Mata Nila melotot saat membaca email balasan Alfa yang seenaknya. Ia yang tengah dalam posisi berbaring langsung terduduk dan dengan cepat mengetik pesan balasan.
d.anilaruby@ddmail.com
Eh, jangan ngadi-ngadi, ya?
Gue udah nurutin permintaan lo. Urusan kita udah selesai.Jarinya yang berada di tengah ponsel berkali-kali menggeser layar ke bawah, me-refresh ulang guna memunculkan pesan terbaru. Namun, lima menit berlalu, tak ada satu pun pesan balasan yang datang.
d.anilaruby@ddmail.com
Woy...d.anilaruby@ddmail.com
Lo mau ngapain ke sini?d.anilaruby@ddmail.com
Please. Ini weekend ya, dan ini masih jam 9 pagi! Gue mau lanjut tidur!d.anilaruby@ddmail.com
Woy! Edaaannn!Nila mendesis dengan rahang mengetat kesal. Rentetan pesannya tak kunjung dibalas. Minggu pagi tenangnya terancam dirampas.
Sempat terlintas pikiran jika Alfa tidak akan datang mengingat mereka tidak saling tahu alamat rumah, bahkan nomor ponsel masing-masing. Namun, fakta jika Cemara dan Sinta bersahabat sukses menghancurkan harapan itu seketika.
Nila merutuk. Seharusnya dirinya tak pulang ke rumah!
Segera ia berlari ke kamar mandi. Mempersingkat agenda mandi agar dapat pergi secepat yang ia bisa. Ia tidak ingin terlibat apa pun lagi dengan Alfa, terlebih setelah lelaki itu menggunakan ancaman licik seperti semalam. Who he think he is? Seenaknya saja memanfaatkan ide perjodohan itu untuk memanfaatkannya.
Begitu selesai bersiap dan berpamitan pada Sinta, Nila bergegas menuju mobil yang terparkir di halaman rumah. Baru saja akan membuka pintu mobil, sebuah mobil lain berhenti tepat di depan rumahnya.
"Oh, shit!" umpat Nila sambil menjedukkan dahinya ke pinggiran mobil saat melihat pria berpakaian casual dengan model rambut dandy-nya keluar dari mobil sambil melempar senyum evil ke arahnya.
"Morning!" sapa Alfa dengan seringaian menyebalkan.
Nila memutar mata malas. "Ini weekend. Gue mau tidur. Jangan ganggu gue."
"Lo tidur pake baju begitu?" tanya Alfa dengan sebelah alis terangkat. Kakinya melangkah mendekat sambil memindai penampilan Nila. Ruffled top, skinny jeans, and sneakers. Alfa tersenyum miring. "You wanna sleep? In those clothes? In your car?"
"Iya! Biasanya juga gue tidur pakai gaun pesta penuh payet!" Nila menyahut sewot.
Alfa terkekeh mendengarnya.
"Lagian," lanjut Nila, "mau tidur di mobil, di hotel, di hutan, atau di atas pohon sekalipun, itu bukan urusan lo."
"Hmm, hotel sounds good. Mau gue temenin?" Alfa mencoba memancing prahara, membuat Nila kontan melotot padanya. "Santai. Gue bukan tipe pemaksa, kok. Tapi ... kalau lo mau, gue nggak nolak juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the Word
Romance"Erdana Alfarendra." Bagaimana bisa pemilik nama itu berada di hadapannya? Bukan karena tidak suka, bukan karena benci, tapi pemilik nama dengan tampilan fisik yang nyaris sempurna itu, seharusnya tidak ada di dunia nyata. Ia hanyalah tokoh fiksi da...