Tembe Mburi mendeham, batuk-batuk ringan, sebelum mengenakan kacamata bingkai besar, diambilnya dari saku kaus polo pakaiannya. Clark sementara itu berpaling, tersakiti bayang-bayang Ben dan hinaannya atas kecacatan Clark. Keheranan, ia menyaksikan Tembe berkacamata, frame-nya besar dan berbentuk bulat kotak, mode trendi kekinian yang terilhami vintage retro masa lalu.
"Saya mata plus. Sudah sejak setahun yang lalu. Tapi ini bukan presbiopia, ya. Kata dokter gejala saya termasuk hipermetropia. Lensa kacamata saya sferis positif, bukan kacamata lansia, kok." Tembe memaparkan kondisi matanya dengan santai, sesaat terlihat ramah dan bersahabat. "Ini juga sewaktu saya menulis, saya baru perlu pakai kacamata ini."
"Kacamatanya bagus, Pak. Unik bentuk frame-nya." Clark memuji seadanya, tersenyum kecil mensyukuri ia tak perlu berkacamata meski lumayan getol membaca buku. Apalagi kacamata plus, masih jauh sekali rasa-rasanya.
"Oh ya? Kacamata vintage ini? Sedang lagi tren memang, bentuk seperti ini. Menurut Anda ini latest craze, mode yang sedang digemari, atau yesterday's news, mode kuno yang ketinggalan zaman?" Tembe mesem, menyipitkan matanya, hingga mata kirinya yang lebih sipit membentuk segaris bulan sabit yang unik.
"Hah, latest craze, yesterday's news? Seperti saya dan Ben. Kembaran saya itu latest craze, dia selalu trendi, modis, dan necis. Saya tak lain yesterday's news. Kuno dan tak sesuai dengan zaman saya. Perihal basi yang tak menarik lagi, itulah saya, Clark yang kalah ini."
"Nah itu. Kan saya sudah bilang. Anda masih punya dendam dengan masa lalu Anda. Selesaikan dulu masalah yang belum selesai itu. Baru pikirkan masa depan Anda. Maaf saya bicara apa adanya. Anda itu tipe orang yang mengasihani diri sendiri dan sulit mengampuni orang lain."
Clark melonjak tiba-tiba, tak menduga sama sekali, sindiran Tembe sungguh menyentil sasarannya dengan tepat. Darah Clark mendidih, sekujur wajahnya merona oleh kemarahan tak terkira.
"Maaf, Pak. Saya kurang suka di-judge sama orang asing. Lagipula apa hak Bapak? Bapak mungkin ditinggal kekasih Bapak dan kesulitan di awal karier, tapi Bapak punya toko ini. Bapak tidak pernah merasakan tatapan mengejek dan diremehkan orang lain. Hidup Bapak toh baik-baik saja, kan? Apalagi semasa sekolah prestasi Bapak selalu luar biasa."
Entah terbatuk atau tertawa kering, Tembe mengeluarkan suara "hohohoho" yang ganjil. "Begitu? Ya, apa boleh buat. Terpaksa saya beberkan riwayat hidup saya. Biar Anda paham hidup yang benar-benar sengsara itu seperti apa. Maaf, saya sebenarnya kurang suka bicara soal masa lalu dengan orang asing. Tapi apa mau dikata. Pelanggan adalah raja."
***
Tembe's Yesterday
Pengakuan Tembe mengungkap masa kecilnya yang murung. Sembari mempersiapkan kertas dan alat tulis, Tembe mengungkapkan bahwa kedua orangtuanya tunanetra. Ibu Tembe buta sejak lahir, sementara ayahnya kehilangan daya penglihatan saat berusia 18 tahun. Kecelakaan kerja di pabrik kaca tempat ayah Tembe bermagang mengisi liburan panjang menjadi musababnya. Kejadian persisnya tak diketahui oleh Tembe. Kebetulan kakek Tembe juga mengalami kecelakaan lalu lintas, menyebabkan lengan kanannya diamputasi, tepat ketika usia kakeknya itu 18 tahun.
Sejak kecil, Tembe Mburi diejek dan menjadi sasaran perundungan di lingkungannya. Ia diremehkan karena memiliki sepasang orangtua yang cacat dan kurang mampu mencari nafkah. Kutukan angka 18 secara tak langsung mencederai harga diri seorang Tembe Mburi.
Tembe memiliki masa kecil yang tidak biasa. Dikondisikan menjadi mata bagi kedua orangtuanya, Tembe seakan dipaksa menelan kesedihan dengan mata telanjangnya. Praktis ia nyaris tak pernah bermain karena kerap dinista teman-teman sebaya. Kegemarannya adalah menyendiri, sembari memandang bulir pasir dalam jam pasir berguguran, menandai berlalunya waktu yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Forget Me Not
General Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Kelak bukan lagi milik seorang Clark Sasmoko. Pria yang akan kehilangan nyawanya sebelum sempat berucap I Love You pada buah hati yang didambanya. Kelak atau masa depan mungkin enggan dimiliki Clark, sementara orang-orang...
