Masih di tempatnya berdiri, Alfa diam termangu menatap kepergian Nila bersama pria yang katanya tukang ojek.Jika dipikir lagi, sikapnya memang cukup keterlaluan. Setelah semalam mendesak Nila dengan memanfaatkan kedua mama mereka untuk mengiriminya draft novel, pagi ini ia justru datang dan sempat bicara kurang ajar pada wanita itu. Jika ia jadi Nila, sudah sepatutnya dirinya merasa kesal.
Alfa lantas menghela napas. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Jika sudah begini, Nila pasti enggan bersinggungan dengannya. Jangankan membantu, bahkan untuk sekadar mendengarkan keluhannya tentang isi Between Us saja, rasanya akan sulit.
"Alfa?"
Panggilan yang berasal dari belakang membuat Alfa berjengit. Sontak ia memutar badan dan menemukan Sinta sudah berdiri di balik punggungnya.
"Pagi, Tante," sapa Alfa seramah mungkin sambil menyalami wanita itu.
"Pagi." Sinta tersenyum. Matanya terlihat berbinar. "Kok bisa di sini? Mau ketemu Nila?"
"Mau ketemu teman di sekitar sini. Tapi, tadi nggak sengaja lihat Nila, jadi sekalian nyapa," bohong Alfa, berharap sang mama belum membocorkan tentang dirinya yang sempat menanyakan alamat rumah Sinta pagi tadi.
Sinta celingukan ke kanan dan kiri. "Terus Nilanya mana?"
"Dijemput ojek langganannya."
"Ojek?" Sinta mengerutkan alis bingung.
Alfa mengangguk. "Katanya sih tukang ojek, tapi ... kelihatannya bukan."
"Pakai motor matic dan helm hitam?" tebak Sinta, membuat Alfa kembali mengangguk. "Oh, itu Gihan. Bukan tukang ojek, dan ... bukan pacar Nila."
Alfa mencoba mempertahankan senyum di wajahnya. Entah benar tukang ojek atau bahkan calon suami sekalipun, sesungguhnya ia tak peduli.
"Setiap Sabtu malam, Gihan selalu kasih pinjam mobilnya buat Nila. Dan kalau pagi-pagi begini dia udah ke sini, mungkin dia mau ambil mobilnya," papar Sinta sambil menoleh pada mobil SUV putih yang terparkir di sebelahnya.
Too much information. Hal yang sebetulnya tak penting untuk Alfa ketahui. Hanya saja, jika sudah sampai meminjamkan mobil, bukankah itu berarti Nila dan Gihan punya hubungan spesial? Lalu kenapa Sinta justru mengenalkan Nila padanya?
"Mereka kelihatannya dekat." Alfa mulai mencari tahu.
"Mereka udah sahabatan dari lama," jawab Sinta dengan santai. Jawaban yang rasanya ingin Alfa tertawakan.
Alfa nyaris tertawa mendengarnya. Sahabat apanya kalau mobil selalu dipinjamkan dan helm sampai dipasangkan segala? Kalau itu Alfa, ia jelas melakukannya karena memang menyimpan rasa, bukan soal solidaritas semata.
"Pasti mereka dekat banget sampai Gihan mau minjemin mobilnya buat Nila." Alfa tak tahan untuk tak berkomentar.
Sinta tersenyum. "Kalau mereka punya hubungan lebih, nggak mungkin tante datang sama Nila semalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the Word
Romance"Erdana Alfarendra." Bagaimana bisa pemilik nama itu berada di hadapannya? Bukan karena tidak suka, bukan karena benci, tapi pemilik nama dengan tampilan fisik yang nyaris sempurna itu, seharusnya tidak ada di dunia nyata. Ia hanyalah tokoh fiksi da...