2.

78.7K 8.1K 740
                                    



Rafa merenung sembari menatap langit-langit kamarnya, dia menghela nafas berat. Tubuhnya malas ia gerakkan, infus yang tertancap di tangan kanannya lah yang menjadi pemicunya.

Rafa ingat, dia memasuki Novel yang sebelumnya dia baca. Novel yang dia temukan sewaktu pulang sekolah. Selain alurnya yang sangat klise, ia sama sekali tidak suka membaca novel.

Novel yang berjudul 'Dear My lil' berceritakan tentang Gentala yang merupakan anak angkat dari keluarga Madison dan juga Protagonis dari cerita.

Tentu saja kalian bisa menebak jika antagonisnya merupakan anak dari keluarga Madison juga, seorang pemuda bernama Nevano Aziel Madison.

Gentala merupakan anak  polos dan lugu yang di temukan kepala keluarga Madison Darius Madison  sewaktu ia bepergian. Melihat bagaimana tatapan polos itu begitu kesakitan dan terluka, Darius membawa pulang Genta dan menjadikan ia anak angkatnya.

Nevan yang memang tak di sukai di keluarganya memiliki rasa benci dan iri pada Genta yang dengan mudah mendapatkan perhatian orang tuanya.

Maka dari itu sering kali Nevan merundung Genta saat di sekolah ataupun saat keluarganya tidak ada. Tentu saja hal itu di ketahui oleh mereka semua, tak terkecuali kakak kembar Nevan, Raymon Kalan Madison dan Raden Keanu Madison.

Sang ibu bahkan mengacuhkan Nevan dan malah bersikap lembut pada Gentala. Bagaimana bisa Nevan tak menaruh benci pada Genta, saat dirinya berjuang untuk kasih sayang dan dengan gampangnya orang asing yang masuk kedalam keluarganya langsung di terima begitu saja.

Di sekolah pun Genta mendapatkan perhatian lebih dari teman-teman kakaknya. Kakak Kenzie juga merupakan teman dari kakaknya Nevan.

Setiap kali Nevan merundung Genta, mereka para anggota Aderfia akan melindungi Genta. Adapun Antagonis perempuan yang juga membenci Genta karenanya ia tidak pernah mendapatkan perhatian dari tunangannya.

Di dalam cerita itu banyak sekali antagonis dan protagonisnya.

Di akhir cerita Nevan di kabarkan menghilang. Bukannya merasa sedih karena kehilangan Nevan, keluarga Madison begitu bahagia karena sikap menggemaskan Genta.

Antagonis yang berakhir tak bahagia dan protagonis yang berbahagia.

Dan figuran seperti Kenzie sama tak bahagianya seperti antagonis. Tidak di jelaskan Kenzie mati karena apa, tetapi yang pasti desas desus mengatakan jika Kenzie mati karena sikapnya yang begitu menyebalkan.

Rafa sedikit berfikir,bukankah yang di lakukan Kenzie hanya untuk mendapatkan kasih sayang.

Rafa kembali menghela nafas gusar, dia tidak peduli dengan alur ceritanya, dia hanya peduli pada nasibnya. Dia tidak mau repot-repot merubah alur, yang dia lakukan adalah bermalas-malasan. Dan itu cukup.

Dia tidak akan seperti Kenzie yang mengemis kasih sayang, sama juga seperti dirinya dahulu. Dia cukup bertindak dan bersikap biasa lalu menjalankan hidup dengan malas. Tidak usah bekerja hingga ia menjadi pengangguran dan akhirnya mati karena kelaparan.

Bukankah hal itu merupakan ide yang bagus?

Ceklekk

Rafa menatap sayu seseorang yang masuk kedalam kamarnya. Ia ingat dia adalah Abang pertama Kenzie. Di dalam novel sudah ada ilustrasi dan karakteristik setiap charakternya.

Dia Sagara Altair Lesmana Abang pertama Kenzie yang tak pernah memerhatikan sang adik. Umur Sagara menginjak 27 tahun, pemuda atau bisa kita sebut pria matang itu mendekat ke arah sang adik dan duduk di sebelahnya.

Sagara mengelus rambut hitam legam milik Kenzie. "Ken...seberat apapun kehidupanmu, jangan pernah mengharapkan kematian," ujarnya.

Rafa merespon abangnya Kenzie dengan malas, "Memangnya, orang seperti  Abang tau apa tentang kehidupanku?" tanya Rafa dengan polosnya.

