#1. Kalau mereka jadi power rangers

107 47 110
                                    

Kota Teurrow sedang dalam bahaya. Monster-monster dari berbagai ukuran datang melalui portal gaib yang tak diketahui. Kota besar tersebut mengalami kericuhan, kegemparan, kekalutan, kekeringan, kebasahan dan kebakaran---benar-benar campur aduk karena setiap monster memiliki kekuatan khusus.

Kakek, Nenek, Bapak, Ibu dan anak-anak mengalami ketakutan yang luar biasa. Dari Timur ke Barat dan Selatan ke Utara tak jua ditemukannya tempat aman. Berbagai satuan kepolisian, tentara bahkan pasukan khusus dikerahkan untuk menghadapi kengerian dari monster tersebut.

Keadaan ini tentu diketahui oleh anak kost cogan dan cecan. Kini mereka semua tengah berkumpul di kost cecan, duduk lesehan dengan beberapa camilan untuk menonton berita bersama-sama.

Seorang reporter di televisi tampak sedang menjabarkan keadaan di lokasi kejadian.

"Baiklah, dengan saya Nino sebagai reporter akan menjelaskan keadaan yang ada. Disini saya berada di pusat kota Teurrow. Tampak di belakang saya ada dua monster banteng yang sedang diserang oleh kepolisian."

"Monster tersebut berkaki 2 dan bertangan 2, terlihat memiliki bulu yang lebat seperti monyet dan menggunakan kolor berwarna merah. Tunggu dulu ... kenapa dia bisa pakai kolor?"

Tampak seorang bapak-bapak berbaju hijau terang memasuki frame siaran. Bapak tersebut kemudian ikut nimbrung.

"Itu saya yang berikan. Nama saya yanto, saya cukup kasihan melihat dia tanpa celana," ujar si bapak tersebut.

"Kenapa bapak merasa kasihan? Kini dia menyerang kota bapak!"

"Ya bagaimana pun mereka juga makhluk hidup. Dan kebetulan saya penjual celana di pasar. Jadi kita bikin negosiasi, saya beri celana maka nyawa saya selamat."

"Mereka bisa berbicara seperti kita?"

"Oh bisa, bahkan berhitung dan membaca juga bisa. Mereka juga sempat membantu saya jualan di pasar, namun pembeli saya kabur."

"Lalu bagaimana caranya agar dapat menghentikan mereka?"

"Tidak ada caranya, mungkin sekarang kalian bisa mengumpulkan celana kebesaran kalian untuk monster tersebut."

"Baiklah pak, terimakasih atas waktunya."

"Sama-sama buk, saya mau dinner sama ayang saya." Si bapak meninggalkan frame.

"Baiklah pemirsa, tadi saya sempat mewawancarai penduduk lokal. Sama sekali tidak membantu sepertinya," ucap reporter tersebut.

"Disini dapat kalian lihat, salah satu banteng memiliki elemen api dan salah satunya memiliki elemen angin. Ini sangat berbahaya, kepolisian tampak sudah perlahan mundur. Karena saya sayang nyawa, jadi saya pamit undur diri," lanjutnya sambil tersenyum paksa.

"Cepetan woi! Gue lupa bawa bpjs!" teriak si reporter tak sadar jika kamera masih merekam. Beberapa detik kemudian kamera mati, dan saluran tv mendadak menjadi tawuran semut.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Yoshi kepada seluruh anak penghuni kost.

"Kita tidak usah keluar!" seru Jihoon.

"Tapi bagaimana dengan keluarga kita di luar?" tanya Junghwan.

"Kita telepon keluarga kita, tanyakan keadaannya!" suruh Lea kepada seluruh anak kost yang tentu mereka ikuti.

Ruangan kost menjadi ribut dengan suara dering handphone dan sahutan panggilan mereka. Seluruh keluarga anak kost baik-baik saja karena mereka pun sedang bersembunyi di rumah.

KOST NIH! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang