Loveliest Hue of Yesterday #8

31 10 0
                                    

Clark dan Andai, 2009

Lovely artinya cantik, dan cantik itu sifatnya relatif kata orang. Seperti mamih, ibunda Sasmoko sekeluarga, yang dulunya tak menyukai gadis berambut pixie atau menyerupai potongan semi crew cut ala lelaki. Namun, begitu tahu gadis berambut amat pendek ini amat mungkin calon menantunya, reaksi Bu Sasmoko kontan meluap-luap dan di mata Clark, cukup untuk dikatakan berlebihan.

"Ooohhh. Astaga, Nak Andai cantik sekali. Silakan, silakan, Nak, silakan duduk dulu. Sebentar ya, Mamih sedang masak di dapur. Sebentar lagi siap, kok." Bu Sasmoko serabutan bak menyongsong sesosok tamu agung.

Mungkin ini karena perkataan Ben yang sakti. Sesaat sebelumya, Ben memperkenalkan si rambut pixie cut pada mamih yang mulanya tercengang-cengang. "Mih, halo. Kenalin nih, ini ceweknya Ben. Andai Andarani namanya." Ben lalu merangkul Andai dibuat-buat, tak ubahnya saat memperkenalkan cewek-cewek sebelumnya, citra Ben sebagai Flamboyan dan pengobral cinta tetap melekat kuat.

Namun, ada yang berbeda bagi mamih, Bu Sasmoko yang sebetulnya hafal mati akan perangai sang putra kedua, yang bila dihitung merupakan putra bungsu dari sepasang putra kembarnya. Terlebih, kepergian Ava Sasmoko yang anak bungsu, otomatis menjadikan Ben sebagai putra termuda dalam keluarga ini. Cewek yang diperkenalkan Ben kali ini punya tempat tersendiri di hati Bu Sasmoko, yang tak menyangka begitu cepat dipertemukan dengan pengganti Ava, buah hatinya yang berpulang sepekan sebelum hari jadi ketujuh belas.

Apalagi Andai seakan ditakdirkan mencintai mamih bagai ibu kandungnya sendiri. Belum-belum Andai sudah urun tangan, meringankan pekerjaan mamih di dapur. "Mih, Andai boleh ikut bantu gak di dapur?" Andai bertanya tanpa segan-segan.

Bahkan ia sudah tak sungkan menyapa mamih sejak pertemuan pertama mereka. Bu Sasmoko juga tak keberatan, meski kelihatan heran pada awalnya. Mungkin inilah jodoh dan takdir baik bagi keduanya, interaksi langka antara calon menantu dan mertua, yang lazimnya diwarnai keseganan dan basa-basi sewajarnya. Ben tak luput membisiki mamihnya, ia cukup serius akan hubungan kali ini.

Ben udah ketemu sama orangnya, Pap. Bu Sasmoko lalu membisiki suaminya, dan kebetulan Clark menguntit perbincangan mereka semua.

"Oh ya? Maksudmu, Mih, orangnya itu berarti pasangan yang nyangkut di hati Ben, begitu?" Papap bergumam lega, menyadari bahwa Ben yang playboy pun ada penakluknya juga, pada akhirnya.

Ibu jari Bu Sasmoko teracung, memuji kepiawaian Andai meracik bumbu-bumbu dapur. Kebetulan, Andai sudah "mencuri start" sejak awal, ketika memuji sup tomat ayam jahe kebanggaan Bu Sasmoko, sayangnya tak disukai Ben yang menilai kadar jahenya terlalu medok.

"Wuihhh. Sedap, Mih. Coba kita tambahin jahe bakar dan bawang putih. Biar rasa pedesnya lebih nendang tapi gak pahit rasa jahenya. Yuk, Mih." Andai membongkar resep dapurnya, diturunkan dari nenek dan ibunya, masing-masing merupakan kampiun dapur yang memenangkan selera semua anggota keluarganya.

"Jangan, Nak. Eh, bukan, maksud Mamih, kita gak punya stok bawang putih di dapur. Kita masak seadanya saja, ya." Bu Sasmoko buru-buru mengintervensi, seakan tak ingin Andai unjuk kebolehan di dapur miliknya. Kebetulan, saat itu juga, Clark mendatangi dapur untuk mengambil minuman dingin.

Sebetulnya bawang putih dan pedas adalah rahasia kepunyaan Clark, yang tak diketahui Andai pada awalnya. Bahkan bertahun-tahun kemudian, Andai masih belum insyaf soal bawang putih dan momok di hati Clark Sasmoko. Yang ia tahu, Clark hipertensi, punya aritmia jantung, dan pernah terserang stroke iskemik sewaktu berusia 12 tahun. Bawang putih itu ajaib khasiatnya bagi penderita tekanan darah tinggi. Andai sudah terdoktrin prinsip hidup sehat sedari kecil. Manalah ia tahu, Clark tipe yang antipati dengan aroma dan rasa bawang putih?

Tomorrow Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang