mendekat " lima belas menit itu baru sebentar, paling tidak setengah jam kita baru bisa selesai." ujar dia memberitahu dengan sabar.
Jemie menghela nafas berat sembari mengeluh "lebih baik ke tempat gym atau fitness daripada lari pagi begini" gerutu dia "lebih berkelas dan praktis." lanjutnya.
Abithar menggelengkan kepala aneh, dia mendekat, mengikis beberapa jarak diantara dirinya dan Jemie. Cowok itu mengusap peluh keringat di dahi sampai rahang Jemie dengan telaten.
"justru lari pagi itu olahraga yang paling praktis dan alami, gimana kamu bisa ke tempat gym kalau kamu aja gak mau melakukan hal-hal yang ringan?" jelas Abithar mengubah persepsi Jemie
"iya sih"
Dengan gerakan santai, Abithar melangkah ke belakang punggung Jemie, dia merapihkan helaian rambut gadis itu yang sedikit basah karena shampoo nya tadi pagi, mengumpulkan kemudian mengangkatnya. Cowok itu sedikit menunduk untuk meniup pelan tengkuk Jemie yang berkeringat.
"kamu habis keramas?" tanya Abithar. Harum blueberry menyentuh ujung hidung cowok itu lembut.
Jemie mengangguk semangat "iya dong."
"buat apa kamu mandi pagi-pagi?" Abithar mendengus geli, merasa aneh dengan Jemie yang mandi pagi-pagi, padahal lebih nyaman setelah olahraga pagi.
"harus wangi dan cantik kalau mau ketemu orang ganteng" sahut dia tercengir.
Abithar mendengus geli, tangannya bergerak mengikat rambut Jemie dengan ikat rambut di sakunya yang tempo hari lalu pernah gadis itu titipkan kepada dia, dan Abithar selalu membawa ikat rambut tersebut berjaga-jaga bila sewaktu-waktu Jemie membutuhkannya.
"kalau kamu mau istirahat, tunggu di sini, saya mau lanjut lari, jangan kemana-mana" pinta Abithar, menunjuk bangku taman di pinggir jalan kecil.
Jemie mengangguk pasrah, namun sedetik kemudian air wajahnya menunjukkan keceriaan.
"habis lari pagi, kita kemana?" tanya dia antusias.
Abithar menautkan alis "memang kamu mau kemana?"
Jemie mengangkat bahu tidak tahu, dia hanya berharap setidaknya, Abithar tidak memulangkan dia sepagi itu. Ayolah! ini kan akhir pekan, semoga senior dia itu memiliki rasa inisiatif mengajaknya berlibur di akhir pekan.
"gak tau, kemana aja deh" jawab Jemie.
Abithar tampak berpikir, dia sebetulnya tidak benar-benar libur hari ini karena beberapa pekerjaan menunggunya nanti siang. Tidak mungkin juga ia merelakan berkas-berkas penting hanya karena rengekan Jemie atas kebosanannya di rumah.
"kalau begitu, apartemen."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Jema
JugendliteraturSebut saja Jema, gadis pelupa, cerewet dan moody-an yang baru saja menduduki kelas 10 tersebut tahu-tahu harus mengikuti ekskul karate yang sama sekali jauh dari ranahnya. Memang tidak begitu 'oke' dengan karate, Jemie hanya betah di ekstrakulikuler...