Rafa sudah tidak tertarik dengan semua alur yang berjalan. Dia hanya berfikir bagaimana caranya agar dia bahagia saat ini. Ada seseorang yang menjadi bahu bersandar. Selain mommy, Abang,dan temannya Rafa tidak peduli pada yang lain.
Rafa pun sedikit mulai berubah, dia sedikit lebih cerah. Meski sikap malas dan perkataan judes nya itu tidak hilang. Bocah ini sedang tertawa bersama Nevan dan Anne, bukan tawa yang lepas hanya sedikit kekehan.
Tapi bagi kedua temannya, itu merupakan hal langka. Mereka tidak bertanya, hanya tersenyum. Aura di sekitar mereka positif, mereka benar-benar bertingkah seolah itu dunia milik mereka bertiga.
Di sekitar mereka pun merasakan hal yang sama. Mereka terpana melihat senyuman manis seorang Kenzie, mereka tak menyangka bocah malas itu akhirnya tersenyum.
Para siswa dan siswi, tidak pernah membully Rafa lagi setelah kejadian Kantin pertama kali, entah mengapa mereka sungkan. Hati mereka sedikit tidak tega melihat tidak ada aura kehidupan di sekitar Kenzie.
Namun saat ini mereka lihat, sesuatu yang gelap itu, perlahan mulai menampilkan cahaya.
Beda halnya dengan Genta, "Bang apa aku tidak bisa menjadi teman Kenzie? Bahkan Bang Nevan pun tidak pernah melihat aku sekarang, apa aku memang ga bisa dekat dengan mereka," lirih Genta. Bocah itu menunduk sendu
Raden mengusap rambut Genta lembut, "Mereka yang tidak tahu berterimakasih bby, mereka terlalu bodoh karena tidak mau berteman dengan mu," ujar Raden. Dia sedih mendengar ucapan adiknya.
"Nanti kita buat perhitungan dengan mereka oke? Jangan sedih..." Genta mengangguk mendengarkan ucapan Raden. Dia tersenyum manis pada kedua kakaknya.
"Mending diem deh Den," celetuk Abi. Dia memakan nasi gorengnya lahap.
"Lo nyuruh gw diem adik gw di giniin?" sahut Raymon tak suka.
"Gw ga nyuruh kalian diem ye, gw cuma kasian sama lo pada . nnti di buat bungkam lagi lo sama Kenzie."
"Tau tuh. Udah di buat bungkam fakta ga tuh ye kan?" kata Tristan.
"Bener banget, gw ogah sih yah ngikut kalian. Nyelekit ke ati men, mau ngelawan pun ga bisa, fakta di lawan beuhh kalah bro."
"Kalian aja pengecut, gitu aja kicep," remeh Raden.
Abi dan Tristan mengangkat bahu acuh, "Serah lo deh, lama-lama kesel gw temenan sama orang buta kebenaran kek lo," sarkas Abi.
"Eh kata terakhir itu, lo copy paste dari Kenzie ye." Tristan menyipitkan matanya memandang Tristan.
"Biar keren gw bro."
Brak!
"Maksud lo apa ngomong kek gitu?!" geram Raymon. Dia tersulut emosi terhadap ucapan Abi.
"Noh liat Tan, contoh-contoh orang yang buta dan tuli. Semua ucapan Kenzie keknya fakta semua deh, ga ada yang melenceng," celetuk Abi. Dia cekikikan bersama Tristan.
Rupanya mereka tidak memperdulikan kemarahan Raymon. Malah mereka terkesan acuh.
Raymon yang sudah marah segera menghajar Abi. Abi? Tentu saja dia melawan. Dia sama sekali tidak takut, kekuatan mereka sama. Jangan remehkan dia, karena itulah dia menjadi inti di gengnya.
Genta yang melihat sang kakak bertengkar pun menangis di pelukan Raden. Yang di lakukan Tristan bukannya melerai keduanya, dia malah menyemangati Abi.
"Ayo Bi! Tunjukkan kebolehan lo! Hajar anjing!"
"Yahh cokk, kok bisa lo kena tonjok? Ah cepu!" Teriak Tris ketika Abi kena bogeman Raymon.
Abi menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya, dia berdiri dan membalas bogeman Raymon. "Woii itu sahabat gw babi!" heboh Tristan.
"Berhenti!" dingin Xavier.
Pergerakan Abi terhenti ketika mendengar suara dingin sangat ketua. Dia meludah di samping Raymon, "Jangan kira gw lemah yah, kekuatan kita sama. Bahkan saat ini sepertinya gw lebih kuat dari lo."
Tristan merangkul bahu Abi, dia berceloteh memuji Tristan. Abi tentu saja senang di puji, mereka pergi dari kantin tanpa sadar.
Xavier menghela nafas, "Raymon, lo boleh emosi. Tapi gw ga pernah bilang kalau di geng kita boleh menyakiti anggota lainnya."
Xavier sebagai ketua yang bijak membantu Raymon berdiri, Raymon hanya diam saja. "Gw ga mau ikut campur sama masalah lo, tapi yang dikatakan Abi dan Tristan benar. Jangan mencari masalah lagi."
"Kalo mau, jangan libatkan kami. Lo sendiri bersama saudara lo yang maju. Karena itu masalah keluarga lo," ujar Xavier dan pergi dari sana.
Carlos yang hanya diam pun mengikuti sang ketua. Sejenak dia memandang adiknya yang tertawa lepas, lalu pergi dengan perasaan rindu. Tapi dia marah terhadap adiknya, jadinya dia tidak akan menghampiri sang adik, sampai dia menyadari kesalahannya.
Raden dan Raymon diam. Sedangkan Genta diam-diam mengepalkan tangannya di sela isaknya.
"Kenapa semua menjadi seperti ini," batinnya.
"Apa ini semua Gara-gara aku?" isaknya.
"Apa karena aku abang terluka hikss...ini semua karenaku." Genta menyentuh wajah Raymon yang luka dengan wajah sakitnya. Air matanya mengalir melihat lebam di wajah Raymon.
Raymon senang melihat adiknya begitu khawatur padanya, tetapi juga sedih karena adiknya menangis. "Jangan menangis, ini bukan salahmu."
"T-tapi tadi..."
"Sstt, kita samperin mereka aja. Kamu mau kan berteman dengannya?" Genta mengangguk semangat.
Mereka berjalan ke arah Meja Rafa yang sedari tadi tidak memperdulikan sekitar. "Kenzie, gw mau lo temenan sama Genta."
Belum sempat Rafa menjawab, Nevan lebih dulu berkata, "Idih najiss, idihh. Siapa lo? Anak presiden?"
Twins R tersentak mendengar Nevan sudah tak lagi memanggil mereka Abang. "Abang tidak berbicara padamu Nevan!"
"Eistts..." Anne berdiri menghalangi mereka. "Jaga sikap kalian yah, terutama lo Raymon. Lo baru kena bogem kan? Ga mau kan, gw tambahin bogeman ke lo!"
"Kalian ini bener-bener ga tau malu ya? Apa urat malu kalian udah putus? Kalian masih ga inget sama perkataan ibu kmren hm?" ujar Anne.
"Ya ga bisa alah, otak mereka kan isinya si Genta. Ga ada yang lain, makanya bodohnya kenyang, di rawat dengan baik bak anak sendiri," julid Nevan.
Anne terkekeh, dia mengusak rambut Nevan.
"Gw ga tanya sama kalian berdua, gw tanya ke si Kenzie. Jadi diam!"
"Aku menolak," Kenzie mengangkat tangannya.
"Ken, kenapa kamu ga mau jadi teman aku hikss...padahal aku sangat ingin berteman denganmu," ujar Genta. Anak itu mulai berkaca-kaca.
"Tapi aku tidak Genta, jangan memaksa. Semua keinginanmu tidak harus selamanya terpenuhi," sahut Rafa.
"Genta hanya memiliki permintaan kecil, jangan sok jadi orang!" geram Raden.
"Aku tidak sok, hanya saja aku sudah mulai bahagia. Aku tidak mau kembali terluka, bukankah sudah ku katakan pada kalian, jika aku tidak mau berdekatan bahkan berpapasan. Tetapi itu sama sekali tidak berlaku pada kalian ya?"
.
Double uo
Tbc....

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Figuran ✔
Teen FictionRafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang dalam sebuah Novel yang tak sengaja ia temukan waktu sepulang sekolah. Sialnya, tubuh yang di tempa...