3. Picik

216 37 86
                                    

Between Us

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Between Us

Sebuah kisah romance dengan alur cerita klasik. Kisah cinta segitiga antar tiga anak manusia yang sudah bersahabat sejak SMA. Seperti yang sering dikatakan banyak orang, “Tak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita. Jika bukan dia yang terjerat hatimu, maka kamu yang akan jatuh hati padanya.

Begitu pula kisah antara Erdana, Gistha, dan Aidan.

Saling silang hati, mengubah kasih persahabatan menjadi romansa yang beresiko perpecahan. Dua orang pria mencintai satu wanita. Jatuh cinta diam-diam, tanpa ada yang berani mengungkapkan. Hingga ada akhirnya, persahabatan yang telah lama terpilin, harus kalah oleh rasa yang terjalin.

Jadi siapa yang harus mengalah untuk siapa?

...

Aidan berdiri di hadapan Gistha. Masih menunggu dengan perasaan gugup. Lain halnya dengan Erdan, lelaki itu justru sedang merasakan cabikan tak kasat mata pada hatinya. Sakit, remuk, porak-poranda. Jika ia tidak peduli pada persahabatan, sudah pasti ia akan menghentikan apa yang tengah terjadi di hadapannya sekarang.

Hanya dirinya, manusia bodoh yang rela menjadi saksi atas drama konyol pernyataan cinta yang diterima wanita terkasihnya.

Gistha menoleh padanya. Menatap mata lelaki itu lekat seolah mencari jawaban. Erdan hanya mampu mengulas senyum, menyerahkan semua keputusan ke tangan wanita itu, sang pemilik hati.

Memang apalagi yang bisa ia perbuat? Meminta Gistha menolak Aidan seperti yang gadis itu lakukan padanya beberapa bulan lepas? Ck, ia tak sepicik itu. Meski kini hatinya teriris, Erdan sadar dirinya bukanlah Tuhan yang berhak mengatur gejolak rasa orang lain.

Gistha kembali menatap Aidan. Memandang lamat kedua manik yang menatap penuh harap, hingga akhirnya mengangguk disertai ulasan senyum. Wanita itu menerima penyataan cinta seorang Aidan Rajendra. Wanita itu meresmikan diri menjadi kekasih Aidan Rajendra.

Jawaban tanpa kata itu sukses membungkam sunyi di hati Erdan. Sesuatu terasa meremat jantung. Batinnya seakan dipilin pilu. Nafasnya seolah dihimpit sesak. Rasa perih itu teramat sangat dan tak mampu ia tampik. Hampir saja ia tidak bisa mengontrol ekspresi dan emosi karena harus menahan ringis dalam hati.

Ironis.

Sakit tak terperi.

Namun, senyum palsu harus senantiasa terkembang. Menyembunyikan ledakan api yang bertubi-tubi sedang mencoba meluluh-lantakkan pertahanan diri. Tak ada yang bisa ia lakukan selain memaksa kelapangan hati. Memaksa diri untuk turut merasakan kebahagiaan atas akhir kisah wanita yang dicintainya.

Jeremy Aldana mengatakan, “Pain will leave you, when you let go.”

Layaknya wahana permainan yang dibuka saat pagi, bukankah juga punya waktu tutup? Begitu pula permainan perasaan yang ia lakukan sejak sepuluh tahun silam, maka sekarang adalah senja bagi Erdan. Senja dengan cahaya kuning keemasan menjadi pertanda bahwa segala wahana harus segera dihentikan.

Change the WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang