Soobin sedang duduk termangu di bangkunya. Bel jam pertama telah berbunyi semenit yang lalu. Ribut dan canda tawa masih menghiasi kelasnya. Bagaimana tidak? Menurut informasi dari Junkyu yang notabenenya adalah seorang ketua kelas--Pak Urba si guru sejarah izin untuk tidak mengajar. Anak didiknya seneng, dong? Iyalah, mau pelajaran yang isinya cuma menggambar tanpa kegiatan belajar, rasa bahagia saat jamkos itu tidak ada tandingannya--terlebih jika tidak mendapat tugas. Pada dasarnya, mereka hanya menghindari guru.
"Guys, si bapak zaman purba nge-chat, nih! Katanya, 'kepada kalian semua, anak didik bapak tercinta. Hari ini bapak menugaskan kalian untuk mempelajari Bab satu tentang Zaman Batu. Demi anak kebenaran, sekretaris harus membaca di depan kelas. Tenkisssssssssss,' gitu guysss," terang Junkyu kepada yang lainnya.
Yoshi sang sekretaris merasa keberatan, "Keberatan Yang Mulia! Bapak zaman batu mengirim pesan kepada saya bahwa yang membacanya adalah ketua kelas," kata Yoshi sambil menaikkan tangan kanannya.
Jihoon berjalan menuju meja guru dan berkata, "Teman-teman, marilah kita bersatu-padu untuk tidak mengerjakan tugas dari Pak Urba. Jika kita bersatu, maka Pak Urba akan percaya." Jihoon mengepalkan tangannya ke atas, membentuk sudut 45° pada sikunya dengan tatapan yang membara.
Semua teman sekelasnya bersorak-sorai. Setuju dengan usul Jihoon. Namun, ada satu orang yang tidak ribut seperti teman sekelasnya. Dia adalah Soobin, sedang terlelap menikmati mimpinya. Entah sejak kapan dia mulai tertidur. Mendapat angin sepoi-sepoi dari kipas yang dinyalakan oleh temannya. Membuat dia terlelap.
Tas! Cetas! Teng!
Suara ribut tumbukan batu membangunkannya. Soobin masih memejamkan matanya. Memang sungguh sial, hari Seninnya diganggu dengan suara dentaman batu.
Seseorang menggerakkan bahunya, seakan menyuruh Soobin untuk segera bangun.
"We! We!"
Soobin membuka matanya setelah mendengar ucapan tak sopan seseorang yang memanggilnya. Saat ia membuka matanya, betapa terkejutnya dia. Seorang pria dengan kepala lumayan besar, hidung agak lebar dan pipinya penuh bulu memandang ke arahnya. Soobin langsung mengucek matanya, berpikir jika dirinya halusinasi.
"We! Hooh heeh hooh," kata pria itu.
Soobin melotot, dia merasa familiar dengan wajah ini. Setelah beberapa saat, dia mulai teringat. Wajahnya sangat mirip dengan Pak Urba, guru sejarahnya.
"Astaga, Pak. Wajah bapak kok jelek banget?" tanya Soobin sambil memegang wajah pria itu. Pria itu buru-buru menepis tangan Soobin dan menggerakkan dudukannya mundur. Seperti merasa kaget dengan apa yang dia dengar.
"Pak, ini di mana? Kok kayak di gua?" Soobin melihat sekelilingnya. Hanya batu, batu dan batu. Dia pun baru sadar saat tertidur ditumpukan pasir.
Pria itu langsung berlari menuju ke luar. Soobin mengikuti pria itu. Saat bangkit, dia mulai sadar sesuatu. Pria tadi bertelanjang dada dan hanya menggunakan kain untuk menutupi kemaluannya. Soobin langsung melihat ke arah tubuhnya. Dia menggunakan gaya pakaian yang sama dengan pria tadi. Dia langsung memeluk badannya, dan....
"AAKKKKKKKKKKK"
Seorang pria di luar gua berhasil menggali sumber air. Air itu menyebur ke atas dengan indah. Semua orang di luaran sana menari asal. Mengungkapkan rasa gembiranya.
Mendengar teriakan dari Soobin, mereka langsung melesat menuju ke arah gua.
Soobin terus berteriak. Lebih berteriak ketika melihat sepuluh pria dewasa dengan penampilan yang sama sedang menatapnya. Pria itu saling tatap dan kemudian...
"Aaaakkkkkkkkk~ Aakkkkk~ AAKKkkkkk~" Pria-pria purba itu ikut berteriak dengan nada yang berbeda-beda. Terdengar seperti orang yang paduan suara. Soobin langsung mengambil kapak kayu dengan batu runcing kecil yang tertancap pada ujungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/313822905-288-k51769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST NIH!
Humor[Baca dulu kak, siapa tau ketawa] Baca saat tidak mood, mungkin ini bisa sedikit membantu? Maaf kalau garing, aku memang receh anaknya:v Dengan kisah absurd penghuni kost "Cogan Aditya" dan "Cecan Aditya". Dua kost dengan satu pemilik yaitu keluarga...