Part 2

41 10 11
                                    

Berbagai barang baru tergeletak di hadapannya, duduk tenang sambil membuka bungkusan hadiah kado yang ia terima di pesta ulang tahunnya membuat hatinya riang. Di tangannya sudah banyak boneka atau pun aksesoris yang baru tapi tidak ada satupun yang membuat nya puas. Ia sekali lagi membuka kado lainnya, tapi tetap saja isinya hanya mainan dan kertas ucapan selamat ulang tahun. Ia bosan melihatnya, ia ingin sesuatu yang menarik perhatiannya.

Bosan, ia mengambil bungkusan lain yang berada di sebelah yang telah menggunung dan siap untuk di buka. Semua kado berhamburan, tepat ia mengambil kado yang paling bawah yang menjadi penyangga. Matanya menatap sebuah kado dengan gambar mahkota, penasaran dengan isinya. Segera saja ia membukanya. Hal pertama yang ia lihat sepucuk surat berlapis es. Ia pun membaca isi surat tersebut.

Beribu bunga layu tak bergerak
Akar rambat berjalan menembus tak menentu arah
Gelap nan sesak selalu berpijak
Selamatkan hati yang tersesat


Vaganza

Frozia menatap surat di tangan kanannya, apa maksud surat ini. Ia melihat sebuah ranting kecil di dalam kotak tersebut. Ia pun turun dari kasur mengambil kotak yang berada di dalam lemarinya. Kotak dengan corak aneh itu ia dapatkan di bawah kasurnya, Frozia meletakkan ranting dan surat menjadi satu ke dalam kotak lalu menutupnya.

Otak kecilnya mulai berfikir, apakah di depan sana ada sesuatu yang sedang menunggunya. Ia selalu menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Frozia turun sayang, Dady kamu pulang" teriak Felisha dari arah bawa.

"Iya mom, aku datang"
Langkah kakinya yang kecil menginjak setiap anak tangan dengan tergesa-gesa. Willson menghampiri Frozia dengan khawatir, lihatlah sekarang dirinya hampir jantungan melihatnya putrinya berlari.

"Sayang, hati-hati. Nanti kau terjatuh"ujar Willson lembut.

"Yah Dady, "

"Sudah sekarang kita sarapan. Diamlah dan jangan bersuara, paham"kedua ayah dan anak itu mengangguk patuh.

Setelah selesai, Frozia dan keluarganya sedang bersiap pergi ke sekolah untuk mengambil lapor yang di adakan hari ini. Frozia menggandeng kedua tangan Willson dan Felisha. Gaun yang ia pakai terlihat serasi dengan baju yang di pakai kedua orang tua nya.

Mobil masuk ke dalam area sekolah. Ketiganya keluar, banyak murid beserta keluarganya datang dengan wajah gembira itu tak luput dari penglihatannya.

Para murid di pisahkan di ruangan berbeda begitu pula dengan para orang tua murid yang di satukan di sebuah ruangan lain.

Frozia sedari tadi melihat ke arah pintu, sampai seseorang yang ia tunggu datang dengan senyum manis. Dia Verlita gadis berambut sebahu yang berjalan kearahnya sambil menggoyangkan tas kecil di punggungnya. Keduanya berpelukan erat erat seperti kakak beradik.

"Kau dari mana saja Lita, Zia sudah lama tahu"protes Frozia.

"Hehehe maaf Zia, tadi Lita lambat datangnya, ayo kita duduk. Guru sudah datang" Frozia mengangguk. Keduanya pun duduk berdampingan.

Kegiatan berlangsung dengan lancar, para murid dan orang tua sebagian sudah pulang lebih dulu. Kini keluarga Willson tengah berada di taman kota, mereka menikmati udara sore dengan berkumpul.

Keluarga yang hangat dan harmonis tentu membuat orang nyaman berada di lingkungan tersebut, itu yang di rasakan oleh Frozia anak sematang wayang mereka yang hari ini membuat keduanya bangga. Prestasi yang ia dapat membuat harum keluarganya, menjadi juara 1 umum dari semua kelas dan mendapat gelar sebagai murid terpintar di sekolah benar benar kejutan bagi mereka.

Bukan hanya prestasi dalam akademik, ia juga diam diam mengikut lomba kejuaraan tingkat Nasional dan menjadi juara 1 taekwondo pada umur yang masih belia.

Suasana sore hari ini di penuhi canda tawa dari keluarga mereka. Kebahagiaan bagi Willson dan Felisha bertambah dengan adanya Frozia yang selalu membawa warna dan cahaya dalam hidup mereka.




The Ice Magic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang