prolog

106 13 36
                                    

"momy momy..."suara teriakan memenuhi seisi rumah mewah nan megah tersebut. Seorang gadis cantik berlari dari arah tangga dengan gaun pesta yang sangat pas di tubuh munggilnya.

"Non..jangan lari lari Non. Aduh Non berhenti" pintah seorang pembantu yang ikut berlari mengejar gadis kecil itu.

"Momy..momy..."

Bruk..

Tubuh mungilnya masuk ke dalam pelukan hangat seorang pria berjas.

"Dady...apa Dady melihat Momy? "

"Mengapa kau mencari momy anak cantik? Momy sedang sibuk, lihat dirimu kau sangat cantik dengan gaun ini. "Puji  Willson.

"Aku memang selalu cantik Dady. Oh yah apakah Dady sudah menyiapkan kado untuk ku? "Tanya gadis kecil.

"Hmm..."

"Ddaddyy..!?" Teriaknya. Willson tertawa mengejek. Ia senang sekali melihat wajah marah putri nya yang selalu gemas di matanya.

"Sepertinya sudah mulai, ayo kita masuk ke dalam para tamu sudah menunggu mu putri..hahahh"ujar Willson. Keduanya berpegang tangan.

Frozia Bella Shofie Willson nama gadis cantik bertubuh mungil yang saat ini tengah merayakan hari ulang tahun nya yang berumur 7 tahun.

Entah keajaiban atau Mala petaka. Saat detik-detik Frozia akan meniup lilin ia merasa tubuhnya membeku. Cahaya biru melesat masuk ke dalam tubuh gadis berambut putih tersebut dengan sangat cepat. Para tamu berubah kaku di tempat begitu orang tua nya. Ia menatap seorang gadis cantik bergaun putih dengan kulit seputih salju ia memakai mahkota es dan tongkat di tangan kanannya.

"Kau adalah keturunan ku Frozia. Maka kekuatan yang aku miliki akan turun pada dirimu. Jagalah amanahku, aku titip Vaganza padamu, jaga dirimu baik-baik. Aku pergi" gadis cantik itu pun pergi dan semua menjadi seperti semula.

Penglihatan gadis kecil itu mengelap ia jatuh pingsan dalam pelukan sang momy. Para tamu menjadi panik begitu pula momy dan Dadynya.

Semua tamu kini menjadi tenang dan beberapa menit kemudian pesta pun berakhir Dengan sedikit kekacauan.

Beberapa hari berlalu, Frozia masih saja memejamkan matanya. Bak putri tidur dengan gaun pesta yang masih melekat di tubuhnya. Kedua orang tua nya cemas melihat sang putri semata wayang mereka tak kunjung sadar. Ketika di rujuk ke RS mereka tidak menemukan penyakit apapun. Itu nampak aneh bagi mereka.

Mentari kembali menyinari bumi, putri tidur itu masih memejamkan mata dengan elusan sayang dari sang momy.

"Dady sudah seminggu lebih putri kita terus memejamkan mata. Aku takut dia.."

"Stt.. tenanglah mom...putri kita akan bangun. Mungkin dia sangat lelah dan butuh waktu untuk istirahat. "Ucap  Willson menenangkan Felisha momy Frozia.

"Tapi sampai kapan Dady? Sampai kapan! Sudah seminggu lebih dia belum sadar. "

"Sayang, apa kau tidak rindu dengan Momy mu ini? Bangunlah sayang, kami semua menunggumu"ucap Felisha sambil meneteskan air mata kesedihan.

"Ayo kita pergi, jangan buat putri kita bersedih melihat Momy nya seperti ini "Willson membawa Felisha keluar dari kamar Frozia.

Suasana hening, hanya terdengar denting jam bergerak. Suara nafas yang tenang, tanpa seorang pun yang akan membangunkannya.

Frozia, gadis kecil yang hidup di sebuah keluarga sederhana, ia memiliki kekayaan tersendiri.

Perlahan bulu mata lentik nan hitam itu bergerak, ia mencoba membuka mata sambil menetralkan penglihatan nya. Kembali ia melihat nuansa putih biru yang selalu menjadi warna kedambaannya. Ia perlahan mengerakkan kedua kaki dan tangannya dan semua itu terasa kaku baginya. Ia pun mulai menangis, suara tangisan membuat kedua pasangan yang tadinya sedang menyantap makan malam terhenti kala suara tangisan yang mereka sangat rindukan.

The Ice Magic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang