1600 kata lebih.
Sejauh ini aku udah memperpendek 2 bab dibanding versi sebelumnya.
Ternyata dulu aku terlalu wasting adegan2 gak penting, wkwkwk....
"Amore Radio?" tanya Alfa, menatap gedung yang ada di samping mobilnya, lalu menoleh pada Nila yang duduk di sebelahnya. "Lo kerja di sini?"
Sudah hampir jam 3 sore saat mereka selesai makan dan membicarakan apa yang harus dibicarakan. Alfa lantas mengantar Nila ke tempat yang wanita itu minta.
Nila yang sedang menambahkan nomor kontaknya di ponsel Alfa hanya menjawab dengan dehaman pendek. Begitu memastikan ponselnya berbunyi dan nomor Alfa masuk ke recent call-nya, Nila mengembalikan ponsel Alfa pada empunya.
"Nanti gue coba ubah ceritanya seperti yang lo mau," ucap Nila seraya melepas safety belt yang melingkar di badannya. "Kalau nggak bawa perubahan apa-apa, artinya lo harus usaha sendiri." Nila mendengkus kasar sebelum mencibir, "Ini gila. Udah dibilang, gue bukan Tuhan. Ngubah alur cerita novelnya nggak akan mengubah alur hidup lo "
"Nggak ada salahnya dicoba dulu." Alfa menanggapi keluhan Nila setelah meletakkan ponselnya di atas dashboard. "Lo bisa nulis kisah hidup gue tanpa kenal gue aja udah aneh. Jadi, mencoba hal aneh lain buat memastikan apa ini works atau nggak kan nggak ada salahnya."
"Kalau nggak ngefek apa-apa, ini cuma buang-buang waktu dan tenaga gue aja." Lagi, Nila mencibirnya.
Alfa menahan diri untuk tak membalas perkataan wanita itu. Ia sendiri juga tahu kalau permintaannya hanya permintaan putus asa, tapi semua kemungkinan-meski itu mustahil-sewajarnya patut ia coba.
"Tiga hari lagi. Kita lihat bareng-bareng, bakal ada yang berubah atau nggak," sahut Alfa pada akhirnya.
Alfa langsung tancap gas setelah Nila turun dari mobilnya. Selama perjalanan, otaknya masih diliputi banyak pertanyaan tentang keanehan Between Us. Bahkan, meski Nila sudah setuju untuk membantunya, kemelut dalam pikiran Alfa tak juga menghilang. Ia ingin cepat-cepat membuktikan apakah keanehan Between Us akan berhenti hanya di cerita novelnya, atau akan berlanjut jika ia mengubah alur ceritanya. Setidaknya, Alfa ingin memastikan, apakah dirinya adalah boneka marionette yang hanya akan bergerak sesuai arahan marionetist, atau ia bisa bergerak bebas atas kehendaknya sendiri.
Helaan napas panjang lolos dari bibir Alfa. Tangannya terulur untuk menyalakan radio, mengusir sepi di perjalanan agar otaknya berhenti memikirkan apa yang belum pasti.
"Musicophile, no music no life, sembilan delapan koma enam fm, Amore Radio." Suara seorang wanita menyapa dari radio kecilnya. "Welcome back! This is Ruby on the mic, bakal nemenin minggu siangmu selama dua jam ke depan bersama lagu-lagu keren yang akan menghapus rasa galaumu biar kamu lebih fresh dan bersemangat menghadapi sang Senin esok hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the Word
Romance"Erdana Alfarendra." Bagaimana bisa pemilik nama itu berada di hadapannya? Bukan karena tidak suka, bukan karena benci, tapi pemilik nama dengan tampilan fisik yang nyaris sempurna itu, seharusnya tidak ada di dunia nyata. Ia hanyalah tokoh fiksi da...