Tangan kanan Clark mengepal benda hampa, tangan kirinya berjuntai, menggenggam setengah lunglai, selagi mata kirinya berkedut menyakitkan, menyesali pemandangan tak nyata di hadapannya. Seakan-akan jam pasir merah muda itu porak-poranda, hancur berantakan berikut pasir pengisi jam yang berceceran di lantai. Pecahan kaca tajam-tajam mengancam, ibarat gigi-gigi gergasi, raksasa pemakan manusia dalam legenda tua yang ditakuti Ava.
Ava sempat tak percaya, tokoh silat Giok Lo Sat, yang nama aslinya Lian Nie Siang, dijuluki raksasi cantik atau raksasa perempuan jelita. Dianggap golongan gergasi, lantaran perbuatannya sebagai begal yang merampas harta pembesar korup, juga karena ilmu silat yang dikuasainya amat tinggi. Bahkan Giok Lo Sat tak segan pula mengenyahkan mereka yang menentang atau membahayakan dirinya.
Giok Lo Sat yang seorang begal perempuan, disukai Ava dan penggemar cersil lainnya, lantaran di zamannya ia terhitung perempuan modern yang berani menentukan nasibnya sendiri. Seorang perempuan yang melampaui masa dan waktunya sendiri. Seperti jam pasir, alat penunjuk waktu yang mungkin boleh tua, tetapi tak pernah dianggap kuno ataupun ketinggalan zaman.
Seguyuran angin menerpa tubuh Clark, dingin dan menyakitkan. Penglihatan gaib itu, jam pasir yang hancur, sirna sekejap mata. Yang nampak di mata Clark hanyalah Tembe Mburi yang menatapnya tak berekspresi, meja kecil dengan telepon antik, berikut jam pasir merah muda yang utuh, tak kurang suatu apa pun. Cuma suatu mimpi yang terlalu nyata, atau suatu kenyataan yang berlapis dengan mimpi muram?
"Jam pasirnya ternyata tidak apa-apa." Clark berkata-kata hampa, jawaban yang datangnya lamban, sementara tujuh belas menit sebelumnya, Tembe menanyakan apakah Clark tahu apa jadinya nasib pengunjung toko yang dikirim lima belas tahun mendatang. Nasib orang itu sudah diketahui Clark, itu pasalnya, mengapa Clark mengelak-elak untuk jawabannya.
"Tentu saja tidak apa-apa, karena saya menjaganya baik-baik." Tembe berdecak di akhir kalimatnya, seolah menyayangkan satu hal. "Tapi waktu itu berkuasa, dia punya kewenangan yang tak tersentuh manusia biasa. Risiko menentang hukum waktu, ya, memang tidak ringan. Kalau saya bilang 'berat', saya takut Anda akan terperanjat."
"Apakah ... apakah risikonya begitu kejam? Maksud saya, apakah ia tak pernah kembali? Pengunjung itu ... terjebak dalam limbo atau lubang angker yang Bapak singgung tadi, kan? Memangnya orang itu melanggar apa?"
Pelan saja, Tembe meringis, berupaya nampak mengingat-ingat sesuatu, meski kentara ia sebetulnya tak tahu menahu soal si pengunjung nahas. Akhirnya berengut bibirnya berujar ketus. "Ah. Sepertinya memang ada pelanggaran. Namun, bisa jadi karena masa depan yang dipilihnya terlalu jauh. Bisa juga karena ia lebih memilih kematian yang instan. Yang jelas ia terjebak di Masa Datang. Arwahnya mungkin gentayangan di sekitar kita. Entahlah. Toh yang penting kita tidak melihatnya, kan? Jadi Anda tak usah kaget, ya."
Clark tidak terperanjat, memang, sesuai harapan Tembe Mburi. Namun, bulu tengkuknya menegak, terlanda kengerian yang dahsyat. Membayangkan makhluk tak kasat mata saja sudah meneror, terlebih bila mereka begitu dekat denganmu. Definisi makhluk astral, semacam dedemit, siluman, genderuwo, sundel bolong, pocong dan sebagainya hidup dari bualan horor yang dikenal oleh Clark. Apalagi Tembe tidak seperti sedang mencandainya.
Kembali Clark meneliti ruangan tempatnya berada. Ia "berada", tentu, bukannya "diberadakan" untuk disekap paksa, Clark mencoba meyakinkan diri dengan pikiran positif. Secara naluriah, ia melayangkan pandang pada Tembe, lalu kepada meja kecil, telepon antik, jam pasir merah muda, dan tiga bangku yang ada dalam kamar mata-mata. Dua diantaranya diduduki oleh dirinya dan Tembe. Semuanya bergaya seadanya saja.
Seperti suasana ruang sidang atau kamar ujian, mungkin? Atau ruang isolasi yang penuh kekejaman? Clark berpikir, memenuhi benaknya dengan bayang-bayangan yang negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Forget Me Not
General Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Kelak bukan lagi milik seorang Clark Sasmoko. Pria yang akan kehilangan nyawanya sebelum sempat berucap I Love You pada buah hati yang didambanya. Kelak atau masa depan mungkin enggan dimiliki Clark, sementara orang-orang...