•••
Jika setiap hari Coafe Hype menjadi tempat singgah bagi para bujang untuk melepas penat, kali ini berubah. Mereka berenam mengungsi ke indekos milik mendiang Maheesa yang sempat Jayden perpanjangan masa sewanya. Pemuda itu bahkan tak segan merogoh kocek lebih dalam hanya untuk menyewa indekos yang tidak ditinggali tersebut.
Entahlah, rasa-rasanya mereka tidak bisa membiarkan tempat ini diisi oleh orang lain, sebab terlalu banyak memori yang sayang bila dilepaskannya begitu saja. Terlebih lagi, semua barang milik Maheesa masih tersimpan rapi di sini.
Kamarnya yang berbau citrus, gitarnya yang tergantung di dinding, juga beberapa piringan hitam dan vinyl player yang dia miliki masih ada.
Di kamar Maheesa, mereka berkumpul. Riki terlihat asyik bermain PS3 dengan Satya. Kemudian untuk meriahkan suasana, Jayden memetik gitar sedangkan Sean dan Jaki menyanyikan sepenggal lagu berjudul Rumah ke Rumah milik salah satu band ternama, Hindia.
"Menyesal tak kusampaikan
Cinta monyetku ke Kanya dan Sabrina ..."Mendengar ada lirik yang janggal, Riki sontak menyela, menaruh asal stik gamenya di lantai, "Sejak kapan liriknya ke Kanya dan Sabrina? Yang bener kan ke Kanya dan Rebecca!"
Para Abang jelas sedang mengerjai si bungsu yang dilanda patah hati perihal cinta tak kunjung berbalas. Tantangan sebulan yang lalu nyatanya telah kandas, Riki tidak berhasil menaklukkan hati seorang Sabrina---yang berarti ia harus sukarela kerja di Coafe Hype sesuai bayarannya.
Tiga hari lalu, tepat ketika waktu tantangan telah habis, Riki pulang dengan hati yang teriris setelah ditolak mentah-mentah oleh sang pujaan hati. Ia mengaku kalah. Riki merasa kalau ia sangat payah dalam urusan percintaan.
"Gue ditolak. Sabrina marah-marah di depan fakultas teknik dan suruh gue buat enggak temuin dia lagi."
Faktanya, Sabrina adalah mahasiswi jurusan teknik. Tentu dia bukan sembarang perempuan yang mudah untuk untuk ditaklukkan dengan taktik murahan. Sifatnya pun sangat bertolak belakang dengan Riki yang lincah, jail, dan tidak bisa diam. Kalau dideskripsikan, Sabrina itu kaku, judes dan cenderung galak.
Riki pun telah berkali-kali coba untuk menaklukkan hati Sabrina, mulai dari jurus menempel tiap hari, mengusiknya dengan sok cari perhatian, sampai membawakannya beberapa makanan. Namun, bukannya luluh, Sabrina malah menjadi risih.
Misalnya saja yang terjadi beberapa Minggu lalu ketika Riki menjumpai Sabrina sedang mengerjakan sesuatu dan duduk di gazebo belakang kampus, perempuan itu sendirian. Tentu saja Riki tidak ingin membuang-buang kesempatan.
"Sab, sendirian aja." Celetuk Riki dengan gaya tengilnya. Pemuda itu langsung duduk di depan Sabrina.
"Basi. Punya mata itu dipake. Ngapain tanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Rumahku, Ju
Teen Fiction❝Rumah bagiku bukan selalu tentang bangunan, Ju. Tapi siapa yang bersedia menampungku saat jatuh terluka selusuh-lusuhnya. Dan rumahku adalah kamu.❞ Rumah Kanna porak poranda semenjak papa dan mamanya memutuskan bercerai, lalu Juan datang memberinya...