Cuaca tak mendukung, dengan langit yang mendung, memulai selasa pagi yang indah ini. Jemie dan Fidya memilih opsi untuk menaiki Transjakarta, seharusnya mereka bisa naik motor scoopy biru muda yang imut milik Fidya tetapi sekarang tentu tak memungkinkan.
Iklim pancaroba yang ekstrem membuat kedua sohib ini berpikir dua kali, dan selagi Transjakarta memiliki fasilitas bagus kenapa tidak?
Jemie melamun kosong meratapi nasibnya. Hari ini hari pertama ekstrakurikuler karate, apa yang harus dia lakukan? anggota keluarga pasti akan terbahak-bahak begitu melihatnya bermain adu jotos dengan Joe Taslim. Tentu mustahil, namun Jemie tipikal gadis yang hobi membuat karya tangan bukan karya babak belur, sedikit aneh rasanya.
Dia melirik layar ponsel Fidya, temannya sedang menggulir-gulir layar di aplikasi burung biru membuat Jemie ketularan hendak membukanya namun dia terlalu mengantuk. Jadilah Jemie memutuskan untuk menyandarkan kepala di jendela.
Dia memperhatikan bulir air yang meluncur di setiap kaca jendela, dia seperti melihat gambar dari pinterest. Pandangannya mendadak keluar fokus dari objek itu. Netranya menangkap pemandangan keren di jalan raya yang betul-betul dekat.
Jemie dapat melihat pengendara motor Ducati berplat 'ABTHR' yang biasanya adalah plat profesional. Dia menautkan alis, meskipun si pengendara itu mengenakan helm full face, Jemie mendapatkan insting bahwa wajah dibaliknya tentu saja ganteng seperti motornya.
Dia tersenyum membayangkannya, semangat begitu melihat seragam yang sama dikenakan oleh pengendara. Entah itu senior atau satu tingkatan dengannya Jemie tak terlalu memusingkan yang jelas dia melihat salah satu cowok paling 'oke' pagi ini. Dan Buenos memang terkenal akan potensi-potensi pelajarnya yang diluar nalar, alias potensi hartanya.
Rasanya kaget ketika si pengendara motor ganteng tersebut menoleh ke arahnya, atau mungkin bisa saja hanya menoleh ke penumpang-penumpang Transjakarta.
Jemie tercengir kemudian menyenggol siku Fidya mendesak "Eh, liat deh, Fid. Ada cowok ganteng ngelirik gue" pamernya menuding pengendara tadi yang kembali menoleh ke jalan raya dan bersiap untuk menancap gas setelah lampu lalu lintas bergilir hijau.
"Masih pagi, Jem, gue tau lo ngantuk" sahut Fidya mendorong pelan kepala Jemie untuk kembali bersandar ke jendela dan manyadarkan temannya itu dari sebuah fatamorgana.
•°Le précieux Jema°•
Rasanya aneh ketika berkumpul dengan anggota-anggota ekskul beladiri tersebut. Setidaknya mereka pasti memiliki pengalaman atau minat dalam terhadap karate. Lalu bagaimana dengan Jemie? Entahlah dia lebih tertarik memerhatikan dua seniornya yang tengah duduk di bangku depan di belakang Shihan¹ Erdo yang sedang menjelaskan langkah-langkah sesudah pemanasan.Teman-teman ekskul nya ini sering menunjuk-nunjuk salah satu senior dari keduanya itu. Jemie sedari tadi ingin bertanya, siapa namanya? yang di sebelah kanan? yang terlihat kalem sekali tersebut? wajahnya sangat mencolok alias poros eropa yang aristokrat terlihat kentara di garis mukanya.
Karena tidak mendengar apa-apa, Jemie linglung kala mereka dibubarkan untuk berlatih bersama beberapa senior yang sudah dipersiapkan untuk mengajar. Gadis itu masuk dalam barisan yang dia lihat paling tidak salah satu teman satu tingkatan Zeyra namanya.
"Ini mau ngapain?" tanya Jemie dengan wajah innocent-nya.
Zeyra menjawab "Kihon, gerakan dasar" jawab dia kemudian.
Jemie mengangguk, kemudian pelatihan dasar dimulai dengan amat serius. Salah satu senior yang dia ketahui bernama Haja sibuk dengan gerakan tangan satu anggota, Jemie menganggur dengan gerakannya yang terbilang jelek. Gadis itu menghela nafas, sudah ia duga dirinya sangat payah soal beladiri.
"Kenapa diam?"
Jemie menoleh kaget ketika mendapati sosok yang sedari tadi menyita perhatian nya saat pengarahan Shihan Erdo. Wajah sang senior bertanya.
Jemie menjawab kikuk "Gak bisa gerakan tangan, kak"
Jemie tebak seniornya ini menduduki kelas 12, entah kenapa dia terlihat lebih matang untuk ukuran anak SMA. Dan rasa penasarannya membumbung tinggi untuk bertanya nama.
Senior itu maju selangkah mendekati Jemie kemudian memberi arahan untuk sikap kuda-kuda, dia mencontohkan gerakan tangan dengan lihai membuat Jemie yang melihat sudah putus asa terlebih dahulu. Gadis ini menggeleng tidak bisa, tetapi ekspresi senior meyakinkan nya.
"Kakak namanya siapa?" tanya Jemie.
"Abithar" jawab si senior.
Jemie menganggukkan kepalanya paham, dia sering mendengar nama itu di kalangan siswi Dan Buenos semenjak sekolah disini. Tanpa aba-aba Jemie memulai gerakannya dengan tergesa-gesa, Abithar menggeleng salah dan anggota yang sedang ia ajar itu malah diam menatapnya.
"Kenapa kamu melihat saya begitu?" tanya nya.
Jemie menggeleng "Kak Abithar ganteng soalnya." dia menjawab jujur. Sedangkan Abithar hanya menautkan alis, dia mendengus geli sebelum tangannya menggenggam kepalan tangan Jemie dan untuk sesaat semuanya terasa berat di kepala.
Fragmen masa depan yang akan tiba mulai berputar memenuhi pandangan cowok itu.
[]
word -
¹ shihan : shihan digunakan resmi untuk seorang guru atau instruktur yang telah memiliki tingkatan DAN tertentu (umumnya memiliki tingkatan DAN VII keatas).
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Jema
Novela JuvenilSebut saja Jema, gadis pelupa, cerewet dan moody-an yang baru saja menduduki kelas 10 tersebut tahu-tahu harus mengikuti ekskul karate yang sama sekali jauh dari ranahnya. Memang tidak begitu 'oke' dengan karate, Jemie hanya betah di ekstrakulikuler...