Bab 3

570 82 0
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Di sebuah fasilitas penelitian virus di Chicago, Amerika Serikat...

Terlihat seorang wanita dengan rambut pendek sedang menatap layar komputer dan melihat Vidio beberapa orang yang menyerang orang lain dengan sangat brutal disana.

Lalu masuklah seorang pria dengan jaket putih khas dokter kedalam dengan membawa dua kopi di tangannya itu.

"Dr. Rebecca Chambers. Ini kopimu" ucapnya.

"Terimakasih Dr.David" ucap Rebecca.

Ini adalah shift malam mereka.

Dilayar, tampil sebuah gambaran virus dengan nama Experiment 282.

"Itukah dia? Virus yang membuat semua orang berubah?" Ucap David.

"Ya" ucap Rebecca.

"Keadaan makin memburuk. Serangan terhadap di semua tempat" ucap David.

Rebecca menekan salah satu folder yang baru saja dikirimkan dan ada sebuah Vidio yang memperlihatkan seorang wanita yang sedang diserang secara brutal oleh beberapa orang dan berubah menjadi brutal juga.

"Dapat dari mana itu? Aku belum pernah melihat rekaman ini" ucap David bingung.

"Rekaman ini belum disiarkan, pemerintah tidak ingin membuat publik panik" ucap Rebecca.

David langsung menatap Rebecca sembari tertawa disana.

"Are you kidding me? Di AS sudah ada sekitar 20 serangan" ucap David yang terlihat kesal.

"BSAA sedang berusaha mengendalikannya, tapi..."

"Akan terus terjadi hingga kita menemukan penyebab dan menghentikannya bukan?" Potong David.

"Tepat sekali. Semua ini dilakukan secara sengaja" ucap Rebecca.

Mereka meminum kopi yang dibawa David tadi dan terus melihat banyak sekali rekanan penyerangan selama beberapa bulan ini.

"Mayat hidup digunakan sebagai senjata biologis. Korporasi ini telah mengakibatkan banyak sekali tragedi di dunia ini" ucap Rebecca.

"Menurutmu semua ini sama saja?" Ucap David.

Rebecca melepaskan kacamatanya.

"Entahlah. Berdasarkan kejadian sebelumnya, kali ini rasanya berbeda. Bisa jadi ada orang baru dibalik semua ini" ucap Rebecca.

"Apa itu simulasi vaksin?" Ucap David.

Rebecca berdehem sembari meminum lagi kopinya disana.

"Mereka yang terinfeksi kali ini menunjukkan perilaku yang berbeda. Aku mencoba menekan virus buatan itu karena nampaknya itu adalah akar dari infeksinya" ucap Rebecca.

"Kita akan melakukan uji obat?" Ucap David.

"Tentu saja, teknologi kita selama beberapa tahun ini bisa membuat sampel dalam waktu yang singkat" ucap Rebecca.

Benar, teknologi semakin canggih seiring berjalannya waktu dan itu memudahkan mereka untuk membuat sampel dengan cepat.

"Ngomong-ngomong, ada lagi kiriman jasad yang terinfeksi. Malah lebih banyak, lebih dari 30" ucap David.

Rebecca menatap David.
"Siapa yang akan mengambil sampel?" Ucap Rebecca.

"Semua murid sedang libur hari ini" ucap David.

"Dan?" Ucap Rebecca.

David langsung mundur setelah menatap tatapan wajah Rebecca yang sepertinya ada sesuatu dibalik tatapan itu.

"Aku seorang dokter peneliti. Itu bukan tugasku" ucap David disana.

Rebecca mengeluarkan wajah memelasnya disana, dia memohon tanpa berbicara pada David sekarang.

"Baiklah, terserah anda dokter Chambers" ucap David lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

"Kau pahlawanku" ucap Rebecca.

David keluar dari sana dan berjalan kearah ruang jasad, dia yang akan mengambil sampel dari mayat-mayat itu sekarang.

Beberapa jam kemudian, Rebecca berhasil membuat vaksin untuk virus ini dan vaksin itu sudah disimpan di pendingin.

Rebecca tersenyum senang disana.

Lalu tiba-tiba lampu mati dan semua jendela ditutup dengan sendirinya dengan alarm darurat yang berbunyi dengan sangat keras.

Dan sebuah asap keluar dari fentilasi udara dan itu membuat Rebecca sesak nafas dan membuatnya sakit.

Rebecca tumbang dan melihat kearah asap yang terus keluar disana, sebelum dia benar-benar tidak sadar, dengan sekuat tenaga dia berdiri dan keluar dari ruangannya.

Dia berjalan dengan susah dan masuk kedalam ruangan pendingin dimana vaksin yang dia buat berada, Rebecca membuka pintu itu dengan sidik jarinya dan langsung mencari vaksin itu dengan cepat.

Setelah dapat, Rebecca melepaskan jas putihnya dan menyuntikkan vaksin itu pada dirinya sendiri disana.

Dan, yang tadinya urat-uratnya sudah keluar dan matanya memerah kini sudah kembali menjadi normal.

Rebecca menghela nafasnya lega.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa asap itu bisa membuat manusia menjadi seperti ini?

Dia keluar dari ruangan pendingin dan bergegas pergi ke pintu keluar. Tapi, saat dia baru saja keluar... Dia mendengar suara kunyahan seseorang disamping kirinya.

Rebecca melihat kesamping dan ada seorang pria yang sedang memakan jeroan manusia yang sudah mati itu.

Dia langsung tersentak dan nge freeze seketika melihat itu.

Perlahan, pria yang memakan manusia itu berdiri dan berbalik kearahnya.

Dan itu membuat Rebecca menjadi lebih terkejut disana.

"David... Tidak..." Ucap Rebecca.

David yang sudah terinfeksi itu langsung menyerang Rebecca dan berusaha mengigitnya disana. Tapi untungnya Rebecca bisa menghindar.

Dia hanya menghindar dan tidak menyakiti David disana, dia tidak berani untuk memukul atau melakukan apapun pada David.

Tapi, David terus berusaha mengigitnya dan hampir saja kena.

Tanpa pilihan, Rebecca mengambil tabung pemadam api ringan dan langsung memukul kepala David beberapa kali dengan keras hingga kepalanya pecah disana.

Setelah dia menghabisi David, datang dokter dan profesor lainnya yang sudah terinfeksi kearahnya disana.

Sialan.

Dia akan mati jika disini terus.

Rebecca berlari kearah salah satu ruangan dan masuk lalu menguncinya. Dia masuk kedalam kolong meja dan menutup telinga serta matanya.

Hening.

Karena dia merasa sudah aman, Rebecca keluar dari meja itu dan melihat keatas secara perlahan.

Tapi, saat itu ada orang yang terinfeksi yang langsung melompat dari depannya dan hampir saja tangannya tergigit.

Rebecca mundur dan mencari-cari benda yang bisa dijadikan sebagai senjata tapi tidak ada.

"Sialan" ucap Rebecca.

Orang-orang yang terinfeksi didalam ruangan itu sudah dekat dengannya dan dia tidak bisa kabur lagi karena dia sudah terpojok sekarang.

Sebelum orang-orang terinfeksi itu berlari kearahnya, tiba-tiba pintu didobrak dari luar dan terdengar suara tembakan beberapa kali.

Dan orang yang mendobrak pintu itu adalah Chris Redfield.

.

.

.

TBC

After Darkness To Light: The Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang