dieciséis - playboy

141 17 3
                                    

Ini kedua kalinya Jemie bertamu ke apartemen Abithar, dan gadis itu merasa bahwa seniornya tersebut sudah mulai buka-bukaan dengannya. Secara, cowok itu baru saja membuka unit dengan passcode tanpa ditutup-tutupi seperti normalnya orang-orang.

Dahi Jemie mengkerut ketika mendapati dua sandal bertuliskan ovalestrip yang tempo hari juga sempat dia pakai, ketika Abithar bersikeras agar Jemie memakai benda itu karena cuaca hujan yang dingin. Kini jumlahnya jadi empat pasang.

Mereka memasuki unit Abithar yang rapih––seperti biasa, hanya saja ada sesuatu yang berbeda, dan Jemie belum menemukan hal tersebut.

"kamu bisa ganti baju dulu." ujar Abithar menunjuk lemari kecil di sudut ruang televisi.

Cowok itu sudah melengos ke dapur untuk meletakkan bubur cina kegemaran Jemie di wadah mangkuk berbentuk kelinci yang baru saja dia beli di toko furniture , untuk Jemie. Sedangkan gadis tersebut sedang terheran-heran baru menyadari bahwa sesuatu yang baru adalah lemari kecil berwarna peach di sudut ruangan alias di samping pintu kamar Abithar.

Jemie menautkan alisnya, dia mendekati lemari tersebut kemudian membukanya. Bisa tercium dengan sangat jelas harum blueberry yang Jemie kenal. Jelas! itu adalah aroma yang persis dengan parfumnya! darimana Abithar mendapatkan itu?

Tetapi masalah wewangian bukanlah hal terpenting karena Jemie lebih memusatkan perhatiannya pada tumpukan kaus-kaus dan celana panjang yang tertata rapih di lemari peach ini.

Jemie tertegun, apakah Abithar sudah mengajak beberapa gadis ke unitnya ? Mengapa banyak sekali kaus-kaus dengan motif menggemaskan itu? Dan bisa dipastikan mereknya dari brand yang agak sulit dikatakan 'murah'. Tak mau mengulur waktu, Jemie segera mengganti bajunya di kamar mandi dengan oversize t-shirt berwarna kuning pastel, ada tulisan 'Bananas for The Minion' di bagian dadanya.

Gadis itu berlari kecil ke arah dapur "Kak Abim sering ngajak cewek ke sini ya?" tanya dia menyelidik

Abithar menautkan alis, dia menggeleng-geleng malas untuk menjawab pertanyaan tersebut dan sibuk melapisi roti gandum dengan selai coklat.

"Kamu yakin nanya begitu?" Abithar malah bertanya balik, jelas saja, bukankah semua orang tahu bahwa dia tidak pernah menjalin hubungan romansa dengan siapapun. Jemie aneh.

"Ya, bisa aja, 'kan?" Jemie bersikeras "siapa tau kak Abim diam-diam playboy." lanjutnya.

Abithar mendengus geli, merasa konyol atas ungkapan adik kelasnya yang dikenal super aktif tersebut.

Jemie mendekat, menghampiri Abithar yang masih sibuk dengan roti lapis, gadis itu mencondongkan tubuh ke hadapan cowok tersebut guna menghalangi pandangan.

"ya, 'kan? kan? kak Abim udah ngajak berapa perempuan ke sini?"

Jujur, sebetulnya Jemie hanya ingin memanas-manaskan gurauannya saja, tetapi melihat Abithar yang mulai tak menyangkal dia jadi panik sendiri, bagaimana bila cowok itu benar-benar sering membawa perempuan yang berbeda-beda setiap hari ke unitnya? Lalu Jemie yang ke berapa bila hal itu fakta yang tidak dapat digubris?

Tetap pada posisinya Abithar hanya melirik Jemie sekilas, dia mengangkat bahu seolah tidak tahu.

Jemie menyentakkan kakinya kesal setengah mati, antara tidak percaya namun keminatan Abithar dalam membelikan berbagai kaus feminim untuk entah siapa adalah bukti yang amat konkret bahwa dia sering membawa lawan jenis ke unitnya.

"Ish, siapa kak Abim?" gemas Jemie mendesak.

Abithar mengerenyit aneh "kamu betulan ingin tau?"

"Ya iyalah!"

Tidak mengambil pusing, Abithar hanya menghela nafas berat seolah-olah dia ingin melepaskan suatu rahasia besar yang tersimpan di dalam dirinya yang tak diketahui orang-orang, tetapi berakhir dengan mulut yang masih terkatup rapat. Abithar tidak berniat menjawabnya!

"cewek pertama, siapa yang kak Abim ajak?" desak Jemie makin menjadi.

Abithar meliriknya cukup lama "Jemie"

"ke dua?"

"Amourine" jawaban ini cukup membuat Jemie menautkan alisnya super bingung.

"ke tiga?"

"Dasha" Abithar menjawab enteng

Dan ya, percakapan ini sukses membuat seorang Jema menarik sudut bibir, kalau dia melepaskan kewarasannya mungkin dia sudah berlarian mengelilingi unit sembari berteriak keras.

She felt a butterflies in her stomach.

Bisa-bisanya Abithar tidak merasa bersalah setelah menjahili Jemie. Sebab, cewek itu benar-benar dibuat salting sebrutal-brutalnya. Dia mencubit lengan Abithar gemas, kemudian memeluk perut cowok itu erat seolah tidak membiarkannya bernafas barang sedetikpun.

"lucu banget sih, anak bunda!" gemas Jemie seraya mengejek.

Abithar mendengus, dia menatap Jemie dengan ekspresi datar, kini kegiatan melapis roti dengan selai coklat dia benar -benar terganggu, karena Jemie juga mengambil alih atensi dengan bersandar pada meja pantry di hadapan cowok itu. Jangan lupakan tangan Jemie yang melingkar di perutnya.

"berarti kak Abim belum pernah ngajak perempuan ke sini selain aku?" tanya Jemie memastikan.

Abithar mengangguk pelan, dia menyugar rambutnya ke belakang dan melanjutkan kegiatan melapisi roti dengan gerakan yang terbatas akibat dekapan Jemie. Beberapa detik mencoba menghilangkan rasa gemas akhirnya dia melepaskan dekapannya.

"kak Abim beneran belum pernah pacaran?" Jemie bertanya.

Kendati dia sudah tahu fakta sesungguhnya dari orang-orang, terutama Fidya, tetap saja Jemie ingin dengar langsung dari Abithar. Terlebih bila bersama seniornya itu, Jemie tak akan bisa jikalau tidak berceloteh, biar saja dirinya dikata sok imut dan sebagainya seperti yang beberapa orang katakan. Toh, orang terdekat sudah tau bahwa memang beginilah sifat Jemie Amourine.

Dengan sekali anggukan Abithar juga telah menata roti lapis di piring putih, kemudian dia tambahkan beberapa brokoli dan kentang di sisi roti sebagai pendamping.

Jemie bergidik, ya ampun sosok ini betul-betul seseorang yang hidup dengan sehat, wajar saja bila otak nya brilian. Bagaimana dengan Jemie? Bubur cina, mie instan, makaroni pedas, seblak dan makanan-makanan tidak bermutu lainnya— paling tidak menurut Abithar.

"sayang kak Abim, deh." ujar Jemie masih dengan perasaan gemasnya.

Abithar mendengus kecil, dia mendudukkan Jemie pada kursi meja pantry, kemudian menyiapkan dua gelas jus untuk dirinya dan gadis itu.

Dia menyahut "terimakasih."

Jemie mengangguk "sama-sama."

Entahlah, dulu Abithar membiarkan Jemie mendekatinya karena memang dia juga berencana akan menyelamatkan gadis itu dari terawangan buruknya tentang kecelakaan, dia tidak berpikir sama sekali bahwa Jemie akan menjadi sosok yang paling dekat.

Dia pikir Jemie memang sedikit nyentrik dibandingkan cewek-cewek lainnya. Cerewet, super aktif dan mengekspresikan segala hal yang dirasakan secara gamblang. Itu tidak masalah tentu saja. Abithar pikir ketika misinya usai menyelamatkan Jemie dari mobil kijang kala itu dia sudah bisa bersikap normalnya senior dan junior dengan gadis itu.

Tapi sayang sekali. Tidak bisa. Ada suatu hal yang menarik Abithar semakin dekat.

But he doesn't know what it is.

[]

vote woy.

The Precious JemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang