Helaan nafas berat menjadi hal pertama yang didengar seorang pria paruh baya dari anaknya ini. Hayoung duduk di meja makan dalam diam. Dilihat dari ekspresinya, wanita itu seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu sekarang.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya sang Ayah.
"Iya..." Hayoung memulai kegiatan makannya di sana.
"Apa kau sakit?"
"Tidak"
"Kenapa kau menghela nafas seperti itu tadi?"
"Aku hanya merasa lelah"
"Apa?"
"Pekerjaanku terasa lebih banyak sekarang. Dan aku mulai tidak bisa mengatur waktu untuk menyelesaikan semuanya. Aku juga harus bolak-balik mengikuti jadwal artis di luar agensi selama beberapa hari ini"
"Kau masih terhitung sebagai karyawan baru tapi sudah terdengar sibuk seperti itu?" Ibunya bergabung di meja makan sambil menaruh beberapa piring berisi lauk tambahan.
"Iya. Aku hanya ingin bekerja seperti yang lainnya di depan komputer, tapi entah kenapa banyak tugas yang dibebankan padaku sekarang" Keluh Hayoung lagi.
"Tidak apa. Itu berarti kau sangat di andalkan di sana. Kau sudah satu bulan bekerja dan pasti sudah mendapatkan gaji pertama kemarin. Nikmati saja waktumu ini dengan baik karena tidak akan mungkin bisa terulang di saat semua tugas tadi di alihkan ke karyawan lain"
"Tapi tidak seharusnya mereka melimpahkan banyak pekerjaan padaku sekaligus. Aku bahkan masih menjadi karyawan bawahan di sana dan tugas-tugas itu melampaui jabatanku"
"Kau mungkin akan dipromosikan naik jabatan dalam waktu dekat" Ucap Ayahnya lagi yang terdengar seperti sebuah candaan.
"Aku tidak ingin tertawa, Ayah. Aku mulai lelah bekerja di sana"
"Bergembiralah. Kau bisa melihat artis kesukaanmu dari dekat hampir setiap hari. Kau juga pasti sudah berbicara secara langsung dengannya, kan?"
"Iya. Tapi saat sudah bekerja, aku harus mengenyampingkan kegiatan menjadi penggemarnya"
"Benarkah? Kau terdengar sangat profesional"
"Tidak. Aku juga terkadang hampir lupa kalau sedang bekerja dan mulai mencari tahu tentang Kai oppa dengan komputer kantor"
"Ucapanmu mulai terdengar bimbang sekarang" Ucap sang Ibu.
Hayoung kembali menghela nafasnya lagi di sana. Kegiatan makannya juga berjalan lambat dan hanya bisa mendengarkan kedua orangtuanya membahas hal lain sekarang.
"Aku mengemas buah-buahan untuk kau bagikan kepada rekan kerjamu" Ibunya melihat Hayoung masuk ke area dapur kembali dengan sudah mengenakan pakaian rapihnya.
"Apa?"
"Nenekmu mengirim banyak buah kemarin dan kita tidak akan mungkin menghabiskannya sendiri"
"Kenapa banyak sekali? Apa semuanya harus dibagikan kepada rekan kerjaku?"
"Iya. Kau bisa memberikannya juga pada artis yang bernama Kai itu"
"Dia mempunyai jadwal syuting program televisi di luar kantor agensi"
"Benarkah? Kalau begitu, berikan pada siapa saja yang kau temui nanti. Buah ini sangat manis dan bisa dimakan langsung setelah mencucinya sebentar di air mengalir"
"Baiklah. Aku akan membawanya"
"Berhati-hati saat berangkat nanti"
"Iya.." Hayoung kembali ke kamar untuk mengambil tasnya di sana. Kartu pekerja yang terdapat fotonya terjatuh ke lantai karena tersimpan di luar tas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Exposure
Fanfiction[SLOW UPDATE] Menjadi sasaeng di usia belasan membuat Hayoung harus banyak merefleksikan dirinya karena telah merugikan orang-orang di sekitarnya. Dia akhirnya bisa terlepas dari profesi mengerikan itu dan belajar dengan giat sampai diterima bekerj...