17. Surat Pertama

242 55 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sekitar jam delapan pagi, Kanna menemukan sebuah kotak paket tergeletak di depan teras. Di sana tertulis jelas namanya sebagai penerima, dan senyum dibibir Kanna sontak terukir ketika ia menyadari bahwa sang pengirim adalah Juan. Meski hanya inisial J, tapi Kanna jelas tahu bahwa itu adalah Juanda.

Selama Kanna menetap di Swiss, hubungan mereka masih terjalin dengan apik. Sesekali Juan mengirim pesan, bercerita mengenai hal-hal random yang membuatnya geleng-geleng kepala. Bahkan baru Kanna dengar kalau Juan telah menerbitkan salah satu bukunya. Ya, buku itu dia tulis semenjak kepergian seseorang yang begitu membuatnya merasa kehilangan.

Dan benar saja, paket itu berisi sebuah buku. Namun, tak hanya itu, Kanna juga menemukan sebuah surat yang terselip di dalamnya. Dengan rasa penasaran yang kian membuncah, Kanna perlahan membuka surat tersebut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__________________________________________

Hai, gimana kabarnya, Asha?
Mungkin kalau kita bertatap muka sekarang, kamu bakalan marah karena aku manggil kamu dengan sebutan Asha. Tapi kalau boleh jujur, aku lebih suka panggilan itu. Ashara. Terdengar lebih cantik.

Dua bulan lebih kamu pergi dari sini rasanya hampa buatku. Ada titik di mana aku merasa kehilangan lagi, meski kita masih bisa saling berkabar, tapi tetap, rasanya beda. Jangan khawatir, aku baik-baik saja di Yogyakarta. Ibu sempat menanyakan soal kepergian kamu yang mendadak, sudah aku jelaskan, semua teman-teman juga menanyakan hal yang sama, tapi syukurlah mereka mengerti keadaannya.

Kau Rumahku, JuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang