Kemarin, Jemie tak menemukan es krim Baskin-Robbins yang dijanjikan Javio di atas mejanya. Karena barangkali the scout boy tersebut membutuhkan waktu untuk mencari tahu nama Jemie kemudian menelusuri kelasnya. Jadi es krim tersebut baru tersedia siang ini, itu pun dititipkan pada Darren-bendahara kelas.
Lantas, karena seorang Javio menghampiri kelas tingkat kebawah maka semuanya menatap Jemie seolah menyelidik, namun dia menjelaskan dengan detail bahwa cowok itu memang menjanjikannya es krim setelah menyuruh dia untuk mengambilkan baju olahraga. Bukan manipulatif tetapi memang itu faktanya, dan cewek-cewek masih saja mengungkit-ungkit hak tersebut.
Tetapi untung hari ini Jemie akan masuk kelas pelatihan karate. Shihan Erdo mengatakan untuk sementara pelatih kelompoknya adalah Haja, maka dari itu Jemie bisa bernafas lega. Toh, dia tidak akan tersiksa batin bila bersama cowok itu ketimbang dengan Abithar yang flat tapi berbahaya.
Dengan tenang Jemie memakan sesendok es krimnya di pinggir matras, memperhatikan satu persatu anggota yang sedang dilatih. Lantas perhatian Jemie jatuh pada Ellen, senior perempuan nya yang setingkat dengan Javio dan dibawah Haja, dia ditugaskan untuk membantu Abithar dan Haja hanya untuk hari ini karena alasan tertentu. Gadis tersebut sedang bertanya-tanya dengan Abithar sembari berjalan menuju tempat istirahat para pelatih.
Jemie berdecih "genit lo" cemooh dia menyendok sesuap es krimnya lagi.
Walau begitu, Jemie tetap memperhatikan gerak-gerik Ellen dan Abithar di ujung sana, gadis berambut coklat tua tersebut terlihat sedang tertawa berusaha keras membuat obrolan mereka menyenangkan, berbeda dengan ekspresi Abithar yang biasa-biasa saja seolah tidak ada yang menarik.
Karena melihat itu, Jemie ingin tertawa guling-guling di atas matras kemudian mengejek Ellen hingga perut keram. Sungguh mustahil terjadi.
Haja berkacak pinggang, memanggil Jemie untuk memulai lagi pelatihan nya.
"Jema, ke sini dulu"
"eh, siap kak!"
Tempo hari, Haja pernah menegurnya soal panggilan, para anggota harus memanggil para pelatih dengan sebutan senpai tetapi Jemie menolak sambil memohon-mohon karena dia akan sangat terbahak bila mengatakan itu, karena menurutnya mirip wibu.
Haja menautkan alis "makan es krim?" tanya dia melirik es krim di genggaman Jemie yang kelihatannya segar.
"iya, mau kak?" tawar dia menyodorkan cup es krim nya pelan. Haja menggeleng, dia ingin menyuruh Jemie untuk menaruhnya sejenak agar mereka bisa berlatih kembali, tetapi ekspresi gadis itu yang kelihatan tidak tahu apa-apa membuat Haja mengurungkan niat.
"oh iya kak, ada salam dari temen gue, namanya Fidya"
Haja mengangguk "salam lagi" sahut dia menggaruk tengkuk belakangnya aneh. Dia melirik Abithar yang berjalan ke arahnya dengan Ellen mengekor di belakang.
Jemie mendengus, dia ingin kembali duduk di pinggir matras saja melihat pemandangan itu, tetapi tentu ia harus menunggu instruksi dari Haja yang sedang melatih.
Ellen terlihat membuka mulut "kak Haja, aku udah selesai waktu ngelatihnya, aku pamit ya, makasih banyak kak" kata dia menunduk sedikit agar terlihat sopan, dia berbalik dan melemparkan senyuman kepada Abithar membuat Jemie ingin menjambaknya terang-terangan.
Jemie melirik Abithar yang tengah menatap dia seolah ragu-tagu. Haja mengangkat dagunya.
"kenapa?" tanya dia.
Abithar menggeleng, akhirnya dia membuka suara "gue cuma ngingetin, lo ada basket jam sekarang"
Jemie hampir tersedak. Oke, mungkin ini agak norak dan alay tetapi dia betul-betul pertama kalinya mendengar Abithar berbicara dengan kosakata non-formal begitu. Mungkin untuk teman-temannya memang sedikit berbeda perilaku, Jemie bisa memaklumi, tetapi hal ini kesempatan bagus untuk dijadikan bahan ejekannya nanti.
