Kelak Hari Ini #2

86 16 0
                                    

Brenda dan Clark, 2004

Kelak. Nama kecil Clark Sasmoko. Brenda, teman barunya tidak menyukai nama itu. Nama Kelak itu tak cocok untukmu, Clark. Percayalah pada hari ini saja. Hari ini lebih pasti dan mungkin. Kembali Brenda bernalar, mendebat Clark yang nanar. Sejatinya Clark meyakini namanya gagah dan membanggakan, tetapi diam-diam ia mengiyakan pendapat Brenda.

Mungkin bukan kelak yang cocok untuk seorang Clark. Hari ini juga bukan, agaknya. Sepertinya yesterday atau hari kemarin yang disukai Clark. Karena ada dua alasan kuat untuk itu. Toko cenderamata Yesterday Giftshop dan lantunan Yesterday yang sangat relate, lagu yang menurut Clark kuat pesan serta maknanya, dan bisa ditafsirkan bermacam-macam. Namun, demi Brenda, Clark juga menyenangi present day, pada hari ini.

Seorang Brenda yang bersikukuh pun terpatahkan pula. Sekalipun tak menyukai hari kemarin, ia mengakui keindahan lagu Yesterday yang sarat makna filosofis ketimbang melankolis mendayu, seperti penilaiannya mula-mula. Brenda bahkan menciptakan koreografi sendiri, menarikan Yesterday dalam tarian jazz ballet yang ekspresif. Sekali lagi, Brenda menegaskan, tetap mencintai hari ini, selamanya,  tanpa terbebani oleh masa depan yang tak pasti.

Brenda adalah Ava dalam wujud empat tahun lebih tua, terkecuali untuk sifatnya yang terselubung, misterius, dan musykil. Satu lagi, Brenda menjiwai dua alter ego yang kontras perilakunya. Antara mendung atau berseri-seri, itulah jati diri Brenda sang kekasih Clark, oleh sebab satu tahun setelah bersua di toko cenderamata, mereka resmi merajut jalinan yang saling menguntungkan.

Jalinan perasaan yang namanya cinta? Brenda dan Clark yakin saling mencintai. Tiada Brenda tanpa Clark. Bahkan Ava yang akil balig pun memahami, kakak tertampan dan tersayangnya sudah direnggut oleh gadis penolongnya. Brenda yang menyelamatkan mereka berdua di toko cenderamata, dari keharusan ganti rugi yang akan berbuah dampratan dari papap.

Ekonomi orangtua Clark mulai tidak tenteram. Gejalanya sudah terlihat sejak Clark berusia 16 tahun. Mungkin setahun sebelumnya pun, terlihat gejala yang tak sehat. Bisnis perakitan komputer mereka merosot, tak mampu bersaing dengan merek-merek build up yang diimpor dari negeri Jiran maupun buatan pabrik dalam negeri yang spesifikasinya mumpuni. Harganya pun terjangkau dan memberi keyakinan dengan garansi pabrikan dan after sales yang memadai.

Dalam hal ini kelak ataupun masa depan tak terlalu berpihak pada Clark dan keluarganya. Ben pun, sang tuan muda Sasmoko yang dimanja, mengais peluang mencari uang tambahan, membuahkan lagi-lagi pujian dari papap, mamih, dan kerabat mereka. Suatu pengakuan yang tak pernah didapatkan Clark sebagai anak sulung yang dikodratkan teladan bagi adik-adiknya.

Kelak yang gagal. Sekalipun memiliki seorang Brenda dan Ava yang menerimanya, Clark merasa, sangat beralasan Brenda menilainya tak cocok bernama Kelak. Mungkin "kelak" enggan dimiliki orang-orang yang gagal? Ataukah lebih aman menatap hari ini, juga tak menangisi kemarin-mu yang menyedihkan hati?

"Aku tahu kamu tak mengerti soal jazz ballet, Clark. Dulu pun aku tak paham, sampai aku menyadari, menari adalah perkara hari ini. Siapa yang tahu usia penari bisa bertahan berapa waktu? Bisa saja besok aku tak lagi menari karena cedera lutut. Boleh jadi besok aku bosan dan mengejar sesuatu yang lebih pasti. Betul menurutmu?" Brenda menyentak Clark yang tak awas soal waktu.

"Kamu penari, Beib. Beruntung nasibmu, diakui atas bakat jerih payah kamu. Lalu aku, bagaimana? Aku tak punya apa-apa untuk diakui atau mendapat pengakuan, bahkan dari orangtua sendiri." Clark mengeluhkan, atau persisnya menandaskan kegamangan soal pilihan hidupnya di masa mendatang.

"Kamu penulis kan, Clark? Eh iya, janjimu gimana? Katanya kamu mau traktir aku kalau fee-mu sudah turun. Ingat ultahku dong, Clark. Hihihi." Brenda meringis bengal, berkeras pada ikrar mereka untuk berbahasa Indonesia dengan baku dan benar.

Tomorrow Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang