Clark merasakan dingin dan sunyi. Bukan sembarang dingin yang dirasanya. Membeku dalam kegelapan tak pasti, karena kegelapan mengaburkan makna waktu. Waktu jadi tak tentu. Entah kapan terang menyingsing? Entah siang, senja, ataukah malam yang bertandang? Segalanya tak terlukiskan di kala gelap, teristimewa dalam gelap buta yang dialaminya saat ini.
Aduh, sungguh dingin. Ini dingin yang sungguh tak sembarang dingin. Clark bergidik, merasakan sekujur tubuhnya terbungkus es tebal. Mati rasa yang menjalari tubuhnya, melegakan Clark sejenak. Setidaknya ia bisa merasakan raganya sendiri. Artinya ia tidak lagi mati, bukan arwah tembus pandang yang melayang-layang?
Lucunya, Clark merasa tubuhnya ini bukan kepunyaannya sendiri. Paham kan? Maksudnya adalah Clark menebeng pada tubuh orang lain. Kelegaan singkat pun musnah seketika. Mungkin ia memang sudah mati, dan sukmanya kini merasuk pada seseorang yang antara dikenal atau tak dikenalnya sama sekali. Sosok seseorang yang familier sekaligus asing. Seperti perasaan Clark terhadap Ben Sasmoko, adik kembar yang mempecundanginya seumur hidup ini.
"Ben?" Clark tersengat oleh suaranya yang parau. Pasalnya ia mendengar pikiran Ben terngiang di kepalanya. Tentang kesendirian Ben di Kutub Selatan, tentang pernikahannya yang berantakan, dan rasa kecewanya terhadap Clark yang diam-diam benci setengah mati pada adik kembarnya sendiri.
Pikiran Ben berkata-kata secara acak. "Ah, Clark itu pendendam. Lantaran kami berduel semasa remaja dulu, ia ingat setengah mati ucapan aku waktu itu. Padahal kan dulu aku berolok-olok saja. Kenapa dianggap serius? Picik benar kamu Clark!" Ben berteriak di telinga Clark, "Kamu anggap dirimu korban, kan? Tahu gak, kamu itu jahat, Clark! Kamu gak pernah memaafkan aku, padahal aku satu-satunya adik kamu sekarang!"
Sesaat Clark terhenyak, tak tahu harus berucap apa. Jangan-jangan itu cuma tipu muslihat, semacam ilusi pendengaran yang seakan nyata. Gangguan tinnitus pada telinga menghasilkan phantom noises, suara-suara ribut yang menipu otak hingga kita merasa suara-suara itu bukan khayalan semata. Bisa jadi omelan Ben itu berasal dari nurani Clark, yang merasa berdosa di bawah sadarnya terhadap sang adik kembar. Alhasil, Clark menyahut sekenanya, "Baik, Ben. Tunjukkan kalau aku jahat, sesuai katamu itu."
Tak dinyana, Ben benar-benar unjuk diri pada Clark. Sekonyong pula, Clark jijik akan dirinya sendiri, akan iri dengki yang dialamatkannya pada Ben. Seakan Clark lebur seutuhnya dalam tubuh Ben, merasakan perasaan sang adik kembar, dan memandang obyektif perseteruan Clark dan Ben, bahwa Ben memang layak menjadi juara, dengan segala bakat dan keunggulan yang dimilikinya.
Hawa dingin kian menggigit. Clark gemetar tak terkira, bukan semata disebabkan dingin, tetapi bisikan Ben, bahwa sebetulnya lima belas tahun yang lalu, ia bermaksud mengajak Clark berkolaborasi menulis naskah roman sepasang detektif kembar. Namun, naskah ngawur yang ditulis Clark menyinggung hati Ben, hingga rencana itu batal diutarakan yang bersangkutan.
"Kamu di mana, Ben? Maafkan aku, karena aku butuh bantuanmu sekarang. Please, Ben." Jijik bagi Clark untuk mengemis belas kasihan Ben. Ironis, Clark malah lebih jijik terhadap dirinya yang lemah tetapi berwatak cukup jahat.
"Kamu tak perlu membunuh untuk menjadi jahat. Coba hitung, di dunia ini ada berapa pendosa yang memang membunuh orang? Mungkin cukup banyak yang tak pernah membunuh sama sekali." Hati kecil Clark mendebat, tatkala Clark mempertanyakan, apakah ia memang jahat atau hanya merasa jahat lantaran dosa masa lalu yang mengendap dalam-dalam?
"Kamu tak tahu, Clark, aku pun akan menghilang dalam ketiadaan. Nyawaku kini sedang di ujung tanduk." Lamat-lamat Ben menjawab, sangat lambat, seolah ia khawatir Clark tak menangkap perkataannya dengan baik.
"Maksudmu, Ben? Kamu di Antartika, kan? Kabarmu bagaimana, apakah buruk? Ada kejadian apa yang menimpamu di sana?" Clark memburu segera, cemas Ben akan menghilang kembali keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Forget Me Not
Genel Kurgu[Daftar Pendek Wattys 2022] Kelak bukan lagi milik seorang Clark Sasmoko. Pria yang akan kehilangan nyawanya sebelum sempat berucap I Love You pada buah hati yang didambanya. Kelak atau masa depan mungkin enggan dimiliki Clark, sementara orang-orang...