2. Not Fairytale

228 96 62
                                    

Aku udah publish-unpublish part ini berkali-kali dari kemarin, tp notifnya tetep gak bisa muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku udah publish-unpublish part ini berkali-kali dari kemarin, tp notifnya tetep gak bisa muncul.
Kalo ini masih gak muncul lagi, ya udah, aku melambaikan bendera putih, wkwkwk

...

“Gila.” Padahal Nila sudah memperingatkan, tapi kata itu tetap saja meluncur dari bibir Alfa. “Lo mau gue percaya omong kosong lo ini?” Alfa geleng-geleng kepala. Siapa juga yang akan percaya jika ada seseorang yang baru dikenal mengatakan bahwa dirinya--nama dan visualnya--menjadi salah satu tokoh dalam sebuah cerita fiksi. “Hell, no.”

Nila mendengkus sinis. “Lo nanya, gue jawab. Nggak percaya, ya udah.”

Jelas tidak semudah itu untuk percaya. Masalahnya, tak hanya namanya sendiri, tapi nama kedua temannya pun diklaim sebagai nama tokoh fiksi buatan--yang ngakunya--novelis Danastri.

“Oke, gue coba buat percaya.” Alfa mengalah. “But, show me kalau lo emang Danastri. Seenggaknya gue tahu kalau lo nggak lagi ngaku-ngaku jadi penulis terkenal, biar bisa lolos dari tuduhan sebagai stalker.”

Alfa tidak pernah membaca karya-karya Danastri, tapi sedikit-banyak ia tahu tentang penulis yang cukup populer itu. Ia tahu karena Gistha adalah salah satu penggemarnya. Ia juga pernah menemukan beberapa karya Danastri bertengger di rak buku kamar adik laki-lakinya.

Manik Alfa mengamati Nila yang kini sedang mengaduk isi tas kecil di pangkuannya. Tak berapa lama, sebuah ponsel dengan case berwarna jingga dikeluarkan. Ibu jari wanita itu lantas bergerak di permukaan layar, hingga beberapa detik kemudian Nila mengarahkan tampilan ponselnya ke hadapan Alfa.

Sebuah browser terpampang, menampilkan biografi singkat tentang si novelis. Tak ada informasi detail, yang tertera hanya nama pena serta foto buku yang pernah dirilisnya. Satu-satunya foto diri yang terlihat hanyalah foto punggung seorang wanita berambut panjang, foto wanita yang tengah menghadap ke arah laut lepas dengan langit senja bersemburat jingga di ujung pandangan mata.

"Itu nggak membuktikan ka--"

"Sudah lihat?" potong Nila cepat.

Alfa mengangguk, membuat Nila langsung menarik ponselnya, kembali menggulir jari di atas benda pipih itu, sebelum menunjukkan lagi tampilan layarnya ke muka Alfa.

Kini, galeri foto terlihat. Tampak barisan foto wanita dengan rambut dan pakaian yang persis sama seperti foto Danastri yang tadi ia lihat. Hanya saja, kali ini pose foto wanita itu lebih bervariasi. Tak hanya tampak belakang, tapi juga foto dari berbagai sisi. Mulai dari swafoto, foto keseluruhan badan, hingga foto wanita itu dengan seorang pria. Yang pasti, wanita dalam foto itu jelas adalah Nila, meski dari wajahnya, Alfa yakin foto itu diambil beberapa tahun yang lalu.

“Lo udah percaya kalau gue adalah Danastri si penulis itu?” tanya Nila seraya mengembalikan ponselnya ke dalam tas.

Alfa hendak menjawab, tapi pramusaji lebih dulu datang, menyuguhkan pesanan mereka. Begitu pegawai berpakaian putih-hitam itu pergi, barulah Alfa kembali bicara. “Oke. Lo memang Danastri, tapi itu nggak menjawab kenapa lo bisa tahu nama-nama kami.”

Change the WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang