23. Jejak-Jejak yang Memudar

269 33 4
                                    

Nawasena Gamandra paling benci ketika keinginannya tidak terwujud, ia memiliki rasa ego yang tinggi, itu sebabnya ketika ada yang berusaha menghalangi jalannya maka Nawasena akan melakukan apa pun cara untuk menyingkirkan penghalang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nawasena Gamandra paling benci ketika keinginannya tidak terwujud, ia memiliki rasa ego yang tinggi, itu sebabnya ketika ada yang berusaha menghalangi jalannya maka Nawasena akan melakukan apa pun cara untuk menyingkirkan penghalang itu.

Diberi kehidupan yang cukup dan tak pernah merasa kurang membuat Nawasena miskin rasa syukur, keterbiasaan itu lambat laun menggerogoti pola pikirnya, ia merasa mampu mendapatkan segalanya tanpa terkecuali.

Lalu ketika amarah menyetirinya tanpa batas, Nawasena dibuat buta. Ia seakan dibuat tuli saat Kala dan Kevin terus meneriakinya untuk berhenti.

"Sen! Sena!"

"Berhenti Sen! lo mau bikin anak orang meninggal?!"

Nyatanya Nawasena tidak peduli, kakinya terus menendang kepala Juan secara membabi buta dari Juan yang awalnya merintih ampun sampai tak lagi bersuara, bukannya berhenti Nawasena justru tertawa kegirangan ketika melihat lawannya tergolek tak sadarkan diri.

Sebenarnya Kala tidak ingin ikut campur tapi mengingat Nawasena telah terjerat banyak kasus tentu saja membuatnya gerah. Pemuda itu menghampiri Nawasena dan langsung melayangkan satu tamparan untuknya, "Sadar Sen!"

Aksi itu ternyata sukses membuat Nawasena berhenti. Ia memegangi pipinya yang perih lalu terdiam. "Jangan kelewatan. Inget kata bokap lo soal kasus kemaren, beliau nggak mau bantu lo lagi setelah itu, kan?"

Perkataan Kala jelas membuat Nawasena panik. Ia segera mengecek keadaan Juanda yang terkapar di lantai, pemuda itu menggoyang-goyangkan badan Juanda beberapa kali tapi tak ada respon. Kemudian Nawa beralih mengecek deru napas juga nadinya.

"Bangsat!" Pemuda itu mengusak rambutnya kasar dan segera menjauh dari badan Juanda. Nawasena merogoh ponselnya dan mencari kontak orang suruhan ayahnya yang biasa membereskan semua kekacauan yang telah ia buat. Anehnya, sambungan telepon itu gagal. Ia mencoba kedua kalinya namun nomor tersebut sudah mati.

"Om Dandi udah dipecat seminggu lalu. Lo lupa?" papar Kevin

"Hah? Maksud lo gimana? Papa nggak bilang apa-apa soal itu." tukas Nawa tak terima.

"Ya gara-gara Om Dandi berkhianat dan gelapin semua dana bokap lo terus ketahuan, gue udah ngasih tahu lo tapi lo berlagak gak peduli waktu itu." tutur Kala berusaha menjelaskan.

Semakin panik, Nawasena menarik kerah Kala, "Urusin ini buat gue. Lo mau berapa? Bakal gue bayar."

Kala tertawa, "Penawaran menarik."

"Sebut aja nominalnya."

Sadar bahwa ini adalah kesempatan bagus baginya, Kala tidak mau menyia-nyiakan penawaran tersebut. Ia sekilas menatap kembarannya seakan memberi suatu pesan, waktunya kita bebas, Vin. Lalu segera mengatakan keinginannya. "Gue mau lo biayain hidup gue sama Kevin di luar negeri. Kami bakal tinggal di sana dan gue mau lo lepas kami berdua. Soalnya jujur aja, kami udah muak berurusan sama lo, Nawasena."

Kau Rumahku, JuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang