Someday in Yesterday #26

32 6 0
                                    

A few days later, 2043

Andai tak sadar mengacak-acak poni tipisnya. Pikirannya pun diacak keresahan, tatkala penyidikannya tak mendapati benda mencurigakan dimiliki oleh suaminya. Benda pribadi Clark tidak cukup banyak. Tak cukup pula mengundang curiga, bahkan untuk mereka yang gampang sangsi sekalipun. Semuanya nampak biasa saja. Hanya tetek bengek tak luar biasa, baju kemeja, celana panjang, celana pendek, singlet, pakaian dalam, produk perawatan wajah pria, parfum, tas selempang, buku-buku koleksi yang boleh dibaca segala umur, dan lain sebagainya.

Foto-foto yang disimpan Clark pun umum-umum saja. Foto seorang diri, foto bersama keluarga, foto orangtua, foto istri, foto anak-anak. Tidak ada foto mantan, pastinya, karena Clark paham, istrinya seorang yang pencemburu. Clark menyimpan foto-foto Rona, keponakan yang dianggapnya anak angkat. Khusus untuk foto Rona yang berpose dengan ibunya, Cassandra Welmar, Clark sudah minta izin pada Andai. Pasalnya foto itu bermakna penting bagi Clark. Memuat Rona 17 tahun yang mengacungkan selembar kertas, diisi tulisan tangan yang mengharukan, BELATED HAPPY BIRTHDAY, DADDY! LOVE YA. Iya, begitu saja.

"Belum ditemukan barangnya, Bu Andai?" Pria jelang paruh baya yang minta disapa Ri menyeruput kopinya. Kopi pahit yang diinfusi sari kelor dan herbal pilihan, berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh, suatu inovasi rasa yang dipuja-puji sejumlah pengamat kuliner dalam maupun luar negeri. "Kopinya, Bu?"

Gelengan Andai menjawab dua sekaligus pertanyaan si lelaki. Tidak untuk kopinya maupun "barang maksiat" yang belum diketemukan olehnya. Kopi adalah favorit mendiang Ben, bukan kesukaan Andai yang tergila akan teh. Clark pun setuju dengannya. Teh adalah teman senja nan terbaik di seluruh dunia.

"Benda yang dimaksud begitu bahaya ya, Pak? Kenapa efeknya begitu membekas?"

Berbekas pula dalam benak Andai, betapa Clark dan persepsi waktunya makin memprihatinkan. Sudah ditegaskan bahwa ia menanti Clark pulang dari kedai teh, yang bersangkutan justru tak jua pulang dan berlama-lama bahkan hingga kedai ditutup di malam hari. Alasannya sedang mencari suatu ilham yang menyenangkan. Beberapa hari lalu, Andai terpaksa menjemput Clark yang termangu-mangu, seakan tak paham rumah sesungguhnya bukanlah di dalam kedai teh. Kegelapan dalam kedai teh dianggapnya pagi buta sebelum kafe benar-benar dibuka. Andai pun nelangsa.

"Lagi-lagi Clark lupa untuk pulang karena persepsi waktunya salah, kan?" Lelaki yang disapa Ri menduga dengan tenang. Memperlihatkan ia lumayan terbiasa menghadapi kasus-kasus mencengangkan. Tenang karena yakin pula, kasus Clark akan menjadi kecemasannya yang terakhir.

"Pak Ri belum menjawab pertanyaan saya. Soal barang itu, Pak. Kenapa bisa begitu luar biasa?"

Andai melambai pada seorang perempuan, sedikit di kejauhan namun sosoknya menonjol, jangkung dan blasteran. Busana bersahajanya dibalut apron berlogo No Else Good in Cafe. Kebetulan itu nama kedai kopi yang demikian memancing penasaran. Bukan nama yang lumrah, tentu saja.

"Masa lalu itu disimbolkan sebagai jejak. Bila jejakmu tertinggal melulu di belakang, bisakah kamu menghadapi masa akan datang? Barang yang disimpan Clark itu yang mengacau karena muatan listriknya tidak sah. Benda yang seharusnya tak boleh ada di dunia kita, terbawa tanpa sengaja oleh Clark. Sekalipun asalnya dari mimpi masa depan, benda itu menyimbolkan masa lalu Clark dari dimensi dunia berlainan. Karena Clark menyimpan benda itu di tahun 2025, delapan belas tahun yang lalu. Ibu kira-kira bisa menangkap perkataan saya?"

"Dasarnya manusia itu mengandung listrik kan, Pak? Kelistrikan tubuh manusia punya peran vital untuk fungsi jantung sampai otak. Artinya aliran listrik tubuh Clark terganggu muatan listrik asing, dari benda tak benar itu kan, Pak Ri?"

"Persis. Saya juga mohon maaf. Keteledoran pihak kami, menyebabkan benda itu lolos dari pengawasan dan terbawa Clark hingga kini. Pasalnya, kalau saya menduga, benda ini sangat sangat kecil, hingga tak terbaca detektor kami." Tembe menangkupkan kedua tangan, ibu jari kirinya berada di atas, menandakan ia seorang yang praktis, pantang membuat keputusan kala suasana memanas.

Tomorrow Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang