Seperti pada hari sebelumnya, aku menjalani rutinitas seperti biasa. Memasak, membantu menyiapkan peralatan sekolah untuk anak-anakku dan menyiapkan kebutuhan suamiku.
"Kami berangkat belajar disekolah dulu bu"
Pamit ketiga buah hatiku dipagi itu."Ik ga eerst, wees voorzichtig thuis' (saya berangkat dulu, berhati-hatilah dirumah)"
Kali ini suamiku yang berpamitan, kemudian mencium keningku."Selalu hati-hati dan cepat pulang"
Ucapku lembut sambil mencium tangan dan pipinya.Setelahnya aku menyiapkan bahan kinang yang terdiri dari pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, dan cengkih, tidak lupa merangkai bunga melati yang akan ku kalungkan pada keris pemberian bapakku yang aku pajang di ruang tengah.
Nginang merupakan sebuah tradisi warisan yang dahulu biasa dilakukan oleh orang yang suka memakan kudapan. Kalau saat ini bisa diibaratkan seperti permen atau makanan ringan lainnya.
Menginang awalnya dilakukan orang agar aroma mulut menjadi lebih sedap, namun hal ini malah menjadi kebiasaan yang menimbulkan rasa nikmat yang kemudian menjadi candu sehingga sulit untuk dilepaskan. Di sisi lain, menginang ternyata bagus untuk alternatif perawatan gigi. Menginang juga dapat menyembuhkan luka di mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan bagus dijadikan obat kumur.
Masyarakat Jawa masih sangat percaya terhadap dampak positif dari tradisi nginang. Tradisi nginang dipercaya memiliki filosofi yang diambil dari beberapa bahan yang digunakan seperti, Sirih bermakna sifat rendah hati seseorang, memberi, serta senantiasa memuliakan orang lain. Pinang bermakna keturunan yang baik. Kapur dan Tembakau melambangkan ketabahan hati dan rela menolong sesama. Gambir bermakna kesabaran dan keteguhan hati seseorang.
Tidak lupa mengucapkan doa untuk leluhur kami dan berterimakasih kepada Gusti Allah yang telah memberikan seluruh nikmat dan berdoa untuk keselamatanku dan keluargaku hari ini." Bismillahirrohmanirrohim, Ibu pertiwi, bopo angkoso, Kawulo bade lelampahan, Yai among, kiai among, Awakmu ngarep, awakmu mburi, Seger, waras, slamet, saking kersaning Allah."
Usai membaca doa, aku menghentakan kaki tiga kali ke tanah, memantapkan pikiran, dan selalu berhati-hati dalam menjalankan kehidupan hari ini.
***Bersiap-siap akan melihat kebun kopi sebelah rumah yang dipanen hari ini, aku memakai setelan kebaya warna putih bahan katun dan jarik Parang Kusumo atau biasa disebut dengan kain batik.
Setiap tradisi orang jawa mempunyai arti atau maknanya sendiri, misalnya Batik Parang Kusumo ini. Batik motif ini hanya bisa digunakan oleh kalangan bangsawan zaman dulu, batik ini mewakili harapan agar pemakainya dapat memperoleh keluhuran, kedudukan, dan dijauhkan dari segala marabahaya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kebaya tentunya memiliki keunikan tersendiri. Dengan tampilan yang tampak klasik namun berkelas. Wanita Jawa menggunakan kemben sebagai dalaman. Keelokan kebaya diselaraskan dengan bentuk tubuh wanita yang sedap di mata sehingga perlu stagen untuk mengencangkan bagian perut dan pinggang.
Agar semakin terlihat anggun namun tegas, rambut wanita ditata berbentuk konde. Agar semua kecantikan tersebut semakin sempurna, perlu sekali menambahkan perhiasan seperti anting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Kasminah
Ficção HistóricaMenceritakan sebuah kisah Nyai Kasminah yang hidup pada masa Kolonial Belanda. Tidak hanya tentang kisah cinta dan kehidupannya, tapi juga tentang daerah, dan ekonomi masa pemerintahan Hindia-Belanda.