Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang hingga proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Nama Indonesia mulai diperkenalkan pertama kali oleh pria asal Skotlandia bernama James Logan.
Jauh sebelum nama Indonesia muncul, Indonesia bernama Nusantara yang terkenal sebagai sumber rempah-rempah. Nama Nusantara diberikan oleh pujangga Kerajaan Majapahit. Wilayah Nusantara terdiri dari ribuan pulau besar. Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayahnya meliputi seluruh Nusantara dengan politik luar negarinya bersemboyan "Mitreja Satata" yang artinya persahabatan dengan tetangga.
Majapahit dengan Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dapat mempersatukan seluruh Nusantara berkat "Sumpah Palapa" yang memiliki arti kesatuan dan persatuan.
Kemudian Indonesia juga disebut Hindia diberikan oleh orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia. Pada sekitar abad ke-15, penjelajah asal Portugis bernama Vasco da Gama menemukan kepulauan Indonesia. Ia menemukan gugusan kepulauan dalam ekspedinya mencari rute langsung dari Eropa ke Malabar (India).
Kemudian gugusan kepulauan tersebut diberi nama Hindia. Nama Hindia sesuai letaknya yang berada diperbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Baru ketika Indonesia dikuasai oleh negara Belanda, Belanda mengubah nama Hindia menjadi Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) atau Nederlandsch Oost-Indie (Hindia Timur Belanda).
Memutar waktu pada 6 Agustus 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat. Melihat kondisi tersebut pada satu hari setelahnya BPUPKI diganti menjadi PPKI untuk lebih menegaskan keinginan mencapai kemerdekaan. Terus berlanjut, pada 9 Agustus 1945 dijatuhkan bom atom kedua di Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Sekutu.
Dan pada hari yang sama, radio British Broadcasting Corporation (BBC) baru menyiarkan bahwa Jepang secara resmi telah menyerah kepada Sekutu.
Berita tersebut akhirnya mendorong para golongan muda, diantaranya adalah Sutan Sjahrir, Wikana, dan Darwis untuk mendesak Soekarno-Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Sayangnya, golongan tua kala itu menolak agar tidak terjadi pertumpahan darah dalam peristiwa proklamasi. Penolakan inilah yang kemudian mendorong para golongan muda memutuskan untuk menculik Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945.
Hingga pada 17 Agustus 1945, bangsa ini akhirnya berdaulat, menyatakan kemerdekaannya dengan hingar bingar. Pagi itu, kediaman Soekarno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta dipadati oleh sejumlah pemuda. Mereka berbaris untuk menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan sekaligus pengibaran bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya dengan khidmat.
Kabar terkait Proklamasi Kemerdekaan ini pun disiarkan di media massa dan radio, serta dibagikan lewat surat selebaran. Hari itu, seluruh elemen masyarakat akhirnya berhasil menghirup udara kemerdekaan.
Kabar itu tentu saja juga sampai ditelingaku. Ada perasaan senang, tetapi aku juga tidak bisa membohongi diriku bahwa ada rasa was-was dalam hatiku.
"Ini hanya perasaanku saja, semua akan baik-baik saja. Bismillah"
Kataku dalam hati.Dugaanku tentang semuanya akan baik-baik saja ternyata salah, ada sebuah peristiwa yang kita namakan masa bersiap. Masa dimana yang disematkan Belanda untuk menyebut periode kekerasan terhadap orang-orang Eropa di Indonesia selama revolusi kemerdekaan pada 1945-1946.
Aku menggambarkan Periode Bersiap sebagai sebuah masa yang sangat mengerikan dan mencekam. Didaerahku ratusan atau mungkin ribuan orang terbunuh dalam kerusuhan, kekacauan, serta penjarahan yang terjadi selama Masa Bersiap.
Korban yang berjatuhan pun tidak hanya dari kalangan Belanda, tetapi juga orang-orang peranakan Indo-Eropa, China, hingga etnis Maluku di Jawa. Masa Bersiap merupakan sebuah teror, kekacauan, dan kekerasan yang dilatar belakangi amarah dan keinginan balas dendam pribumi terhadap kolonialisme Belanda. Ribuan orang yang dianggap pro-Belanda tersapu badai revolusi Indonesia. Sebagian besar anak-anak, perempuan, dan orangtua.
Entah apa yang bisa membuat mereka setega ini terhadap sesama manusia. Entah karena semangat kemerdekaan itu, atau karna hasutan, di kalangan sebagian orang Indonesia, dicampuri nafsu balas dendam kepada segala hal berbau Belanda. Orang-orang ini tidak menyukai orang-orang yang dekat dengan Belanda. Mereka yang bekerja untuk orang Belanda, terutama orang Belanda yang bekerja untuk NICA, dijuluki sebagai Andjing NICA.
Kata bersiap kerap diserukan jika malam menjelang. Massa rakyat bersenjata bambu runcing, golok, satu-dua senjata api seperti pistol, bersiap menantikan kedatangan serdadu-serdadu sekutu atau NICA-Belanda. Bentrokan biasa terjadi dan korban berjatuhan di kedua belah pihak.
Tidak hanya disitu, pemuda-pemuda Indonesia menghalangi pedagang Indonesia yang hendak menjual barang kebutuhan pokok kepada orang Belanda.
Orang-orang Eropa dan orang Indo, juga orang pribumi yang beragama Kristen, dikumpulkan di belakang Stasiun Gondanglegi, Turen dan beberapa tempat lainnya. Mereka ditawan, Semua pria, wanita, dan anak-anak itu hampir seluruhnya ditelanjangi. Mereka dibunuh secara brutal.
Ada saja pejuang yang bangga telah memenggal sekian banyak leher 'kaki tangan NICA', dan ia jadi disegani. Namun, teror adalah teknik, akarnya adalah perjuangan kebebasan dan keadilan. Syukur kalau langsung dibunuh, mereka tidak lama merasakan sakit, nyatanya periode ini disertai penyiksaan keji dan pemerkosaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Kasminah
Ficción históricaMenceritakan sebuah kisah Nyai Kasminah yang hidup pada masa Kolonial Belanda. Tidak hanya tentang kisah cinta dan kehidupannya, tapi juga tentang daerah, dan ekonomi masa pemerintahan Hindia-Belanda.