16.

45.9K 5.7K 164
                                    


4 bab kekwkwkk










Gala menangis di samping brangkar wanita yang dianggap mommynya. Dia menangis memegang tangan Thalita, dia mengecup sayang tangan lembut yang sudah dingin itu. Mengecup kening mommynya.

Dia tidak bisa berkata-kata, yang pasti dia sangat terpukul. Gala di hubungi oleh asistennya dan menyampaikan berita buruk ini.

Dia lekas pergi ke rumah sakit. Tetapi Gala terlambat, Thalita di nyatakan meninggal di waktu kejadian. Dan yang lebih membuat dia kefikiran adalah disana, ada adiknya.

Adiknya menyaksikan semuanya. Menyaksikan kematian ibunya.

Sedangkan di taman rumah sakit yang sepi, Rafa bersimpuh.  "Ya Tuhan, apa kau benar-benar senang menyiksaku?" Rafa menatap pandangan depan dengan mata yang kosong.

"AKU LELAH TUHANN!"

"AKU LELAH!

"KENAPA DI SAAT AKU MULAI MEMILIKI HARAPAN, KAU BANTING HARAPANKU DENGAN KEGAGALAN!"

"KAU MENDENGARKU? AKU LELAH, AKU LELAHH!!" Rafa berteriak histeris. Dia menggila, bocah itu secara mental sudah tak terobati.

Dia menandakan wajahnya ke atas, dia menyatukan tangannya di depan dan memohon, "Jika memang aku tidak di takdirkan bahagia. Tolong dengan sangat, jangan ambil orang yang aku sayangi Tuhan."

"Apa salahku? Apa aku telah berbuat dosa yang tak pernah di bayangkan sebelumnya? Hikss....kenapa Tuhan?" Rafa bersujud.

Gala, pria itu berlari ke arah adiknya. Dia langsung memeluk pemuda itu, "Ken..semua baik-baik saja." Dia terkejut tak mendapati sang adik di ruang inap nya. Dia segera mencari keberadaan sang adik, takut terjadi apa-apa dengan nya.

"Tak apa, semua baik-baik saja."

"K-kenn hikss..adik abang kuatt sayang." tubuh Gala bergetar tak karuan. "Adik abang, adalah manusia kuat yang pernah abang kenal," Gala mengecup kening adiknya sayang.

"Bang, hiks... Mom....mommy pergi, dia pergi hikss...mommy mengingkari janjinya," lirih Rafa. Tak ada semangat hidup di matanya, sorot itu kembali redup.

"Mommy...hikss mommy jahat bang, hiks dia tega.."

Gala mendekap adiknya erat. Tangis yang sudah berhenti kini kembali berderai. "Masih ada abang disini, jangan seperti ini Ken."

Rafa tidak menjawab, dia terus menangis hingga akhirnya pingsan di pelukan Gala.

.

Pemakaman sudah selesai di lakukan. Gala memakamkan Thalita di tempat tersembunyi, dia juga menghapus jejak kecelakaan yang di alami Thalita.  Gala menyembunyikan kematian Thalita dari semua orang.

"Mommy bisa tenang mom. Biar Gala yang menjaga Kenzie." untuk terakhir kalinya Gala mencium nisan Wanita itu dan pergi dari sana.

Dia pulang menuju Mansionnya.

Gala membuka pintu kamar sang adik. Dia melihat Rafa yang duduk tenang di balkon kamarnya. Bocah itu menatap lurus ke depan, di mana pemandangan di depan ya adalah pemukiman warga.

Mansion Gala terletak di tanah tertinggi. Jadi, dari mansionnya bisa melihat perumahan serta orang yang berlalu lalang.

"Dek."

Tidak ada sahutan, Rafa tidak merespon. Gala memeluk adiknya dari belakang, "Mommy sudah tenang, sekarang kamu juga harus tenang. Kamu ga mau kan mommy sedih?" ujar Gala.

Namun Gala tetap mengajak Rafa berbicara, "Kenzie itu adik abang yang imut, kamu tau ga? Abang bahkan harus berdebat dengan mommy tentang siapa yang akan tidur denganmu, tiap malamnya."

"Sekarang mommy mengalah sama Abang, mommy membiarkan abang yang akan mengurus Kenzie. Mommy Thalita percaya pada abang, kalau abang bisa menjaga permatanya."

"Mommy akan sedih dan mengejek abang jika tidak bisa membuat Kenzie bahagia." Rafa tidak bergeming, pandangan itu kosong.

"Ah abang lupa! Sudah saatnya kamu makan siang, sebentar ya sayang akan mengambil sesuatu untukmu," ujar Gala. Dia meninggalkan adiknya, bersamaan dengan itu, air mata keduanya mengalir tanpa disuruh.

Gala tidak bisa melihat adiknya seperti itu, dia akan membalas. Membalas siapapun yang berbuat tidak menyenangkan pada adiknya.

Dia akan memulai dari keluarga sang adik, keluarga Lesmana. Dia akan bermain dengan apik.

Dia tidak akan bermain halus, caranya akan sangat kasar. Tetapi tetap tersembunyi,  Gala menghubungi seseorang, "Kamu tau kan apa yang kau lakukan?"

"Pastikan mereka membayar, lakukan secara perlahan. Dan aku akan melakukan apa harus aku lakukan."

Setelah mematikan telephone, Gala kembali kekamar sang adik, dengan nampan berisikan makanam. Gala dengan telaten menyuapinya, Gala cukup bersyukur, jika adiknya tidak menolak untuk makan.









600 kata nya hahahahahahah!!!!


TBC....



Just Figuran ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang