A Love Story of Yesterday #17

18 9 0
                                    

Telunjuk Clark mengarah pada dirinya sendiri. Itulah jawaban yang sekiranya jitu. Dahulu, Clark gemar menuding orang lain dengan telunjuknya. Perhatikan jemarimu saat menunjuk orang lain. Telunjukmu mengarah keluar, tetapi empat jarimu yang lain menuding pada dirimu, suatu sindiran agar senantiasa mawas diri. Empat jari yang mengarah ke dalam, menandakan engkau perlu berpikir empat kali lebih banyak sebelum menuduh seseorang semena-mena.

Tidak mungkin ada orang lain dalam ruangan sempit ini. Pastilah yang dimaksudkan tak lain diri Clark sendiri. Maka sekali lagi Clark menuding diri sendiri. Betulkah ia dianggap sudah layak mendatangi masa depan, masa akan datang yang dikehendakinya itu?

Tujuan Clark tulus dan lugu. Untuk menemui sang buah hati yang mungkin takkan dilihatnya lahir dan bertumbuh dewasa. Untuk merasakan sapaan Ayah atau Bapak dari darah dagingnya sendiri. Sorot mata Clark menyala-nyala, mengutarakan tanya, akankah ia mampu mengucapkan I love you pada darah dagingnya sendiri?

Tembe mengangguk untuk mengiyakan dugaan Clark, setelah sebelumnya beradu pandang dengan yang bersangkutan. Lantas si pria menjentikkan jemarinya kuat-kuat, mengirimkan gaung yang berdengung ricuh. Clark merasa pening setengah mati, seolah melihat lingkaran sasaran panah, dan dirinya berada di tengah-tengah, menjadi target anak panah yang mungkin ribuan pucuk jumlahnya.

Penglihatan aneh menguasai Clark, warna merah darah yang amat pekat, sebelum melebur jadi latar hitam yang perlahan-lahan memucat dan lantas menegas, berulang-ulang demikian, silih berganti penampakannya.

***

Clark dan Ben, 2010

Vulgar artinya kasar. Tak melulu maknanya porno, sebagaimana anggapan kebanyakan orang. Penulis yang terhanyut emosinya bisa berakhir sebagai berikut, menulis sangat bagus ataupun menulis amat buruk. Amat disayangkan, Clark terjebak dalam gejolak emosinya dan menggebu menulis tanpa kualitas kepengarangan yang memadai.

Ben Sasmoko yang berusia 23 tahun mengira matanya lamur akibat menulis maraton semalam suntuk. Rasanya tak percaya, matanya menyaksikan naskah-naskah janggal, tentunya ditulis oleh Clark, kakak kembarnya. Selama ini, naskah itu dirahasiakan rapat-rapat. Namun, semuanya terpampang vulgar, tiba-tiba, dapat dibaca siapa saja yang kebetulan memasuki kamar Clark yang terbuka lebar.

Sadis, vulgar, dan penuh kebencian. Inikah yang ingin dipamerkan Clark padanya? Alur kisah naskah Clark menganut modus yang serupa, seorang kakak membunuh adik kandungnya, atau adik yang membantai kakaknya yang penyayang. Paras Ben mengernyit, menampilkan kejijikan. Clark, kakaknya yang lemah dan terkesan tanpa dosa bisa-bisanya menulis seperti ini?

Sejurus waktu yang lalu, Clark mengiyakan ajakan Ben untuk mendiskusikan sesuatu. Silakan saja masuk ke kamarku, Ben. Aku senggang sore ini pukul empat. Clark tak biasanya bertutur lembut pada si adik kembar. Sungguh tak dinyana, Ben malah diberi tamparan yang menyakitkan.

Niat Ben semula, ingin membahas ide cerita sepasang detektif kembar. Kontan, maksud hati Ben mengendur. Alur cerita dalam benaknya berubah total. Tokoh utama detektif serba bisa yang semula bahu membahu dengan saudara kembarnya, berganti karakternya, dikisahkan memiliki saudara kembar yang menghilang sekian lama. Selagi berupaya melacak keberadaan saudara kembarnya, sang detektif dengan sempurna memecahkan misteri pembunuh berantai bertopeng. Sampai akhirnya kedok si pembunuh terungkap, tak lain merupakan saudara kembar si detektif yang terpisahkan sejak lahir. Alhasil, dengan mata kepala sendiri, sang detektif menyaksikan saudara yang dirindukannya dieksekusi mati.

Tak kuasa membendung rasa ingin tahu, Ben membaca lebih lanjut, lembar demi lembar naskah yang diketik Clark dengan tangan kanannya, rapi dan lamban. Gaya tulisan yang kaku dan mentah menurut standar seorang Ben Sasmoko. Apalagi isinya demikian tak menyenangkan. Ben tak sadar mengacak-acak manuskrip Clark, seakan mencari potongan tulisan yang lebih berkenan. Sulit bagi Ben menerima kenyataan yang dihadapinya sekarang.

Tomorrow Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang