16 | Kembali pulang?

3K 344 223
                                    

Terhitung satu minggu sejak kejadian Regan memutuskan untuk pergi dari rumah ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung satu minggu sejak kejadian Regan memutuskan untuk pergi dari rumah ayahnya. Dan selama itu juga ia belum pernah bertemu dengan ayah atau neneknya sekalipun.

Regan merasa jika ia benar-benar tidak dibutuhkan lagi di sana. Buktinya Ellgar tidak pernah berniat untuk mencarinya atau sekedar menjenguknya. Mungkin awal-awal Regan merasa kehilangan dan sedih, tapi seiring berjalannya waktu, remaja itu tidak terlalu peduli dan fokus pada sekolah juga kerjaannya di cafe Argas.

Jika Ellgar menganggap semua sahabatnya adalah anak berandalan, Regan malah bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Suka dan duka mereka selalu bersama. Buktinya saat Regan susah, mereka sebisa mungkin membantunya dan menghiburnya agar melupakan masalahnya sejenak.

Bahkan Argas membiarkan Regan tidur di salah satu kamarnya yang berada di cafe.

"Besok, kan, libur. Ada yang punya rencana mau ke mana gitu? Gue bosen di rumah terus." tanya Dirga pada ke lima sahabatnya.

"Ke puncak? Atau touring keliling Jakarta? Atau ke Bali? Yap, ke Bali ajalah kita. Sekalian cuci mata." kekeh Ervan yang langsung di tempeleng Azka.

"Cuci mata segala gegayaan lo. Cuci muka dulu sono. Masih ileran lo. Iuh." ejek Ringga. Mereka kini berada di cafe Argas yang belum buka karena ini masih jam 6 pagi.

Karena ini hari sabtu dan libur, mereka semalam memutuskan untuk menemani Regan tidur di dalam cafe. Kasihan jika cowok itu terus-terusan tidur sendiri.

"Yaelah, muka bantal gue mah tetep ganteng. Dybala mah masih kalah jauh." ujar Ervan yang membuat semua sahabatnya kecuali Argas meneriakinya halu.

"Idola gue lo samain sama muka bala-bala lo. Kagak elit banget." sindir Regan.

"Iri? Bilang bos! Papale papale." sahut Ervan yang terlihat menjengkelkan bagi Regan.

"Gimana kalo ke villa nya Argas?" usul Ringga pada semua temannya. Mereka semua serempak menatap Argas yang kini tengah sibuk pada ponselnya. Cowok itu sama sekali tidak tertarik pada apa yang di bahas temannya sedari tadi.

Merasa di perhatikan, Argas menghela nafas panjang. "Gak ada liburan. Lagian dua minggu lagi sekolah mau ngadain camping, mending uang bensinnya di pake buat beli peralatan camping." jawab Argas tegas.

"Nah ini namanya sohib gue bro! Tau aja gue lagi gak punya duit." Regan menepuk keras bahu Argas sampai cowok itu merasa kesal.

"Oh iya gue baru inget sekolah mau ngadain camping. Cuma kelas 11 doang kan? Atau kelas 12 juga? Semoga aja kelas 10 ikut. Biar bisa pdkt sama dede gemes." ucap Ervan yang membuat semua temannya mendelik.

"Gue denger sih cuma kelas 11. Kelas 12 yang ikut cuma OSIS doang." sahut Argas.

"Yaah, gak seru deh." ujar Ervan sedih.

"Cewek mulu otaknya. Pantesan pelajaran 0 semua. Orang isinya betina doang." ejek Regan.

"Yang lagi pdkt diem aja. Lo gak di ajak." sahut Ervan mengejek.

REGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang