Plak!
Kepala Nevan tertoleh ke samping. Dia memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Ayahnya. Air matanya keluar tanpa disuruh, karena pertama kalinya, sang ayah bermain fisik dengannya.
"Sudah berapa kali ayah bilang Nevan! Tidak bisakah kau peduli barang sebentar saja dengan adikmu!" marah Darius.
"Lihat adikmu, dia sedang terluka. Dan kau berkata tidak tahu menahu atas apa yang terjadi padanya?"
"Hidupmu saja sudah beban, setidaknya jadilah orang berguna!" Nevan tersentak atas perkataan ayahnya. Dia menoleh ke arah kakak kembarnya yang tengah memeluk Genta.
Nevan merasakan jika perkataan Rafa bukanlah sebuah bualan semata. Dia tak mau mas depannya suram karena hal ini. Dia menatap ayahnya tegas, "Ayah aku menyerah." Setelah mengetakan itu Nevan keluar dari Mansion.
Darius sedikit tak mengerti dengan ucapan sang putra. Dia hanya berteriak saat Nevan pergi di saat dirinya belum selesai berbicara.
Nevan menghubungi seseorang dengan tangis, dia duduk di Halte untuk menunggu orang yang akan menjemputnya.
Beberapa menit kemudian, mobil mewah datang. Nevan langsung masuk tanpa menunggu supirnya keluar. Mobil itu pun melaju membelah jalanan menuju salah satu Mansion besar di tengah kota.
Setelah memasuki gerbang Mansion, butuh beberapa menit lagi untuk sampai di pintu utama. Nevan keluar dan segera berlari kedalam, menghiraukan banyaknya pengawal yang menunduk sopan.
Sampai di ruang keluarga, dia langsung memeluk seorang pria paruh baya yang masih gagah. Dia menangis meraung didekapannya. Dia Edward Madison ayah dari Darius serta opa dari Nevan, jangan lupakan sang istri di sampingnya Abigail Sera Madison mengelus rambut cucunya.
Di sana bukan hanya mereka, ada William Madison kakak dari Darius di dampingi istrinya Elaine Fransika Madison.
Di ujung Sofa, ada kedua putra putri dari pasangan tersebut, mereka adalah Lereina Madison sebagai si sulung dan Kennard Vincent Madison sebagai bungsu.
Di dalam novel mereka tidak di jelaskan secara detail.
"Opa, mereka jahat. Aku tidak mau lagi, aku menyerah pada mereka." Nevan menggeleng ribut di pelukan opanya.
"Bukankah papa sudah berkata dari dulu baby, kau terlalu memaksa nak," ujar Willi dan mengambil alih Nevan.
"Hiks Nevan fikir mereka akan berubah, tapi tadi ayah menamparku karena anak itu hikss..." Adu Nevan. William menghapus air mata Nevan yang terjatuh.
"Cup cup anak papa, tenang masih ada papa dan kami di sampingmu." William mengecup dahi Nevan sayang.
"Itu benar sayang," sahut Ela.
"Untung saja Kenzie mengatakan hal yang membuatku sadar," ucap Nevan. Dia menghapus air matanya dan mencebik lucu.
"Kenzie?"
"Uhm Kenzie, temanku. Lebih tepatnya teman yang sama-sama tak di inginkan." Nevan terkekeh miris.
"Hanya ayah dan kakakkmu yang tak menginginkan mu sayang," ralat Ela.
"Boleh opa tau siapa nama lengkapnya?" tanya Edward.
"Euhm kalau namanya Kenzie Alsaki, dia tidak memakai marga, tapi aku beberapa kali mendengar dia memanggil Carlos Abang," Jelas Nevan.
"Anak tengah Lesmana?" Nevan mengangguk.
"Bisakah Nevan membawa kesini? Kami ingin berterimakasih padanya karena telah membuat cucu oma ini sadar," ujar oma. Nevan mengerucutkan bibirnya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Figuran ✔
Teen FictionRafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang dalam sebuah Novel yang tak sengaja ia temukan waktu sepulang sekolah. Sialnya, tubuh yang di tempa...