^Happy Reading^
Kedua sejoli itu yakni Jean dan Alan, saat ini masih dalam keadaan memeluk satu sama lain.
Mereka masih saling diam bergelut dengan pikirannya masing-masing.
hingga...
Ceklek
Pintu kamar Jean yang tiba-tiba Jein buka.
"Alan! Kalian ngapain!" jerit Jein yang kaget melihat posisi Jean dan Alan yang bisa di bilang sangat intim berpelukan seperti itu.
Jean yang merasa malu langsung berpindah tempat duduk yang tadinya duduk dipangkuan Alan jadi di sebelah Alan.
Jean menunduk malu, sedangkan Alan sudah berdiri menatap ibunya.
Jein berjalan mendekati mereka.
"Kalian barusan ngapain? Alan kamu jangan macem-macem yah!" tegur Jein memperingati sambil menatap anaknya itu tajam.
"Gak ma, Alan gak ngapa-ngapain. Tadi Jean nangis terus Alan bantu nenangin aja," sanggah Alan dengan menggelengkan kepala.
Jean mengangkat wajahnya menatap Alan dengan mata menyipit, apa-apaan ini Alan menjadikan Jean sebagai alasan.
"Gakpapa deh kan aku emang nangis." batin Jean.
Jean menatap Alan mengintimidasi
"Kamu jangan bohong yah sama mama! Awas aja kamu macem-macem." tegur Jein pada anaknya itu.
"Iyaa ma, nggak." balas Alan yang sesekali melirik Jean.
"Mandi sana, baju masih kotor udah main masuk kamar orang." omel Jein
"Iya-iya." balas Alan yang setelah itu melangkahkan kakinya pergi ke kamarnya.
Beralih pada Jein dan Jean.
"Jean, kamu udah packing barang-barang kamu?" tanya Jein yang kali ini suaranya terdengar lembut.
"Kamu tetap mau pulang?" Tanya Jein lagi yang sudah duduk di samping gadis itu.
Jean mengangguk kaku.
"Iyaa, Jean udah kangen banget sama papa." jawab Jean.
"Maaf yah sayang, kalau kamu nggak nyaman tinggal disini. Maafin tante sama om Fariz yah, kalau udah bikin salah sama kamu." ucap Jein dengan tulus.
Jean yang mendengar itu lantas menggeleng kepalanya cepat.
"Nggak kok, tante sama om baik banget sama Jean." Balas gadis itu.
Jein tersenyum mengusap surai rambut gadis itu dengan lembut.
"Maafin Alan juga ya, pasti anak Tante itu sering buat kamu kesel." lanjut Jein lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Wanita yang sudah berkepala empat itu merasa sedih karena harus berpisah dengan Jean.
Karena Jein sudah menganggap Jean itu seperti anak gadisnya sendiri.
Berat rasanya harus berpisah dengan gadis itu walaupun Jean berada disini baru beberapa bulan.
Jean yang melihat Jein mulai mengeluarkan air mata, membuat Jean langsung memeluk wanita cantik itu.
"Tante jangan nangis, nanti Jean ikut sedih," ungkap Jean sambil memeluk Jean.
"Gakpapa Je, kamu di sana sekolah yang baik-baik yah. Kalau mau liburan ke sini langsung telpon tante aja," kata Jein sambil terkekeh.
Jean mengangguk dan melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya kemudian tersenyum.
"Hm! Jean pasti bakalan balik ke sini lagi." balas Jean penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET ALAN [END]
Ficção AdolescenteMenjadi bodyguard untuk gadis yang manja? Bagaimana jadinya hidup Alan yang awalnya tenang, dan tentram harus menerima tawaran dari sang ayah untuk menjaga seorang gadis dari sahabatnya. "Alan, aku gak suka makan pedas" "Alan, aku pengen coba jaja...