Part 1

51 11 6
                                    

Setelah bangun dari tidur panjangnya kini gadis kecil itu tengah duduk di antara kedua orang tuanya sambil memakan beberapa apel. Ia tengah menyaksikan sebuah film ratu es yang menjadi salah satu cerita dongeng, Frozen.

"Dady"panggilnya. Felisha dan Willson berbalik melihat putri semata wayangnya itu.

"Bagaimana jika aku nanti seperti dia"tunjuk gadis itu ke arah televisi. Willson menatap heran pada Frozia begitu pula Felisha.

"Itu hanya cerita dongeng sayang, mereka tidak nyata. "Ucap Dady nya mengelus Surai lembut Frozia.

"Tapi Dady itu benar-benar ada. "Kekehnya.

Kedua orang tua menggeleng, mereka mengira itu hanyalah candaan putrinya. Mana mungkin cerita dongeng bisa menjadi nyata, itu hanya cerita belakang menurutnya.

"Apa kau menyukai gaunnya sayang? Nanti momy..."

"Tidak Momy, aku tidak ingin gaunnya. "Ucapnya. Ia berdiri menggerakkan tangan kanannya. Tapi, tidak terjadi apa-apa. Frozia melihat Dady dan Momy nya hanya tertawa.

Mengapa tidak berhasil. Batinnya.

"Hahahaha putriku, sudahlah itu hanya cerita dongeng. Lebih baik kau istirahat sudah waktunya tuan putri tidur. "ucap Willson

"Tapi Dady..."keluhnya. Ia menatap memelas kearah Momy yang di balas gelengan.

Entah sudah berapa kali ia berguling guling di tempat tidurnya. Rasa kantuknya hilang, ia bangun menatap kedua tangannya. Perlahan ia mengerakkan kedua nya tak lama sinar biru muncul di kedua telapak tangannya.

Frozia mengarahkan pada cermin di sampingnya, seketika cermin tersebut membeku ia semakin terkejut dengan sinar biru yang tiba-tiba keluar dari tubuhnya.

Ia memikirkan sebuah ide, tubuh kecilnya turun dari kasur dan duduk di atas lantai yang dingin tapi ia tidak merasa kedinginan sedikitpun.

Salju turun dari kedua tangannya. Ia berputar berlari dengan gembiranya melihat butiran butiran salju yang memenuhi seisi kamarnya. Tak lama, dirinya mendadak kaku. Ia kesulitan bernapas, sesak di dadanya tak bisa tertahan. Tubuhnya jatuh begitu saja.

Brak

Pintu terbuka dengan keras. Daddy dan Momy masuk dengan wajah panik, suhu dingin dan pemandangan di hadapan mereka membuat mereka terdiam beberapa saat saat sampai Dady Arga sadar bahwa putrinya terbaring di atas tumpukan salju.

"Bertahanlah sayang, Momy kit.."

"Ti-tidak Dad, aku tidak apa-apa uhuk.."gadis kecil itu membuka mata melihat kekhawatiran dari wajah kedua orang tuanya.

"Tidak, Dady akan membawa mu ke rumah sakit sekarang juga, ayo momy"kekeh Willson.

Sebuah tangan kecil menahan lengannya, Willson menatap tangan kecil itu    lalu mengalihkan tatapannya ke wajah Frozia yang menggeleng lemah. Willson menghembuskan nafas lemah, ia mengangkat Frozia ke tempat tidur dengan amat berhati-hati.

"Kau berhutang cerita pada kami sayang"Felisha menyentuh lembut hidung mancung putrinya.
Frozia terkekeh gemas.

"Aku sudah bilang pada Dady dan Momy tapi kalian tidak percaya dengan ku"

"Kau harus jelaskan pada kami, bagaimana salju sebanyak ini masuk ke dalam kamar mu? "Willson mengelus rambut putrinya.

"Dan bagaimana rambutmu bisa berubah? Kau mengecatnya? "

"Yah sayang, apa ini! Rambut mu menjadi putih, apa kau menaburkan salju ke atas rambutmu? "

Kedua orang tuanya bertanya perubahan drastis dari putrinya, ia sangat berbeda dari beberapa jam terakhir. Frozia pun menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya selama pesta ulang tahunnya sampai kejadian hari ini. Willson awalnya tak percaya tapi melihat perubahan yang di alami putrinya ia menyakinkan dirinya bahwa ini takdir yang sudah tertulis untuk sang putri.

Willson menggenggam tangan Frozia dan mengecup keningnya dengan sayang.

"Dady percaya sama kamu, tapi apa kamu yakin dengan ucapan kamu sayang? Dady takut kamu dapat masalah besar"

"Aku percaya. Aku tidak bisa mengingkari janji ku pada dia. Aku berjanji pada momy dan Dady tidak akan ada yang bisa mencelakakan aku. "Ujar Frozia.

"Sayang, ini bukan masalah kuat atau tidak, saat ini kamu masih sangat dini untuk menerima semuanya. Momy takut kamu.."

"Stt.. percaya sama aku mom. Aku akan menjaga diri sebaik mungkin, aku hanya butuh dukungan kalian"air matanya luruh, Frozia menangis di pelukan sang Dady.

"Kami pasti akan mendukung mu sayang. Berjanjilah bahwa kau tidak akan membuat kamu khawatir lagi"ucap Felisha, Frozia mengangguk mengerti.

"Benar yang di katakan momy mu, tidurlah besok bukankah kau akan membuka hadiah mu? "Willson membaringkan Frozia sambil memperbaiki selimutnya.

"Sebelum itu, hilangkan salju salju ini terlebih dahulu, momy tidak ingin putri momy jatuh demam, kau mau kan sayang"

"Yh Momy"

Dengan hanya mengerakkan tangannya seluruh ruangan bersih seketika, salju yang semula ya menumpuk kini tak terlihat sedikitpun. Ia juga mengembalikan rambut hitamnya seperti semula dan mata birunya kembali menjadi hitam yang menawan.

Di belahan dunia yang berbeda, cahaya besar begitu saja keluar dari sebuah buku yang tertulis the ice legendaris. Serpihan kaca berserakan di sekitarnya, para penjaga terkejut dengan cahaya yang sangat menyilaukan mata.

Seorang pria tua dengan topi kerucut dan sebuah tongkat di tangan kirinya, terlihat dari wajah pria tua itu nampak gelisah, ia dengan segera menuju buku tersebut dengan berlari tergopoh-gopoh.
Matanya terbelalak, ramalan seribu tahun lalu kini akan terjadi.


Bersambung....

The Ice Magic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang