13. Lelaki Gila

141 7 12
                                    

Belum seminggu, udah upadet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum seminggu, udah upadet. Rajin sekali diri ini 🤭

Btw, di bab sebelumnya aku salah nulis Andra jadi Andre, wkwk. Setelah dipikir-pikir nama papanya Zita di My True Me itu Andri. Heran sama diri sendiri kenapa bikin nama mirip2, yang akhirnya malah bikin bingung sendiri.

...

“Gimana, Mas?” Reno langsung bertanya saat Alfa baru memasuki apartment. Ia sudah menunggu di tempat itu sejak beberapa jam lalu. Untung ia punya akses masuk, jadi bisa menunggu di dalam hunian tipe studio kakaknya itu.

“Apanya?” Alfa balas bertanya seraya melirik jam di sudut ponsel yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. “Eh? Pulang, gih. Ngapain masih di sini, sih? Kasian Mama sendirian.”

“Abis ini pulang. Gue nungguin gara-gara chat nggak dibales-bales.”

“Oh. Tadi lagi ribet, jadi nggak sempet bales,” jelas Alfa yang sejak siang memang disibukkan untuk menyelesaikan maket untuk presentasi di depan klien besok.

“Jadi, gimana?” Reno kembali memburu pertanyaan yang sama. “Si Nila,” terangnya. “Jadinya tadi Mas anterin?”

Alfa melepas kancing kemejanya. Dahinya mengerut tipis. Seraya melepaskan kemeja biru yang sudah kusut setelah dipakai seharian itu, Alfa melirik Reno. “Dia pergi sendiri karena bawa motor.” Diambilnya kaos baru dari dalam lemari, memakainya, kemudian menangkap raut khawatir masih terlihat jelas di wajah sang adik. “Kenapa?”

Reno menghela napas sambil menggeleng. “Nggak apa-apa. Sejak dari kafe tadi nomornya nggak bisa dihubungi. Gue cuma khawatir aja.”

Alis Alfa bertaut, menatap Reno penuh selidik. “Segitu worry-nya? Kalian ada hubungan apa? Kayaknya nggak mungkin lo bakal sekhawatir ini kalau Nila cuma adik kelas lo doang.”

“Lo kan tadi lihat sendiri mukanya pucat. Gue cuma khawatir aja, Mas,” dalih Reno, tapi mata Alfa masih menyipit penuh selidik, merasa ada hal lain yang mendasari kekhawatiran adiknya itu.

Tangan Alfa terlipat di depan dada. “Apa ini ada hubungannya sama Andra? Mereka ada hubungan atau pernah ada hubungan? Gue lihat kayaknya Nila menghindar dari dia. Tadi waktu nyebut namanya juga dia langsung balik.”

Reno tak menjawab. Keterdiaman adiknya itu meyakinkan Alfa jika tebakannya tepat sasaran. Sebenarnya, Alfa tak terlalu ingin tahu tentang kehidupan Nila, tapi berhubung ini berkaitan dengan Reno, ia otomatis penasaran. Rasanya mustahil Nila dan adiknya hanya kenalan biasa. Karena jika sebatas hubungan adik dan kakak kelas, atau penulis dan editor, seharusnya Reno tak akan terlihat sepeduli sekarang.

“Bukan. Itu perasaan lo aja, Mas,” jawab Reno pada akhirnya, menyangkal apa yang Alfa sangkakan. “Gue juga nggak ada gimana-gimana sama Nila. Murni cuma khawatir aja sebagai teman.”

Change the WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang