Namaku Kasminah, orang biasa memanggilku Nyai Kasminah. Badanku tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 156 cm, kulitku sawo matang, rambutku berwarna hitam, tidak bisa baca dan menulis, dan mungkin tidak ada yang spesial dalam diriku. Aku hanyalah perempuan suku jawa yang bertempat tinggal disebuah pelosok kota bernama Malang. Bapakku dulunya adalah pasukan perang kerajaan Kanjuruhan dan entah apa yang membuat beliau berhenti dan menetap didaerah pedalaman alas ini.
Masih segar dalam ingatanku kala itu daerahku adalah sebuah hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, banyak semak belukar, dan banyak terdapat tumbuhan liar, pohon, dan masih banyak hewan buas seperti celeng atau babi hutan, banteng, macan jawa, dan masih banyak lainnya. Kami bertahan hidup dengan mencari makan disekitar hutan, atau bercocok tanam seperti ketela pohon, suwek, tumbuhan ketela lainnya.
Terkadang banyak sekali rampok, atau orang jahat lainnya yang merampas hasil tanaman, harta benda kami atau pelecehan pada kaum wanita disekitar daerah kami. Saat itu manusia benar-benar seperti hewan yang sebagian orangnya tidak beradab dan beragama. Sebagian besar agama daerah kami adalah islam, tetapi masih bercampur dengan adat dan ritual agama hindu.
Karna banyaknya kejahatan itulah membuat bapakku kawatir terhadapku jika aku keluar rumah mencari makanan atau sekedar bercocok tanam. Bapakku mengajariku ilmu tenaga dalam dan silat, bapak membekali semua anak-anaknya dan orang sekitar ilmu silat untuk jaga diri bagi yang mau belajar.
Sampai akhirnya datanglah sekelompok besar orang tinggi berkulit putih dan berambut blonde yang kami sebut londo dan mereka menyebutnya VOC ke tempat kami. VOC kemudian mendirikan benteng yang kemudian menjadi rumah sakit militer dan kini lokasinya juga sebuah rumah sakit di daerah Celaket.
Desa yang pertama waktu pendudukan VOC di sekitar benteng disebut Klojen diambil dari nama Loji. Kemudian menyebar ke sekitar pelosok-pelosok Malang. Kemudian daerah yang awalnya hanya hutan pada tahun itu menjadi strategis. VOC juga menjadikan Malang kota pusat perkebunan kopi, tebu, teh, cengkeh, dan coklat pada masa itu.
Mereka bilang bahwa pemerintah Hindia Belanda menjadikan Malang sebagai kotapraja sekitar tahun 1914. Namun baru pada 1919 Malang mempunyai walikota sendiri. Kota ini kemudian dirancang sedemikian rupa menjadi kota untuk orang-orang pensiun dan menjadi satu di antara dua kota untuk tempat beristirahat orang-orang Londo selain Bandung.
Penduduk Eropa termasuk anggota garnisun militer Hindia Belanda untuk Jawa Timur dipusatkan di kawasan Rampal, Kota Malang mengalami penambahan jumlah populasi orang Londo, ini menunjukkan bahwa Kota Malang merupakan kota yang penting bagi pemerintah Kolonial dari segi ekonomi. Pemerintahan kolonial juga menyadari bahwa letak Malang di ketinggian 450 meter di atas laut, di antara Gunung Arjuno, Semeru dan Kawi serta dibelah oleh sungai Brantas memberikan panorama indah, hawa yang sejuk dan cocok bagi peristirahatan orang-orang Londo.
***
Alas : Hutan
Londo : Belanda
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Kasminah
Historical FictionMenceritakan sebuah kisah Nyai Kasminah yang hidup pada masa Kolonial Belanda. Tidak hanya tentang kisah cinta dan kehidupannya, tapi juga tentang daerah, dan ekonomi masa pemerintahan Hindia-Belanda.