Haja menepuk dahinya seolah melupakan sejarah perang dunia "Oh iya" seru dia pelan.
Cowok berambut sedikit tebal itu menoleh ke arah Jemie yang sedang menatapnya bingung.
"Jema, sorry banget, gue ada pertemuan ekskul jam ini, gapapa kan?" sesal Haja.
Bahu Jemie merosot lemas, dia melirik Abithar mentah-mentah kemudian bersungut "Yah, terus gue sama siapa kak?"
Haja menghembuskan nafas "lo sama Abithar dulu ya" tawar dia berharap Jemie mengerti.
"Tapi gue mau nya sama lo, kak, gak enak sama kak Abim-Abithar" tutur dia sengaja dan tergesa-gesa mengoreksi panggilan nya.
Haja tersentak, dia melirik Abithar dengan keringat dingin, takut temannya merasa tersinggung. Tetapi alih-alih mengeluarkan ekspresi tidak enak, Abithar malah menatap Jemie seolah ada makna sesuatu, dan Haja tau itu tidak baik, tetapi dari kapanpun semua orang tahu bahwa dia atau siapapun itu tidak bisa merubah apa yang ingin dilakukan Abithar, jadi dia bukan ranahnya.
Haja meneguk ludahnya pelan "Buat hari ini aja kok, Jema, besok atau kapanpun gue kosong lo bisa minta gue buat ngelatih, gimana?" tawar dia lagi.
Jemie mengangguk pelan dia melambaikan tangan ketika Haja sudah bergegas merapihkan ransel hitam di dekat pintu, kemudian menghilang di belokkan. Merasa canggung, Jemie menoleh kemudian mendapati Abithar yang sedang melirik es krimnya. Gadis itu tersenyum kikuk dan segan.
Dia mengangguk "ayo kak?"
Abithar tidak langsung menjawab, dia menatap Jemie sejenak.
"katanya diajar sama saya gak enak?" tanya dia dengan intonasi mengejek, walau ekspresi nya tetap datar-datar saja.
Jemie tercengir lebar "ya abisan sih, kaku banget jadi orang. Kak Haja kan friendly, seru, jadi enak diajar sama dia"
Abithar mendekat, mengambil cup es krim yang ada pada genggaman Jemie kemudian menaruhnya di pinggir matras, cowok itu menghela nafas pelan.
"saya bukan Haja"
Jemie tertawa kecil "ya emang bukan dong, kan namanya Abithar" sahut dia kemudian mengikuti gerakan penghormatan dan kuda-kuda dari Abithar.
Jemie mengeluh kecil ketika dia tidak bisa mengimbangi diri saat seniornya memutar hulu badan kemudian menyenggol pelan bahunya sebagai bentuk menegur gadis itu upaya fokus dalam pertahanan diri.
Jemie melirik wajah Abithar sekilas sebelum membuka suara "mood kak Abim jelek ya?" tanya dia ketika mendapati bahwa ekspresi Abithar benar-benar berbeda dari yang biasanya, lebih datar dan tidak menyimpan senyum dibalik itu.
Abithar menautkan alis "memangnya kenapa?" dia menghentikan gerakan diikuti oleh Jemie
Jemie menggeleng "gak apa-apa, aku juga kok, bedanya mood ku turun gara-gara kak Ellen, genit banget sama kak Abim, minta dijambak" pungkir dia mengangkat bahu.
Abithar tidak menjawab, menyugar rambutnya pelan ke belakang. Dia menatap Jemie lama sebelum mengangguk-angguk paham lantas kembali memulai gerakan tangan, mengepal ke depan membentuk tinju ke udara.
Jemie mengikuti, dengan gerakan yang sudah membaik dari sebelum-sebelumnya. Dia hampir berteriak ketika Abithar menarik tangannya pelan untuk mendekat, mengikis jarak dan berbisik sesuatu di telinganya.
"saya punya mood yang buruk hari ini. Karena kalian berdua, Haja dan kamu, annoying as fuck, Jemie"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Jema
Novela JuvenilSebut saja Jema, gadis pelupa, cerewet dan moody-an yang baru saja menduduki kelas 10 tersebut tahu-tahu harus mengikuti ekskul karate yang sama sekali jauh dari ranahnya. Memang tidak begitu 'oke' dengan karate, Jemie hanya betah di ekstrakulikuler...