9 | Masalah

1.9K 345 111
                                    

--0o0--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--0o0--

09. Masalah

Zayn meringis kesakitan saat Galen memukulkan sebuah rotan pada tubuhnya yang sudah membiru.

"Ampun, Pa. Sakit." Ringisan Zayn tidak di hiraukan sama sekali oleh Galen. Pria dewasa itu tetap memukuli putranya seperti orang kesetanan.

"Gue nyuruh lo sekolah biar bisa dapet duit. Kalau tau gini, dari dulu gue hilangin nyawa lo sejak dalam kandungan," maki Galen.

Zayn meringkuk dengan tubuh bergetar. Sampai akhirnya Helena datang dan mendorong tubuh suaminya agar menjauh dari tubuh putranya.

"Galen sadar! Dia anak kamu," jerit Helena.

Plak!

"Ibu!" pekik Zayn saat Galen menampar kuat ibunya sampai terjatuh di atas keramik.

"Bacot! Punya anak sama istri sama sekali gak ada gunanya." teriak Galen. "Lo berdua pergi! Helena, gue talak lo saat ini juga."

Galen menyeret Zayn dan Helena agar keluar dari rumahnya. "Jangan pernah nunjukin wajah lo berdua di hadapan gue lagi!"

Brak!

Helena menangis saat pintu rumahnya di tutup keras oleh Galen. Mereka di usir tanpa di beri uang sepeserpun, apalagi beberapa hari lalu, gaji Helena sebagai pembantu di rampas paksa oleh pria itu.

"Ibu ... "

Zayn ikut menangis melihat ibunya yang bersedih. Kini mereka tidak tahu harus ke mana.

Helena memeluk erat Zayn. "Maafin ibu, nak." lirihnya.

Mereka berdua terus berjalan di gelapnya malam tanpa arah tujuan.

"Bu, kita duduk dulu di sana ya," ajak Zayn menunjuk sebuah pos di pinggir jalan. Remaja itu menggeledah isi tas nya. Zayn tersenyum lega saat melihat dua nasi bungkus jualannya yang masih tersisa.

"Kita makan dulu ya, bu. Kebetulan nasi bungkusnya ada sisa dua," kata Zayn. Helena mengangguk dan mereka makan berdua di temani dinginnya udara malam.

Helena terisak pelan mengingat penderitaan putranya. Selama Zayn lahir, ia belum bisa membuat anaknya bahagia sampai detik ini. Bahkan untuk memberi makanan enak saja Helena tidak mampu.

"Ibu kenapa nangis?" Zayn menyingkirkan nasi bungkus yang masih tersisa untuk bisa mendekat ke arah sang ibu. "Ibu masih laper? Atau tamparan bapa tadi masih terasa sakit? Mau aku cariin es batu buat kompres pipi ibu?" ujar Zayn khawatir.

Helena menggeleng, ia memeluk Zayn seraya menggumamkan kata maaf. "Maafin ibu. Ibu gak bisa bahagiain kamu. Ibu gagal jadi orang tua buat kamu," lirih Helena.

"Ibu ... ibu gak pernah gagal jadi orang tua buat Zayn. Ibu malaikat tak bersayap yang Tuhan kirimkan buat selalu jaga aku, dan sekarang gantian aku yang akan menjaga ibu. Ibu gak boleh nangis lagi!"

REGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang