•••
Dering telepon pukul tiga pagi mengusik para pemuda yang tengah tidur nyenyak kala itu. Jayden bangkit seraya mengusap-usap matanya yang masih dilanda kantuk. Namun, setelah melihat siapa nama dibalik telepon, kantuknya hilang dalam sekejap berganti dengan detak jantungnya yang semakin cepat.
"Halo, Tante?"
Dari seberang telepon, suara mama Juan terdengar gusar, "Maaf mengganggu, Mas. Juan masih di sana?"
"Lho, Juan sudah izin pulang dari jam sembilan, Tante. Memangnya belum sampai rumah?"
"Ya Gusti ... Tante nunggu dari jam sembilan sampai sekarang dia nggak pulang-pulang. Bude telepon dia berulang kali juga ndak diangkat, gimana ini? Bude takut sesuatu terjadi sama dia." Tak lama terdengar suara terisak-isak, betapa khawatirnya sang ibu menunggu anaknya pulang malam itu.
"Kita bantu cari, Tante." Jayden segera bangkit, ia mengambil kunci mobilnya dan membuka pintu. Tampak Satya dan Jaki sudah terbangun, sedangkan yang lain masih tertidur lelap.
"Tolong, ya, Mas. Sebenarnya dari maghrib Bude sudah punya firasat ndak enak makanya Tante suruh Juan pulang. Tapi Tante takut firasat Tante itu benar." Berulang kali Mama Juan melantunkan istighfar, ia mengusap-usap dadanya yang sesak.
"Sudah-sudah, Tante tenangin diri, nanti Jayden bawa anak-anak suruh cari Juan. Tante bantu berdoa saja semoga ndak terjadi apa-apa, nggih?"
Seusai itu, telepon ditutup. Ketika Jayden berbalik, semua yang berada di sana telah terbangun. Riki yang masih mengumpulkan nyawa lekas bertanya, "Ada apa sih, Bang?"
"Juan belum pulang sampai sekarang."
"HAH? KOK BISA?"
"DIA KAN IZIN PULANG SEMALEM?"
Penuturan dari Jayden membuat keempatnya tersentak. Mereka saling memandang dengan tatapan bertanya-tanya. Juan telah pulang dari jam sembilan, dan ini sudah pukul tiga, ke mana dia sebenarnya? Apa jangan-jangan sesuatu terjadi sama dia?
Berbagai prasangka buruk itu membuat mereka kalut.
"Kita cari Juan sekarang. Riki sama Sean ikut gue naik mobil. Jaki dan Satya pake motor, kita mencar."
"Oke."
Mereka bergegas meraih jaket, mengeluarkan motor, menyalakan mobil, mengambil apa pun yang penting dengan sigap. Dalam waktu lima menit, mereka semua lekas pergi dari sana.
•••
Aroma pengap dan anyir merangsak masuk, tidak ada cahaya sedikitpun dalam penglihatannya yang dibalut. Secara tiba-tiba Juan merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Apa yang terjadi?
Pemuda itu berusaha melepaskan ikatan ditangannya dengan berontak. Lalu tak lama terdengar suara kaki berderap masuk, salah seorang dari mereka berseru, "Dia sadar, kasih tahu Ketua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Rumahku, Ju
Teen Fiction❝Rumah bagiku bukan selalu tentang bangunan, Ju. Tapi siapa yang bersedia menampungku saat jatuh terluka selusuh-lusuhnya. Dan rumahku adalah kamu.❞ Rumah Kanna porak poranda semenjak papa dan mamanya memutuskan bercerai, lalu Juan datang memberinya...