03

987 185 57
                                    

"To, lo ada curiga gak sama seseorang?" Tanya Jeongwoo menatap kosong kearah depan.

Sekarang Jeongwoo dan Haruto lagi berada di sebuah warung dekat sekolah mereka. Tadi pagi mereka telat bangun dan berakhir seperti ini.

"Ada" jawab Haruto singkat.

"Siapa?" Tanya Jeongwoo penasaran.

"Bang Asahi."

Jeongwoo yang lagi minum langsung tersedak mendengar jawaban Haruto. Dia tidak pernah berfikir kalau Asahi lah pembunuh Mashiho, lagian Asahi tidak terlihat mencurigakan menurut nya.

"Kok lo curiga sama bang Asa? Padahal dia gak mencurigakan sama sekali" Jelas Jeongwoo.

"Lo gak nyadar? Dia itu kayak gak sedih atas kematian bang Mashiho, dia juga kayak bodo amat sama kasus ini" tutur Haruto dengan yakin.

"Iya sih, tapi kan bisa aja bang Asahi gak mau nunjukin kesedihan nya" bela Jeongwoo yang merasa tak setuju jika Asahi menjadi pelaku.

"Hahh, betul sih tapi untuk saat ini semuanya patut di curigai." Ujar Haruto seraya menghela nafas.

"Termasuk gue?" Tanya Jeongwoo menunjuk dirinya sendiri.

Haruto tersenyum tipis kemudian menjawab pertanyaan Jeongwoo "Gue percaya kok sama lo, gak mungkin lo pelakunya."

"Kok lo percaya sama gue? Bisa jadi kan gue pelakunya. Gak ada yang gak mungkin To."

"Lo kan takut darah Woo." ujar Haruto

"Oh iya lupa" Gumam Jeongwoo menepuk dahinya.

Setelah itu tidak ada yang bersuara, mereka berdua terlarut dalam pikiran masing-masing

"Woo lo percaya gak sama gue?" Tanya Haruto menatap intens kearah Jeongwoo.

"Percaya." jawab Jeongwoo.

"Kenapa?" Tanya Haruto kembali.

"Lo liat postur tubuh pembunuh bang Mashi kemarin di kamera cctv gak?" Bukannya menjawab Jeongwoo malah kembali melempar pertanyaan.

"Iya, gue liat." jawab Haruto.

"Pembunuh nya itu lebih pendek dari pada lo." jelas Jeongwoo yang membuat Haruto paham.

"Iya sih, eh menurut lo tinggi pelakunya mirip siapa?" Tanya Haruto.

"Bang Yedam."



Haruto dan Jeongwoo sekarang menuju ke kelas mereka. Sekarang masih upacara bendera jadi mereka menggunakan kesempatan itu untuk pergi ke kelas agar mereka tidak absen lagi.

Tapi mereka melupakan satu hal, yaitu setiap upacara bendera akan ada beberapa guru dan anak osis yang berkeliling sekolah untuk mendapati murid yang telat atupun bolos. Seperti mereka berdua ini.

"HARUTO JEONGWOO, MAU KEMANA KALIAN HAH?!!" teriak seorang guru wanita dengan menggelegar.

"Eh Bu Lisa, ini Bu kita mau ke kelas hehe." ucap Jeongwoo cengengesan.

"Kalian ini kenapa sih setiap hari Senin pasti telat! Orang di rumah kalian gak ada yang bangunin ape gimane hah?!" Bentak Bu Lisa sambil menjewer telinga Haruto dan Jeongwoo.

"Aduh duh sakit Bu." ringis Haruto mencoba melepaskan jeweran Bu Lisa.

"Bu lepas dong Bu sakit nih." mohon Jeongwoo seraya menunjukkan puppy eyes.

"Kamu kira Ibu bakalan luluh?!Bersihkan gudang sekolah sekarang!" Suruh Bu Lisa dengan tegas.

"Yah Bu jangan gudang dong Bu, gudang nya kotor banget." pinta Haruto melas.

"Iya Bu jangan gudang yah?" Sambung Jeongwoo.

"Bersihkan sekarang atau hukuman kalian ibu tambah, mau?" Tawar Bu Lisa.

"No thank you" jawab Haruto malas.

"Yaudah deh bu kita pamit bersihin gudang" pamit Jeongwoo dengan lesu.

"Iya, sana hus hus!" Usir Bu Lisa.

Haruto dan Jeongwoo rasanya ingin mengumpat tapi takut kualat.

Haruto dan Jeongwoo pun pergi meninggalkan Bu Lisa. Bukan untuk membersihkan gudang namun menuju ke kelas. Haruto dan Jeongwoo menjalankan hukuman? Impossible!

Brukk

"ANJING KAKI MONYET!" Latah seorang siswa kaget.

"Loh Jungwon, kok lo gak upacara?" Tanya Jeongwoo saat melihat Jungwon yang tengah duduk dilantai.

"Sialan lo berdua bikin kaget tau gak? Anjirr pantat bohay gue!!" Bukan nya menjawab Jungwon malah memaki Haruto dan Jeongwoo seraya mengelus pantat nya.

"Hehe maaf, kita gak tau kalau ada orang" kata Haruto cengengesan.

"Pertanyaan gue belum lo jawab btw. " Celetuk Jeongwoo.

"Gue males upacara." jawab Jungwon.

"Kok bisa lolos? Kan sebagian guru dan anak osis keliling." tanya Haruto heran.

"Gue pura-pura sakit hehe." jawab Jungwon dengan cengiran.

"Lah lo berdua kok gak upacara?" Sambung Jungwon sembari menunjuk keduanya secara bergantian.

"Telat bangun kita." ucap Haruto sambil menuju ke bangku milik nya, diikuti Jeongwoo.

"Gue tebak pasti kalian ketahuan kan? Terus di hukum tapi kalian malah kabur, iya kan?" Ucap Jungwon bertubi.

"Iya, males banget bersihin gudang yang kotornya ngalahin kamar bang Jaehyuk."

"Yeu dasar, oh iya katanya bang Mashi dibunuh ya? Gue turut berdukacita, maaf gak bisa hadir di pemakaman" ucap Jungwon dengan raut muka yang sedih.

"Iya makasih, cukup doa nya aja."

"Pasti gue doain, oh ya pelaku nya udah di tangkap?"

"Belum, tapi kayaknya pelaku nya anak rumah."

"Serius lo, Kok bisa?"

"Iya, jadi--" Haruto pun menjelaskan apa yang mereka bahas kemarin.

"Wah gila sih yang udah tega bunuh bang Mashi." ujar Jungwon setelah Haruto selesai menjelaskan

"Gue juga gak habis pikir kok bisa ya ada yang tega bunuh sahabat sendiri. " ujar Haruto

"Bukan sahabat, tapi kita ini keluarga." Koreksi Jeongwoo.

"Ah iya! Gue mau bilang sesuatu nih soal bang Mashi." Pekik Haruto saat mengingat sesuatu.

"Apa?" Tanya Jungwon penasaran.

Belum sempat Haruto bercerita murid lainnya pun datang yang menandakan jika upacara telah selesai.

"Nanti aja, pas istirahat." ucap Haruto.

"Oke" jawab Jeongwoo dan Jungwon bersamaan. Setelah itu guru mata pelajaran mereka pun datang memasuki kelas.























































Tbc..

Kamu siapa? Aku siapa? Kita dimana?🤔

Who Is The Impostor? || Treasure✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang