8. Snowdrop

143 17 40
                                    

“Kamu tahu apa flower languange-nya?” tanya Gishta beberapa tahun silam saat Alfa terbaring di ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tahu apa flower languange-nya?” tanya Gishta beberapa tahun silam saat Alfa terbaring di ranjang rumah sakit.

Alfa menatap benda berbahan logam bulat bergambar bunga snowdrop pemberian Gistha yang tergantung di kaca dashboard mobilnya.

Kecelakaan motor yang dialaminya 9 tahun silam membuat bahu kanannya cidera. Membuat mimpinya sebagai atlet renang terpaksa harus dikubur dalam-dalam. Separuh dunianya runtuh saat dokter mengatakan jika bahunya tak akan lagi bisa ia paksa untuk melakukan aktivitas berat.

Harapan dan awal yang baru,” jelas Gistha kala itu. “Snowdrop sering disebut Morning Star karena dia adalah bunga yang pertama tumbuh di musim semi, bahkan katanya tumbuh saat tanah masih tertutup salju.”

Alfa masih ingat betul bagaimana jari Gistha menunjuk bagian-bagian bunga itu padanya.

Kelopaknya yang menghadap ke bawah, katanya punya kemampuan untuk melelehkan salju yang menutupi tanah.”

Hari itu, tak ada yang bisa membuat Alfa ikhlas menerima kegagalannya, selain kata-kata yang Gistha ucapkan.

Sepanjang apa pun musim dingin, pasti akan ada musim semi yang menggantikan. Seterpuruk apa pun kamu sekarang, pasti ada musim semi yang siap menghampiri. Musim semimu, saat ini juga sedang mencarimu. No body can take you down, Erdan. Kamu hanya perlu kembali bangkit dan meraih mimpi baru. Menjalani, apalagi mewujudkan mimpi baru mungkin akan terasa sulit, tapi bukan berarti nggak bisa dicoba untuk dijalani, kan?”

Alfa menyadarkan punggung di jok mobil, memejamkan mata. Isi kepalanya terus berkelana memutar memori lama.

Kalau kata Ada Adams, ‘There is a light at the end of every tunnel. Some tunnels just happen to be longer than others.’” Gistha tersenyum hangat saat mengucapkannya. “Selalu ada akhir dari setiap perjalanan. Mungkin jalan yang kamu tempuh memang lebih panjang, tapi pasti akan ada ujungnya.”

Alfa tak tahu sejak kapan ia mulai jatuh hati pada wanita itu. Yang ia ingat, ia memang sudah tertarik pada Gistha sejak pertama kali mereka berbincang. Cara bertutur, gestur tubuh, serta wajah ayunya seolah sudah menjadi satu kesatuan utuh yang membuat wanita itu terlihat sempurna di matanya.

Aku-kamu, pronomina yang selalu Gistha gunakan itu seolah memberi efek lebih pada perasaannya.

Seharusnya Alfa tahu jika kata itu adalah kata yang selalu wanita itu gunakan tak hanya pada dirinya, tapi pada siapa pun. Seharusnya, ia tak besar kepala dan menganggap dirinya lebih spesial dari orang lain. Namun, perhatian, juga kata-kata Gistha tentang bunga itu justru membuat Alfa berharap lebih. Saat itu, tak ada yang Alfa inginkan selain ingin berada di sisi wanita itu. Menjadikan Gistha sebagai musim semi di ujung lorong yang sedang menunggunya.

Morning Star. Harapan dan awal yang baru.

Sekarang kata-kata itu terdengar lucu. Jika mengingat akhir dari Between Us, bukankah tak ada harapan ataupun awal baru yang akan tercipta di antara dirinya dan Gistha? Pada akhirnya, wanita itu tak akan pernah menjadi musim seminya.

Change the WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang