17. Ruang Antara

121 8 3
                                    

Mau curhat dikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau curhat dikit.

Kyknya udah jadi penyakit umum para penulis kalo tiap nulis satu cerita pasti bawaannya selingkuh nulis cerita baru, yg akhirnya satu cerita tadi jadi terbengkalai. Nah, cerita ini adalah cerita selingkuhan, yang kemudian mengalami sakitnya diselingkuhi 😅🤣

Cerita ini sebenernya ditulis barengan sama My True Me (MTM), tahun 2021-an. Udah 2 kali publish ulang krn sejujurnya aku lupa alur utuhnya kayak gimana, wkwk.

Dan karena MTM udah tamat, cerita-cerita yang lain juga udah tamat, niatnya mau fokus ke cerita ini dulu.

Sayangnya, yang namanya setia itu syulit 🤣

Cerita Secretly Looking at You (SLAY) itu bakal ada sequelnya dan aku lagi mempersiapkan itu. Jadi, (lagi-lagi) cerita ini kembali diduakan 🤣 Untungnya, SLAY 2 belum aku rilis, jadi aku gak merasa dikejar deadline. Masih selow, dan masih bisa mencoba fokus ke cerita ini dulu. Aku gak berani janji, tapi (semoga) cerita ini secepatnya bisa mencapai kata "Selesai".

...

“Hai, Sayang,” sapa Nila pada gadis kecil yang duduk pada car seat-nya di kursi belakang.

Latte yang baru berusia 3 tahun langsung mengulurkan kedua tangannya ke depan. “Dendong.”

Nila tersenyum. Ia menitipkan paper bag pemberian Alfa pada Gihan, sebelum beralih menggendong gadis cilik itu.

“Kamu pesen muffin?” tanya Gihan, mengintip isi dalam tas kertas yang dititipkan padanya, lalu menoleh pada mobil yang masih diam di depan rumah Nila. “Ojol yang nganterin pakai mobil?”

“Itu dari Alfa,” terang Nila yang kontan memunculkan kerutan di dahi Gihan. “Lebih tepatnya, dari mama Alfa,” lanjut Nila, “buat Mama.”

“Mama?”

Nila menoleh pada Latte yang berada dalam gendongannya. “Ya, Sayang?”

Latte menunjuk paper bag yang berada di tangan Gihan. “Buat Mama?”

“Buat Nenek,” ralat Nila yang kemudian meminta tas itu dari Gihan, dan menunjukkan isinya pada Latte. “Latte mau?”

Mata gadis itu berbinar. “Mau. Matan sama Nenek.”

“Oke. Ayo, kita masuk. Kita makan sama Nenek,” ucap Nila dengan semangat sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Gihan tersenyum melihatnya, lalu menoleh kembali pada mobil Alfa yang mulai berjalan meninggalkan area itu. Untuk sejenak, ia belum beranjak dari tempatnya. Pikirannya terdistraksi sesuatu sebelum akhirnya ia menghela pendek, dan menyusul masuk ke dalam rumah.

“Mama mana?” Gihan menanyakan keberadaan Sinta sembari duduk pada kursi di depan kitchen island. Ia melirik sang putri yang tampak ceria membantu Nila menata muffin ke atas piring.

Change the WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang