Keluarga Lesmana benar-benar hancur, oliver bangkrut. Dia pun tidak bisa tinggal di dalam mansionnya lagi, semua maid dan bodyguard telah di berhentikan olehnya.
Carlos pun terpaksa tidak di rawat di rumah sakit. Oliver tidak memiliki biaya rumah sakit, untungnya Xavier yang membayar semua perawatan Carlos.
Sedangkan Abi dan Tristan patungan untuk membeli sebuah rumah sederhana untuk Oliver dan Carlos. Mereka cukup prihatin atas apa yang terjadi pada temannya itu.
Twins R pun ikut membantu, mereka membelikan Oliver sebuah mobil yang tak terlalu mewah. Mereka tak bisa membelikan hal mewah karena uang jajan mereka di batasi.
Xavier juga membantu Oliver untuk membangun sebuah perusahaan kecil. Akan tetapi, karena masih shock akan kebangkrutannya yang mendadak, Oliver jatuh sakit.
Pria itu jarang makan, dia hanya merawat Carlos. Oliver bahkan tidak bisa mencari jasad Sagara.
Dan di tengah kesulitan itu, Oliver memiliki penyakit jantung. Hal ini membuat Carlos semakin menderita, karena sang daddy yang tidak bisa mengurusnya.
Carlos belum terbiasa dengan keadaannya, karena itu, dia membutuhkan seseorang di sampingnya. Tetapi daddynya terkena serangan penyakit, dia harus pasrah dan terbiasa akan tubuh barunya.
"Hiks...ya tuhan, kenapa keluargaku benar-benar hancur," Carlos menangis di atas kasur sederhananya.
"Apa sebenarnya salah yang telah kami lakukan, bagaimana bisa kami menjadi hancur dalam sekejap."
"Bang, kenapa lo ga ngajak gw bang. Hikss...gw ga mau seperti ini bang," Isak Carlos.
Suara langkah kaki mendekat, Carlos segera menghapus air matanya. "Car...gw datang nih, bawa oleh-oleh loh!" teriak Abi.
Plak
"Ga usah teriak bego, ini bukan hutan!" Tristan menggeplak kepala Abi.
"Ye maap spontan."
"Gimana keadaan lo?" Tanya Xavier, dia duduk di sebuah sofa setelah meletakkan beberapa buah segar.
"Fine, gw udah mulai terbiasa kok," jawab Carlos.
"Kembar kemana? Genta juga?"
"Mereka ada pertemuan keluarga, itu yang di katakan Raymon tadi," ujar Abi, dia mengupas buah di dekat Carlos.
Carlos mengangguk, mereka terdiam. Semua sibuk urusan masing-masing, Abi yang sedang menyuapi Carlos buah apel, Tristan yang juga duduk di depan Abi mengupas buah untuk dirinya sendiri.
Xavier bangun dia ingin pergi kamar mandi yang berada di luar kamar. Saat melewati kamar Oliver terdengar suara jatuh yang nyaring.
Xavier langsung masuk ke dalam kamar tersebut, pemuda itu berlari ketika mendapati Oliver yang kejang-kejang, "ABI, TRISTAN!!"
kedua pemuda yang tengah berleha-leha itu segera menghampiri Sang ketua yang memanggil.
"Cepat bawa om Oliver ke mobil!" titah Xavier.
Abi dan Tristan pun mengangguk, mereka mengangkat Oliver ke mobil mereka, untungnya Abi menyarankan pada mereka untuk membawa mobil.
Xavier ke kamar Carlos, tanpa banyak kata. Dia membawa Carlos juga, "Ada apa Xavier?" Xavier tak menjawab.
Sesampainya di mobil mereka, Carlos di duduk kan didepan, Abi dan Tristan sudah stay di belakang memangku Oliver.
Tak lupa Xavier mengunci pintu rumah itu dan pergi ke rumah sakit.
Diperjalan Carlos tak henti-hentinya menangis, dia berdoa pada tuhan agar menyembuhkan daddynya.
"Sabar Carlos."
Hanya itu yang bisa di katakan oleh Xavier, di dalam mobil itu keadaan hening, hanya terdengar ada isakan Carlos.
Sesampainya di rumah sakit milik keluarganya, Xavier menyuruh beberapa suster untuk membawa Oliver. Dia juga meminta sebuah kursi roda, karena ia lupa membawanya.
Oliver di bawa ke dalam ruangan UGD. Sedangkan yang lain hanya bisa menunggu, 30 menit kemudian dokter keluar dari sana, "Dok bagaimana keadaan daddy saya?"
Dokter tersebut menatap Carlos prihatin, "Dengan berat hati saya menyatakan daddy anda koma."
Setelah menyampaikan itu sangat dokter pun pergi dari sana. Xavier mengelus punggung Carlos, dia berucap, "Lo kuat Carlos."
"Hikss ya tuhan.. Sampai kapan." Carlos mencengkram kuat kepalanya. Daddy-nya koma, dia lumpuh dan kakaknya tidak di temukan jasadnya.
Di sela tangis Carlos. Abi, pemuda itu bertanya, "Carlos dimana adik lo?" tanya Abi.
"Gw ga tau dia dimana, di bawa oleh mommy setelah dia di marahi oleh daddy dan gw," jawab Carlos.
"Lo marahi dia karena apa? Pasti lo ngeluarin kata-kata yang ga pantes ya buat adik lo?" selidik Abi.
"Carlos, Xavier menyuruh kita semua ga ikut untuk masalah keluarga, ketua hanya menyuruh kita untuk membantu jika salah satu dari kita kesusahan," Ujar Abi.
"Tapi Car, akhir-akhir yang lalu. Gw pantau adik lo, sejak gw berubah fikiran dan tertampar karena ucapan dia."
"Lo mengerti kan kenapa adik lo berubah, tanpa gw jelasin pun lo tau." pandangan Carlos berubah sendu.
"Saran gw sih, lo cari adik lo itu, lo minta maaf kedia," kata Abi.
"Gw udah minta maaf ke dia, tapi Kenzie sama sekali gw maafin gw Bi," sahut Carlos.
"Lo harus berusaha dong," ucap Tristan.
"Gw udah berusaha kok, tapi dia tetap ga maafin gw," lirih Carlos.
Abi memandang Carlos, "Car, kita temanan sama lo ini udah lama, dan gw tau sikap lo."
"Hal yang lo kata berusaha itu mengandung kata keterpaksaan dan terkadang egois, lo ga bakal tau kan, kalau sikap lo yang kek gitu lebih nyakitin adik lo yang menang sudah sakit?" Carlos diam, dia mencoba mencerna apa yang di ucapkan oleh temannya.
"Dan gw rasa, semua ini adalah karma lo."
"Tuhan itu bertindak adil, dan mendengarkan doa orang yang teraniaya." Carlos semakin menunduk, Xavier yang memandang itu menatap tajam Abi.
"Cukup Abi!"
"Lo keterlaluan!"
Abi mengangkat alisnya, "Vier, Gw cuma mengatakan hal yang gw ketahui."
"Iya gw tau, tapi Carlos sedang berduka sekarang. Lo ga bisa ngasih taunya nanti saja? " ketus Xavier.
"Dan denger dia berkata seolah Tuhan tidak adil padanya? Gw berani taruhan, jika Kenzie lebih menderita dari pada Carlos. Vier gw kasihan terhadap Carlos, gw ingin dia sadar atas kesalahan dia "
"Lo ga punya hak Abi!" geram Xavier.
"Ck, ya sudah deh. Lo urus aja si Carlos. Jangan cari gw," final Abi. Dia malas berdebat. Dia memutuskan perdebatan hanya karena di sini adalah rumah sakit.
Dia pergi. "Abi!"
Tristan mengejar Abi, "Bi tunggu!"
"Kenapa?"
"Kenapa lo berkata seperti itu sama Carlos?" tanya Tristan.
"Tan, gw ketemu sama Kenzie. Gw ada disana," lirih Abi. Dia mengepalkan tangannya kuat.
"Gw, hanya tau sekejap. Tapi gw tau, betapa tersiksanya dia selama ini."
"Lo ketemu Kenzie dimana?" saat menanyakan hal ini, Abi diam. Tristan pun tidak bertanya lagi, entah kenapa Abi mencoba merahasiakan ini, tetapi dia percaya pada sahabat kecilnya ini.
TBC.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Figuran ✔
Teen FictionRafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang dalam sebuah Novel yang tak sengaja ia temukan waktu sepulang sekolah. Sialnya, tubuh yang di tempa...