1O. Yogyakarta - Swiss

384 76 61
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sebulan setelahnya, semenjak mereka merayakan perpisahan, kini tiba waktunya Kanna meninggalkan Yogyakarta. Sebenarnya selama sebulan terakhir, Juan tidak memutus komunikasi, ia bahkan sempat mengajak Kanna pergi beberapa kali meski mereka tidak terikat hubungan lagi.

Juan hanya ingin Kanna menyimpan hal-hal baik selama dengannya, hingga cerita itu bisa menjadi kenangan yang lebih layak untuk diingat.

Mulai dari mengunjungi Malioboro, bahkan hal sederhana seperti mengelilingi kota dengan Jagara sembari membicarakan banyak hal sampai mulut berbusa. Lalu mereka berhenti di sebuah tempat makan yang menjual soto ayam dan pulang larut malam.

Satu hari di mana mereka sepakat untuk saling menghabiskan waktu tanpa memikirkan jika besok adalah saatnya Kanna untuk pergi.

"Di Swiss nanti kamu enggak bakal menjumpai soto ayam lho, Na. Jadi mumpung ada kesempatan, puas-puasin saja dulu." Juan terkekeh ketika mengamati Kanna makan dengan begitu lahap. Ia menaruh sambal yang sempat Kanna minta tadi di hadapan perempuan itu.

Kanna menggerutu dengan mulut yang masih tersumpal penuh. "Ih! Ju! Kita, kan, udah sepakat buat enggak membahas soal Swiss! Pura-pura saja kita masih kayak dua bulan yang lalu, saat kita masih pacaran."

Juan tersenyum tipis, ia mengusak rambut Kanna pelan. "Janji ya kamu bakalan baik-baik saja di sana?"

Kanna terdiam beberapa saat. Gara-gara mendengar ucapan Juan, soto ayam tadi mendadak terasa hambar, sesaat Kanna beralih menggenggam tangan Juan, mengelusnya perlahan. "Kamu juga janji kalau kamu bakalan baik-baik saja di sini ya, Ju."

Kanna mengulurkan kelingkingnya. Juan lantas ikut melingkari kelingkingnya, mengikat perjanjian. "Janji."

Meninggalkan mangkuk yang hampir habis miliknya, Kanna memilih menatap mata Juan, menyelaminya lebih dalam. "Aku enggak akan lupain hari ini. Tentang kamu yang pakai jaket hitam, tentang Jagara yang tadi kehabisan bensin di jalan, tentang rasa soto ayam, tentang Malioboro dengan padatnya orang-orang, tentang kita yang membicarakan banyak hal paling enggak jelas. Dan tentang kamu yang tanya soal; duluan mana telor sama ayam?" Sesaat Kanna tergelak, kemudian ia melanjutkan. "Semuanya bakalan kusimpan di sebuah ruang teristimewa di hatiku."

Juan tergelak saat Kanna menguraikan hal tersebut satu persatu yang menurutnya sangat lucu. Ia menegakkan tubuhnya. "Aku juga enggak akan lupain hari ini. Tentang Kanna dan wanginya yang enggak bisa dilupain, tentang Kanna yang sabar ngadepin pertanyaanku yang nyebelin, tentang Kanna yang makannya belepotan kesana kemari dan tentang Kanna yang selalu bikin ngangenin."

Mendengar itu, Kanna ikut tertawa, ia tidak bisa menampik jika dirinya makan dengan berantakan. Untung saja Juan tidak hilang rasa hanya karena melihat kebiasaannya.

"Ju, ayo abadikan malam ini lewat sebuah potret. Nanti kalau kamu kangen sama aku, kamu cuma perlu ingat kalau kita pernah sebahagia ini."

Juan terdiam beberapa saat, meski mereka sepakat untuk tidak membicarakan banyak hal tentang Swiss, tapi tetap saja, Juan sadar kalau dihadapkan pada kenyataan jika dirinya harus melepas kepergian Kanna esok hari. Ia lantas berusaha menepis pikirannya, malam ini mungkin saja jadi yang terakhir, maka ia memilih untuk bersikap seperti hari biasa. Seolah tak akan terjadi apa-apa.

Kau Rumahku, JuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang