Istilah Nyai dalam konteks historiografi kolonial cenderung negatif. Sejatinya istilah tersebut merujuk pada wanita pribumi yang tinggal bersama pria Belanda tanpa status pernikahan.
Para Nyai di era kolonial Belanda, berlaku layaknya ibu rumah tangga.
Pria Eropa yang berjaga pada perkebunan karet dan tembakau akan memilih wanita Jawa yang cantik, untuk dijadikannya pelayan di rumahnya.
Terjadi kesenjangan antara para buruh kontrak wanita dengan para Nyai. "Buruh perempuan juga harus bekerja sangat keras ketika memetik kopi, cengkeh, memetik daun teh di perkebunan di bawah terik matahari, memilah daun tembakau, atau menyadap karet di perkebunan milik orang Eropa
Berbeda dengan Nyai, mereka bekerja dengan waktu yang sama lamanya, hanya saja tanpa terik, mereka melayani pria Eropa di rumahnya, mengurusi urusan rumah tangga, serta mengawasi para pembantu rumah tangga dalam bekerja. Kesenjangan tersebut yang kemudian menjadi citra miring dan sentimen diantara para buruh wanita.
Kenyataan yang dirasakan para Nyai berbeda...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Kasminah
Historical FictionMenceritakan sebuah kisah Nyai Kasminah yang hidup pada masa Kolonial Belanda. Tidak hanya tentang kisah cinta dan kehidupannya, tapi juga tentang daerah, dan ekonomi masa pemerintahan Hindia-Belanda.