Rafa kembali termenung. Dia memandang langit malam yang cerah. Bintang yang menambah kesan elegan, dan bulan yang memperlihatkan keindahannya.
Dia sedang memikirkan kehidupannya. Sebenarnya dia hidup untuk apa?
Di kehidupan sebelumnya dia tidaklah beruntung, di kehidupannya sekarang dia jauh lebih tidak beruntung. Siksaan, hinaan, cemoohan yang sering dia dengar merupakan dongeng ketika dia hampir tidur.
Manusia selalu mengatakan apa yang ada di bibir mereka. Mereka tidak pernah tau efek dari ucapan yang mereka keluarkan. Sama seperti keluarganya yang begitu berucap dengan enteng tentang semuanya.
Rafa berfikir, apa Tuhan menciptakan dia hanya untuk di jadikan bahan hinaan.
Manusia itu tidak ada yang sempurna, setiap orang memiliki sisi lain dari sisi yang selalu mereka tampilkan.
Rafa, jauh dari lubuk hatinya, dia ingin hidup. Dia ingin hidup satu atap dengan keluarga yang tulus menyayanginya. Selama dia hidup, dia tak pernah merasakan kehangatan keluarga.
Dia bukan orang yang taat agama, dia takut. Dia sendirian. Tubuhnya bergetar memikirkan bagaimana dirinya berjuang sendiri di dunia. Keluarganya ada, tetapi mereka seolah tak ada.
Rafa ingin berteriak, dia ingin melampiaskan semuanya, tetapi tenggorokannya seolah kering. Mulutnya seakan tak mengeluarkan suara.
Tuhan begitu bermain dengan Takdirnya.
Apa ia di takdirkan sendiri?
"Apa yang di fikirkan adik abang ini?" suara yang kemarin dia dengar. Suara yang menjadi semangatnya untuk saat ini, terdengar mengalun lembut di telinganya.
Bolehkan sebagai manusia yang hina dia berharap. Bolehlah sebagai manusia tidak beruntung dia bisa bersikap egois. Untuk kali ini saja, biarkan dia bertahan dengan orang yang mulai di percaya.
Untuk saat ini saja, biarkan dia percaya pada seseorang di sampingnya. Semoga Tuhan mendengarkan doanya, mengabulkan permintaannya, permintaan yang sederhana.
"Aku sedang memikirkan jalannya takdir yang di tulis oleh Tuhan."
Gala mendekat, dia mengusak rambut pemuda yang lebih pendek darinya.
"Aku tidak tau, apa yang sudah di rencanakan oleh Tuhan. Tapi Ken...di sampingmu ada abang yang berdiri untuk menjagamu. Abang tidak memaksamu untuk percaya dengan semua apa yang abang katakan. Hanya saja, abang tidak ingin kamu terlarut dalam kesedihan."
"Kamu adalah adik abang, jika kamu ada keluh kesah. Abang siap jadi pendengar. Abang akan selalu ada di sampingmu, sebagai tameng."
"Abang tak akan membiarkan siapapun melukaimu."
"Selama abang masih menapak tanah, Itu janji abang. Untuk adik kecil yang abang sayangi." Gala, pria matang itu tersenyum.
Rafa tertegun mendengar perkataan Gala. Air matanya meluruh tanpa di suruh. Dia yang kesulitan dalam menangis, saat ini kembali menangis setelah meraung di siang harinya.
Kehadiran Gala merupakan anugrah terindah yang di berikan Tuhan padanya.
Tujuan hidupnya saat ini bukan untuk mati, tetapi mencari secerca bahagia bersama abangnya.
"Jangan sungkan pada abang Kenzie. Saat ini kamu lah prioritas abang, kamu hidup abang, bby." Gala mengecup kening Rafa.
.
.
"Ayo tangkap Ken!"
"Kok!! Argghhh! Kenzie mahh! Kenapa malah menghindar sih!" kesal Nevan. Dia sedang bermain Voli bersama abang dan papanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/315260216-288-k814714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Figuran ✔
Teen FictionRafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang dalam sebuah Novel yang tak sengaja ia temukan waktu sepulang sekolah. Sialnya, tubuh yang di tempa...