Sagara sedikit tersentak, "Aku hanya lelah Bang, aku ingin istirahat. Aku sudah menyerah dengan semuanya, aku ingin bunuh diri tapi nanti Tuhan marah. Jadinya aku hanya menunggu di saat dimana Tuhan memanggilku," lanjutnya.

Sagara menatap adiknya dengan tatapan yang tak dapat di artikan. "Kehidupanmu berharga."

"Tidak seberharga itu kok. Buktinya bertahun-tahun aku mengemis kasih sayang, tetapi tak pernah aku dapat. Sekarang aku menyerah Bang..."

"Aku hanya perlu menunggu Tuhan mengabulkan doaku."

"Ken..." ucapan Sagara terpotong

"Kematian Aziel...

Deg

Jantung Sagara berpacu lebih cepat, "Dia juga pergi karena takdir Tuhan. Waktu itu, aku hanya beruntung, jika boleh memilih...lebih baik waktu itu aku yang tertabrak dan kehilangan nyawa, dari pada hidup seperti tidak ada jiwa." Sagara mendengarkan seksama ucapan adiknya.

"Karena itu, aku membenci Aziel, karena dia hidupku menderita. Ibu melupakan ku, ayah dan saudaraku tidak peduli denganku. Dan sekarang kalian menang, aku menyerah. Aku tidak punya seseorang disisi ku, aku sekarang tidak memilki hak untuk tinggal disini, aku siap jika sewaktu-waktu kalian mengusirku," ujar Rafa dengan tenang.

"Karena aku hanya berfikir, hidup di jalanan tanpa keluarga lebih baik dari pada hidup di dalam.sebuah keluarga tapi tak di anggap."

"Tentu saja itu hanyalah fikiran naifku, dimana ada kehidupan yang enak hahahhahaha..." ujar Rafa yang di akhiri tawa menyedihkannya.

"Ugh setelah berbicara panjang, aku jadi haus." batin Rafa. Ternyata mengucapkan kata yang panjang dan lebar butuh stamina yang besar.

"Bang, boleh minta tolong?" Sagara yang termenung segera sadar dari lamunannya. Dia mendongak seolah menjawab perkataan adiknya.

"Bisakah kakak mengambilkan susu itu untukku? Aku haus," lirih Rafa. Sagara cengo di tempat, cepat sekali mood adiknya berubah.

Ia segera membantu adiknya untuk meminum susunya, dalam benaknya Sagara berfikir, adiknya ini tidak lumpuh tetapi bagaimana bisa badannya seakan lemas.

"Aku malas bergerak, jika aku bergerak tanganku akan sakit," gerutu Rafa. Sagara mengangguk tanpa sadar, bagaimana bisa adiknya ini mengerti apanya ia fikirkan.

"Lagi pula, kenapa aku di obati? Aku kan pengen mati." Rafa memiringkan kepalanya polos.

"Bang, lain kali kalau aku sakit atau terluka bilang pada semuanya, jangan ada yang menyembuhkanku. Aku ingin cepat-cepat pergi dari dunia!" Lantang Rafa dengan binar ceria.

Cukup, Sagara tidak sanggup.

Dia memeluk adiknya erat, air matanya meluncur secara tiba-tiba. Rafa yang tidak peka itu terlihat bingung, jadinya dia hanya menepuk-nepuk punggung Sagara.

Di luar pintu kamar Kenzie, terdapat Carlos dengan tangan mengepal. Air matanya terus turun tanpa mau berhenti. Mendengar ucapan adiknya, perasaan bersalah seolah menusuk jantungnya. Dia mendengar semuanya, keluh kesah adiknya yang membuat dadanya terasa sesak.

Dia merasa egois melampiaskan semuanya terhadap adiknya. Perbuatannya membuat sang adik sebegitu frustasinya.

Puk

Tepukan di bahunya membuat dia menoleh untuk melihat siapa yang menepuknya, ternyata itu adalah Daddynya. Oliver segera memeluk Carlos, Carlos menangis dengan diam di pelukan Daddynya.

Oliver sendiri hanya menahan tangis, segitu parah kah dirinya memperlakukan putra bungsunya sedemikian rupa hingga membuat sang putra lebih memilih kematian?

Segitu parah kah efeknya.






TBC...

Just Figuran ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang