Reno pun merasakan keanehan yang sama. Ia sama sekali tak mengotak-atik naskah yang Nila kirim, jadi mustahil naskah yang dimilikinya bisa terhapus, terlebih terhapus di bagian yang sama dengan naskah milik Nila.
“Wait.” Reno terpikirkan sesuatu. Tangannya bergerak di atas keyboard untuk mengetik sesuatu.
Mulut Nila terbuka saat melihat apa yang Reno ketik otomatis tercetak juga di file yang terdapat di laptop miliknya.
“File-nya terhubung,” kata Reno. “Satu diubah, yang lain juga ikut berubah. Kayak fitur sharing antar komputer.”
Aneh. Benar-benar aneh.
Belum juga selesai dengan keanehan itu, keanehan yang lain muncul.
Tulisan yang tadi Reno ketik tiba-tiba terhapus sendiri, padahal tak ada satu pun di antara mereka yang sedang menyentuh keyboard.
“What the ....” Nila nyaris mengumpat saat untaian kata muncul satu per satu di layar naskahnya. Laptopnya mengetik sendiri!
Bunyi lonceng yang tergantung di pintu masuk kafe terdengar.
Kaimat itu tertulis di sana, bersamaan dengan lonceng yang juga terpasang di pintu kafe tempat mereka berada berbunyi. Nila dan Reno kompak menoleh ke arah pintu masuk. Melihat seorang pria paruh baya melewati pintu dengan Alfa di belakangnya.
Erdan memasuki tempat itu dengan seorang kliennya.
Kejadiannya persis seperti apa yang tertulis.
Melihat sang adik juga berada di tempat itu, Erdan lebih dulu menghampirinya.
Keduanya melihat Alfa berjalan menuju meja mereka, membuat Nila spontan menyenggol siku Reno.
“I know,” ucap Reno, memahami keanehan yang juga Nila rasakan.
Nila memutar tubuh, berniat untuk pergi dari tempat itu. Melihat alurnya, ia takut tiba-tiba namanya tertulis di naskah itu dan mendadak menjadi tokoh figuran dalam cerita buatannya sendiri. Sayangnya, kakinya seolah melekat di tempat.
“Mas Alfa kok di sini?” tanya Reno basa-basi saat Alfa menghampiri meja mereka. “Mau ketemu klien?”
Alfa mengangguk, melirik Nila sejenak sebelum kembali menatap Reno. “Lo sendiri? Kerja atau ...?”
“Ah ....” Paham arah pertanyaan Alfa, Reno buru-buru menggerakkan tangan ke arah Nila. “Kenalin, Mas. Ini Danastri. Penulis yang kali ini aku handle.”
Tiba-tiba banget perkenalan? batin Nila.
Alfa mengulurkan tangan. “Erdan.”
Jika Nila bisa melotot, ia sudah melotot sekarang. Sayangnya, tubuhnya bereaksi berbeda. Bibirnya justru merekahkan senyum kelewat ramah, sedangkan tangannya membalas uluran tangan Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the Word
Romance"Erdana Alfarendra." Bagaimana bisa pemilik nama itu berada di hadapannya? Bukan karena tidak suka, bukan karena benci, tapi pemilik nama dengan tampilan fisik yang nyaris sempurna itu, seharusnya tidak ada di dunia nyata. Ia hanyalah tokoh fiksi da...