Triple up.....
Seperti cerita klise pada novel sekolahan, Kantin merupakan tempat yang pas untuk mengawali sebuah kejadian. Seperti yang di tonton Rafa saat ini.
Dimana Amira sedang terduduk dan menangis karena tak sengaja menumpahkan minuman dingin ke seragam Bellona. Amira semakin tersiksa karena Bellona bersama kedua bestienya Chandie Bulan gadis pirang blesteran inggris dan Dewi Charoline.
"Heh lo tuh yah, kok ya jadi orang lemah banget sih, heran," ujar Chandie, Gadis itu berkacak pinggang memandang sinis ke arah Amira yang menangis.
"Tau tuh, ini yang nabrak elo, yang basah Bellona malah yang mewek elo," lanjut Dewi.
"Aku ga sengaja Dewi hiksss...aku benar-benar ga sengaja," lirih Amira.
"Lo kalo ga sengaja minta maaf kek, bukannya malah mewek. Seneng kali ya, biar kita keliatan bully lo."
Bukannya menjawab Amira malah semakin menangis, hingga Bian dan kawan-kawan datang. Mereka berjalan mendekati mereka berempat, "Ini kenapa lagi?" ujar David. Pemuda itu menghela nafas.
"Ya biasa, si Amira ini cosplay jadi suster ngesot beb," Adu Chandie. Ya dia Chandie, pacar dari David.
"Chandie..."
"Apa? Memang bener kok," sewot Chandie saat David menatap tak percaya padanya.
"Amira lo kenapa?" Bobby bertanya namun Amira malah menangis.
"Tuh gagu dia," sengit Dewi.
"Sebanyak apa sih air mata buaya lo." Dewi Gemas ingin mencekik gadis sok itu.
"Kalian berhentilah ganggu dia, kasian Amira." ketiga gadis itu kompak menoleh ke arah Bobby.
"Heh upil kadal! Si Amira ini yang nabrak gw, gw korban disini. Lo ga buta kan? Gw yang basah, dasarnya si lonte ini emang drama, biar keliatan dia yang di sakiti," sungut Bellona. "Lo jaga deh dia yah, kalo bisa kurung di kandang. Soalnya gemes gw bawaannya pengen gw lempar dia ke kandang hermes."
"Cabut guys."
Bellona pergi melewati Amira, Chandie yang menatap tajam pacarnya dan pergi mengikuti Bellona, gadis itu masih sempat menginjak tangan Amira dengan kuat.
"Chan!" Chandie mengangkat jari tengahnya. David cukup yakin jika pacarnya itu akan marah.
"Amira lo gak papa kan?" tanya Bobby.
"Tangan gw hikss sakit," ucapnya.
"Kita ke UKS dulu yah," kata David. Mereka berdua membantu Amira berdiri, "Bian. Anterin ak-"
Bian tak mengidahkan Amira, dia menyusul Kenan dan Emir yang sudah berada di meja adiknya.
Amira yang melihat kepergian Bian menggertakkan giginya. Dia terpaksa ke UKS bersama David dan Bobby tanpa Bian.
Bian merupakan pria yang di sukainya, dia benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sabian saat pemuda itu membantunya di kala ia di bully.
Dia mendekati Bian perlahan hingga pemuda itu menaruh perasaan padanya. Bian sering kali memerhatikan dirinya dari pada Bellona pacar Bian. Hal itu membuat dirinya senang, bahkan Bian sampai menjemput dan mengantarkan dirinya sekolah.
Tetapi semua itu berubah ketika adik dari pemuda yang di cintainya hadir menghancurkan semuanya. Dia benci pada Joe yang telah membuat pujaan hatinya tidak lagi peduli padanya.
Semua rencana untuk mendapatkan Bian hancur karena terhalang oleh Joe.
.
"Kenapa tidak di tolong bang?" tanya Rafa begitu Bian duduk di sebelahnya.
"Hm?"
"Si Amira tidak ditolong?" ujar Rafa mengulangi pertanyaannya.
Bian tak menjawab, dia mengelus rambut hitam Rafa. "Aku tidak mau ya bang, jadi sasaran dia karena abang sudah tak peduli lagi ke dia." Bian mengernyit heran.
"Gadis sepertinya penuh ambisi, menurut pengalamanku dia akan menyingkirkan siapapun yang menjadi penghalang nya, " ujar Rafa. Dia meminum jus avocado miliknya.
Mereka bertiga terdiam, "Abang kalau tidak mencintai Bellona, abang putuskan hubungan kalian. Baru abang mendekati Amira. Kalau abang masih dengan Bellona, jangan memberi harapan lebih pada Amira."
"Aku benci orang egois dan serakah bang."
"Abang tidak akan tau bukan, jika salah satu dari mereka akan ada yang terluka atau bahkan keduanya. Melihat keduanya sama-sama gigih mereka tidak akan pernah mengalah, jadi ku harap abang menjadi bijak dan memutuskan segera," ceramah Rafa.
Ketiga pemuda es itu diam-diam menyimak. Bian memandang adiknya dengan tatapan rumit.
"Capek yah ngomong sama orang jarang bicara seperti kalian. Sepertinya aku harus mencari teman yang bisa aku ajak bicara." bocah itu menjatuhkan wajahnya di meja. Dia mengantuk setelah makan.
Ketiga es itu sama sekali tidak suka akan perkataan Rafa.
"Tidak usah mencari teman." Rafa tidak bergeming, dia hanya mendengarkan suara abangnya.
"Kami sudah cukup untuk menjadi temanmu," balas Kenan. Suara serak basah yang di dengar itu membuat Rafa yakin jika Suara itu akan membuat semua gadis berteriak.
"Kami tidak akan membiarkan kamu memiliki teman selain kita Joe," suara tak kalah sexy itu pun turut menyapa telinga Rafa.
Bukannya menanggapi ucapan mereka bertiga Rafa malah berujar, "Jika sedang di tempat ramai, aku harap kalian tidak berbicara. Aku tidak mau telingaku bermasalah karena suara gadis-gadis yang berteriak."
"Aku harus mencari teman."
Rafa beranjak, tetapi tubuh mungil nya terlebih dahulu di angkat ala karung beras oleh Bian.
"Jika abang mengangkat ku seperti ini, aku pusing bang. Ganti," Titahnya. Kenan mengambil alih Rafa dan menggendong Rafa ala monyet gelanjutan.
Rafa yang pada dasarnya mengantuk itu menyamankan posisinya. Mereka berjalan meninggalkan area kantin.
Di tengah perjalanan Bobby memanggil Bian, "Bos si Amira ga mau di obati kalo bukan lo yang ngobatin."
"Obatin."
"Bos, masalahnya dia ga mau, tangannya memar."
Bian meraup wajahnya, dia berbelok menuju ruang UKS berada. Di ikuti oleh kedua es di belakangnya. Bian membuka pintu UKS, mata Amira langsung berkaca-kaca. David mundur membiarkan Bosnya mengobati Amira.
"Bian hikss..."
Bian tidak menanggapi tangisan Amira dia fokus mengobati tangan Amira. Setelah selesai dia bersiap pergi, tetapi tangannya di cekal oleh gadis itu.
"Bian kenapa kamu berubah?"
"Kenapa kamu terkesan acuh padaku. Bian, apa aku memiliki salah?" Bian melepaskan cekalan tangan Amira.
"Sadari posisi."
Bian pun pergi dari sana. David dan Bobby yang merasa tidak ada perlu mengikuti langkah Bian...
Amira mengepalkan tangannya kuat, dia menatap benci Rafa di gendongan Kenan.
"Awas lo Joe!" geramnya.
Sayangnya geraman itu di dengar oleh Emir yang memilki pendengaran tajam.
Yang pada nanya umur Rafa/Kenzie/ Joe mereka ga bakalan jauh-jauh dari 15-16 tahun yah. Yang tanya juga apa gender Genta, tentu saja dia cowo. Kalau ga salah ingat aku sudah menjelaskan loh yah.
Terus yang tanya kenapa Rafa bisa di gendong pada usia yang sudah besar karena tubuh Rafa yang mungil. Kali ini tubuh Joe pun lebih mungil.
Ada di dunia real, seumuran ku lebih pendek dariku, dia bahkan hanya sebatas bahuku. Jadi jika di fiksi mereka ini kita sebut baby boy.
Ngerti sekarang? Ngerti dong masa engga.
Kalau ga ngerti baku hantam aja kita anj-
To be continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Figuran ✔
Teen FictionRafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang dalam sebuah Novel yang tak sengaja ia temukan waktu sepulang sekolah. Sialnya, tubuh yang di tempa...